Template information

Dia Cinta.. Dia Cinta.. Aku Mabuk! Episode 6

Aku bersiul senang saat tiba di rumah. Melihatku seperti itu, ibu langsung menegurku.

"Sepertinya kamu lagi senang Joni?" Tanyanya ibu.

"Iya bu. Veleg roda sudah kembali bagus. Gratis lagi,"

"Gratis? Apanya yang gratis,"

"Ya itu, gratis tidak bayar ongkos pembetulan velegnya,"

"Kok bisa," Ibuku tidak percaya.

"Ya bisa saja. Tadi yang membetulkan kan saudara sendiri,"

"Maksudmu? Saudara sendiri siapa," Ibu tampak bengong.

"Saudara sendiri, anaknya bu lek Fatimah, pak lek Tukijan,"

"Anaknya Fatimah, Tukijan? Yang mana?"

"Itu lho bu... yang bernama Saiful Bakhri. Yang dulu dikabarkan hilang, dan sekarang dia sudah pulang. Malahan dia membuka bengkel sepeda motor," Aku menjelaskan.

"Saiful Bakhri? Oh... yang itu. Masa sih Jon, kok ibu tidak dikasih kabar tentang kepulangannya,"

"Iya bu. Jadi ibu juga belum tau tentang kepulangan Saiful?"

"Iya,"

"Waduh.., kenapa bu lek dan pak lek tidak ngasih kabar kesini ya?!
Tadi Saiful yang membetulkan veleg itu. Dia mau aku bayar tapi ditolaknya,"

"Iya itu Fatimah dan Tukijan. Awas nanti biar aku omeli mereka.
Terus? terus bagaimana dengan si Saiful itu," Kata ibuku.

"Ya gitu bu. Dia bercerita banyak tentang nasibnya di Kalimantan, sampai akhirnya dia pulang dan mendirikan bengkel itu," Aku menceritakan semuanya pada ibu. Belia manggut-manggut mendengarkan.

"Ya sudah, makan dulu sana. Nanti antarkan ibu kondangan,"

"Kondangan kemana bu," Tanyaku.

"Kondangan ketempat teman SMA dulu,"

"Wuidih, teman SMA ibu masih pada inget ya, hahaa," Aku sedikit meledek ibu.

"Ya ingetlah, orang dia teman baik. Sudah sana makan dulu," Aku tersenyum, kemudian berlalu dari hadapan ibu.

*

Sore itu aku tidak menjaga warung karena harus mengantar ibu pergi kondangan ke tempat teman lamanya. Dengan mengendarai sepeda motor butut, kami terus melaju menyisir jalan bebatuan untuk menuju ke tempat pernikahan anak dari temannya ibu.

"Aduh, kenapa jalannya seperti ini sih bu," Kataku dengan menaikkan helm pelindung kepala.

"Ya mana ibu tau. Tanya saja kamu pada instalasi terkait. Mereka kan lebih mengerti kenapa jalannya seperti ini," Jawab ibuku. Mendengar ibu berkata seperti itu, aku cuma manyun kecut namun geli. Tumben ibu mudheng/ngerti bab pemerintahan dan dinas-dinas terkait. Biasanya ibu cuma taunya perihal bumbu dapur saja, aku geli dan tersenyum sendiri.

"Masih jauh tidak bu rumahnya,"

"Sebentar, aduh. Kelihatannya kita kebablasan ini Jon. Kita balik lagi, itu tuh.. gapura itu nanti kita masuk," Jelas ibuku.

"Piye toh ibu iki. Waduh...," Aku memutar kendaraan. Aku mengikuti petunjuk ibu tentunya. Setelah sampai di lorong gapura, aku pun masuk.
Dari kejauhan terdengar suara musik dari pengeras suara. Aku terus melaju namun pelan.

"Ya benar. Ini tempatnya Jon.
Kamu mau ikut apa nunggu disini?!" Kata ibu.

"Aku nunggu disini saja bu," Ibu langsung ketempat hajatnya. Sementara aku duduk manis di atas sepeda motor.
Ku amati suasana sekitar, tampak asri penuh kedamain. Memang tempatnya di kampung sih. Aku merogoh saku celana dan mengeluarkan hp jadulku.
Entah kenapa, ada keinginan teramat sangat untuk sms ke nomernya Dewi Saraswati.
Dengan cepat jemariku menari di atas keypad hp. Sebentar saja sudah berjajar kalimat-kalimat di layar hp. Tanpa berpikir lagi 'Klik' sms pun terkirim ke nomernya Dewi Saraswati.
Aku rasakan ada debaran di dadaku atas sms yang kukirimkan itu. Apa ya kira-kira jawaban darinya, kataku dalam benak.
Tidak lama kemudian, tulalit tulalit tulalit. Nada sms masuk berbunyi.
Aku buka inboknya, benar saja, balasan sms dari dia sudah masuk.

"Yang bener nih mas Joni mau main ke tempatku?
Rumahku jelek lho mas," Isi sms dari Dewi Saraswati. Aku tersenyum, kemudian dengan cepat aku membalas sms darinya.

"Lho, aku kan mau main, bukannya mau menjelekkan tempat tinggalmu, hehee.
Boleh tidak aku main ke rumahmu?" Tulisku dalam sms.

"Boleh saja. Kapan?" Dia kembali menjawab smsku.

"Emmm, kalau nanti malam bagaimana?" Kataku.

"Ok. Tapi jangan malam-malam ya,"

"Jam berapa nanti kamu ada di rumah," Tanyaku lagi pada dia.

"Jam 7 malam aku sudah ada di rumah," Jawabnya.

"Ok, nanti jam 7 malam aku ke rumahmu,"

"Iya. Jangan malam-malam lho, nanti aku keburu tidur, hikhikhiik," Kata dia. Aku lantas menyudahi ber-smsan sama Dewi karena kulihat ibuku menuju kearahku.

"Kok cepetan bu?"

"Iya cepet, masa mau menginap disitu. Ayo kita pulang," Kami lantas pulang dari tempat pernikahan tadi. Aku melajukan sepeda motor dengan pelan karena jalannya terjal berbatu.

**

"Aku mau tidur sebentar ya bu, capek," Kataku sesampai di rumah.

"Ya sana," Sahut ibu yang menyalakan pesawat televisi.
Aku langsung rebahan di atas dipan beralaskan tikar di depan pesawat televisi.
Kedua mataku tertuju pada layar kaca tersebut. 'Ah, aku tidak bisa tidur kalau disini', aku beralih tempat dengan masuk ke dalam kamar.
Aku diam, memikirkan nanti malam saat di rumahnya Dewi Saraswati.

"Hemmm, akhirnya nanti aku akan ke rumahnya...," Kataku. Aku memejamkan kedua mataku. Rasa kantuk memang sudah bergelayut sejak tadi, hingga aku pun langsung terlelap tidur.

(Bersambung).

0 Response to "Dia Cinta.. Dia Cinta.. Aku Mabuk! Episode 6"

Posting Komentar

wdcfawqafwef