Template information

Dia Cinta.. Dia Cinta.. Aku Mabuk! Episode 12 (Tamat)

Jalinan cintaku bersama Dewi Saraswati terus berlanjut meski ada sedikit godaan dari cewek lain, yakni Santi.
Cewek anak kuliahan itu terus mengejarku. Katanya, dia mau melakukan apa saja demi mendapatkan aku. Hal itu terbukti dengan seringnya dia ke tempatku.
Bukan cuma datang ke pasar saja dia menemuiku, bahkan dia sering datang ke rumah dan mengajakku menemani jalan-jalan.
Aku sendiri tidak tau dari mana Santi tau tempat tinggalku. Mungkin bisa jadi ibuku yang memberitahu alamat kami, karena kulihat ibuku dan Santi sudah terlihat akrab sekali.
Kini Santi dan ibuku sudah seperti anak dan ibu saja.
Aku sih tidak keberatan melihat kedekatan mereka, namun kegundahan sering muncul padaku karena sekarang ibu sering menyinggung nama Santi disetiap pembicaraannya denganku.

Sebagai cowok yang baik pada cinta dan pasangannya, sungguh aku tidak punya niat sedikitpun untuk menduakan Dewi Saraswati, apalagi memutuskan hubungan kami untuk cinta yang lain.
Kini aku benar-benar dalam dilema. Ibuku sekarang sudah mulai menyuruhku segera menikah karena usiaku yang memang sudah cukup, tidak terlalu muda ataupun tua, yakni 23 tahun.
Aku mulai uring-uringan setiap kali ibuku berka 'Nanti kamu menikah sama Santi saja'. Seakan aku telah dipilhkan oleh ibuku dalam hal menikahi seorang wanita. Memang sih, sebelumnya aku yang sok akrab sama Santi hingga terjadi kedekatan seperti ini antara Santi dan keluargaku. Tapi itu aku lakukan dulunya kan cuma sekedar mengenal, tidak lebih.
Malahan ibuku juga uring-uringan saat pembicaraan yang menyangkut nama Santi aku patahkan. Dengan aku menjawab 'Aku tidak akan menikah sama wanita lain selain Dewi Saraswati'.
Sementara ini, Dewi Saraswati belum aku perkenalkan ke keluargaku, karena aku cukup punya alasan kenapa aku belum mengenalkannya pada ibuku.
Alasan pertama; yakni karena aku belum bekerja. Aku tidak ingin membuat semua orang menyuruhku menikah dengan cewek yang aku bawa ke rumah karena aku belum punya pekerjaan yang mapan.
Alasan kedua; Dia, Dewi Saraswati juga belum mau aku ajak ke rumahku karena sesuatu alasan, yakni dia tidak akan ke rumahku kalau nanti hanya akan membuatku ketagihan. Ketagihan disini adalah permintaanku selalu mengajaknya untuk datang ke rumah. Karena sebagai wanita baik-baik, dia sangat takut kalau nanti aku sampai melakukan sesuatu hal yang sangat di larang. Entahlah, aku juga tidak tau maksud 'Melakukan sesuatu itu'.

*

Hampir setiap hari ibuku menyinggung nama Santi dan kapan aku mau menikah. Sebagai manusia yang terkadang masih lekat dengan jiwa labilnya. Aku pun sering uring-uringan. Dalam keadaan sedikit emosi, tentunya aku tidak akan menemukan jalan keluar dari setiap permasalahan. Yang ada malah emosi dan gelap. Nah, dalam keaadaan seperti itu, aku putuskan untuk mencari pekerjaan lain. Maksudnya tidak selalu membantu ibu setiap hari ke pasar.
Akhirnya setelah kesana kemari mencari kerja, aku pun mendapatkan pekerjaan.
Memang sih pekerjaannya tidak terlalu mentereng, yakni sebagai seorang sopir pribadi disebuah keluarga berada.
Tiap hari aku menjadi sopir pribadi keluarganya pak Wawan, seorang pengusaha ukir disebuah kota di Jawa Tengah.
Sudah hampir 6 bulan aku menjalani pekerjaan itu. Aku pulang ke rumah menemui ibuku setiap sebulan sekali. Tidak lupa aku juga menemui pacarku, Dewi Saraswati dan mengajaknya jalan-jalan, karena memang hubungan kami masih berlanjut.

Ditempat kerjaku, ada seorang pembantu yang cantik banget. Usianya 20 tahun, terpaut 3 tahun dariku.
Kecantikannya tidak kalah sama Dewi Saraswati pacarku, apalagi si Santi.
Memang benar pepatah Jawa mengatakan 'Tresno jalaran seko kulino' (Cinta karena terbiasa). Hal itu pun terjadi pada diriku.
Aku mulai merasakan jatuh cinta pada pembantu di rumahnya pak Wawan. Namun aku tidak mengatakannya pada pembantu yang bernama Wati tersebut. Malah pada kesempatan lain, dialah yang menyatakan cintanya kepadaku. Ternya diam-diam Wati menaruh rasa terhadapku. Saking tidak tahannya memendam perasaan itu, akhirnya Wati memberanikan diri mengatakan kalau sejak pertama melihatku dia sudah jatuh hati kepadaku.

Aku dan Wati diam-diam menjalin hubungan, karena aku juga mencintainya.
Huff, kiranya aku sudah menodai cintanya Dewi Saraswati. Namun mau bagaimana lagi? karena rasa kesepian mungkin dan seringnya bertemu dengan Wati hingga aku tidak mampu menepis rasa cinta yang tumbuh buat si Wati.

Waktu terus berputar. Kini aku mempunyai dua wanita yang sama-sama sangat mencintaiku. Hampir aku tidak bisa berkutik dibuatnya. Aku harus pandai-pandai mengatur waktu buat cinta mereka berdua.

Namanya juga perbuatan, pastilah akan ketahuan juga meski ditutupi sedemikian rupa.
Tanpa aku sadari sebelumnya. Dewi Saraswati rupanya mencium gelagatku yang dirasanya mulai aneh, yakni sering tidak membalas sms yang dia kirimkan kepadaku. Dia mulai curiga kepadaku.
Dewi pun sempat menanyakan kenapa aku mulai jarang berkirim kabar dengannya dan jarang membalas smsnya.
Kecurigaan Dewi akhirnya sampai kepuncaknya. Dia dengan terang-terangan dan keras bertanya padaku apakah aku mempunyai cewek lain. Mula-mula aku jawab tidak. Namun dia tidak percaya dan terus menanyakan hal itu.
Aku yang dalam keadaan tidak stabil, akhirnya mengakui kalau ada cewek lain selain dirinya.
Mendengar jawabanku tadi, tentu saja dia marah besar karena aku dinilai sudah melanggar ucapan kita berdua.
Meski dia tidak memutuskan hubungannya denganku, tapi dia mulai jarang membalas smsku. Saat aku pulang dan menemuinya pun dia sering menghindar dariku.
Saat itu, aku juga tidak berani memutuskan hubunganku dengan Dewi Saraswati, dan aku membiarkan hubungan kami menggantung begitu saja.

**

Ditengah cintanya aku dengan Wati. Tiba-tiba muncul kabar kalau Wati sebentar lagi mau menikah. Tentu saja hal itu membuatku kelimpungan, karena setelah aku menanyainya secara langsung, dianya membenarkan hal itu. Bahwa dia benar akan segera menikah dengan pacarnya di kampung.
Sungguh aku mengalami masalah yang sulit saat itu dalam urusan percintaan.
Dewi Saraswati cinta pertamaku sudah tidak perduli lagi denganku, hal ini karena ulahku.
Wati, yang dulu mengatakan cinta kepadaku dan aku cintai pun kini telah pergi dariku karena mau menikah dengan cowok lain.

Aku pulang ke rumah. Aku menemui teman karibku, yang bernama Jamilah. Aku menceritakan semua kejadian yang sedang aku alami.
Jamilah hanya terdiam mendengarkan penjelasanku.
Aku kemudian merogoh saku celana. Aku meminta segelas air putih kepada Jamilah.
Setelah air putih itu diberikan kepadaku, aku langsung menelan obat mabuk yang bernama Destro yang tadi aku beli di Apotek. Tak ayal lagi, aku merasakan mual dan muntah-muntah. Kepala jadi pusing berputar-putar. Jamilah yang tadinya cuma satu, sekarang tampak menjadi sepuluh.

"Kamu kenapa Joni? obat apa yang tadi kamu minum kok jadi seperti ini?" suara Jamilah yang lantas memijit tengkukku.

"Hoek, hoek, hoeeeeeeek!
Aku meminum obat Destro, obat mabuk.
Kenapa kamu memijitku Jamilah. Biarkan aku mati!!!" kataku disela muntah-muntah.

"Kok begitu sih Jon? Kalau kamu mati nanti aku mencintai siapa?" kata Jamilah sambil mengelap muntahan di bibirku.

"Ma maksudmu?"

"Aku sangat mencintaimu Joni," kata Jamilah. Aku tidak menyangka kalau selama ini Jamilah mencintaiku.
Aku menjadi malu sendiri, sebab aku menceritakan hal pahit ini pada seseorang yang ternyata sudah lama mencintaiku, yakni Jamilah.
(Tamat).

0 Response to "Dia Cinta.. Dia Cinta.. Aku Mabuk! Episode 12 (Tamat)"

Posting Komentar

wdcfawqafwef