Aku adalah seorang gadis biasa saja. Perawakanku tidak sexy
sangat. Wajahku boleh dibilang biasa-biasa saja, tidak cantik namun kebanyakan orang bilang kalau wajahku sangatlah manis.
Sebut saja namaku Vivi, anak
kampung dari keluarga kurang berada.
Aku baru mengenyam pendidikan disebuah SMA, tepatnya baru kelas 2.
Aku terbilang gadis yang baik, begitu juga dengan hal hubungan cinta. Aku selalu setia pada pasangan.
Namun, hal tersebut sepertinya sudah tidak berlaku lagi buat cintaku. Pasalnya, kini aku sudah
berani main selingkuhan dengan cowok lain tanpa sepengetahuan Rudy, pacarku.
Pertemuanku dengan Donjuan waktu itu, ternyata telah banyak memberi perubahan pada diriku.
Aku dan Donjuan bertemu
disebuah acara ulang tahunnya
teman kelasku. Kami saling
berkenalan, dan bermula dari
perkenalan itu berlanjut pada sebuah ajakan untuk bertemu dan jalan-jalan. Mulanya aku enggan
menanggapi ajakan Donjuan untuk bertemu. Namun karena dia mengajaknya tidak cuma sekali dua
kali, apalagi gaya bicara Donjuan
yang mendayu-dayu meyakinkan, hingga akupun mengiyakan ajakannya.
"Vi, kita ketemuan yuk. Ada
sesuatu yang ingin aku sampaikan
ke kamu," Kata Donjuan via telpon
waktu itu.
"Ketemuan bagaimana Juan?
Kalau ada yang mau kamu
sampaikan, tidak ada salahnya sampaikan sekarang saja," Ucapku.
"Tidak Vi. Kita harus bertemu, karena selain ada yang ingin kusampaikan, juga aku akan
menunjukkan, memberikan sesuatu kepadamu Vi," Imbuh Juan. Aku
terdiam sejenak. Pikirku, apa sih
yang sebenarnya ia inginkan dari
mengajakku ketemuan terus?
"Sesuatu? Sesuatu apa Juan,"
Tanyaku yang malah menjadi
penasaran.
Kiranya Juan bisa menangkap rasa penasaranku atas ucapannya tadi,
dan dengan pandainya, Juan
menjelaskan sedikit dari
maksudnya, yang mana malah
membuatku menjadi mengiyakan ajakannya.
Aku dan Donjuan akhirnya sepakat ketemuan disebuah tempat yang cukup indah dan romantis menurutku. Tempat tersebut
adalah pilihan dari Donjuan, karena memang aku tidak faham dengan tempat-tempat seperti itu.
"Kita duduk disana saja yuk Vi," Ajak Donjuan sembari mengulas senyum. Aku mengangguk saja, dan mengikuti langkah kaki
Donjuan.
"Tempat apa ini Juan?" Tanyaku, lantas aku melihati sekeliling.
"Ini namanya Taman Asmara.
Tempatnya indah kan Vi," Kata ia.
"He'em, indah sekali," Jawabku.
Aku terus memandangi yang
namanya Taman Asmara tersebut.
Tidak aku pungkiri, aku merasa takjub sama tempat itu. Bunga beraneka warna ada banyak di taman asmara. Belum lagi udaranya yang terasa sepoi meskipun hari yang panas.
Di taman asmara itu juga ada
banyak dijumpai burung beraneka
jenis, terbang dan hinggap
bergantian di dahan pepohonan.
Sepintas, aku melihat sebuah air terjun dengan air jernih mengkilat terpantul karena sinar matahari.
Gemercik airnya pun terdengar
jelas di telinga seperti lagi
mendendangkan lagu asmara.
Aku dan Donjuan saling pandang. Dia tersenyum, begitu juga denganku.
Entah kenapa, mulutku serasa
terkunci saat aku hendak berbicara kepadanya. Aku malah terlena memandang wajah dari Donjuan.
"Kenapa Vi?" Suara Donjuan sedikit
mengagetkan aku.
"Ehm tidak. Anu, itu bunga indah
sekali," Ucapku sekenanya.
"Oh bunga, aku kira ada apa
denganmu, kok diam membisu seperti itu tadi," Donjuan semakin melebarkan senyumnya.
"Tidak kok Juan," Kataku yang
berusaha menyembunyikan
kekagetanku tadi.
"Kamu suka dengan bunga itu, ya
Vi? Biar ku ambilkan kalau kamu mau," Kata dia.
"Tidak usah Juan," Entahlah,
sepertinya ada daya pikat dari
Donjuan yang membuatku menjadi
berdebar dan gugup.
"Iya sudah.. Kirain kamu suka bunga itu.
Vi, bagaimana dengan sekolahmu, kamu masih sering mendapat nilai
bagus kan?" Donjuan lantas
menatapku lekat-lekat.
"Baik kok Juan. Masih," Aku
berpikir, darimana dia tau kalau
aku sering mendapat nilai bagus? Ah mungkin dia tau dari si Ella, yang juga teman sekelasku.
Tampak Donjuan menggeserkan
duduknya lebih mendekat
kepadaku. Aku langsung
menggeser dudukku agak
menjauh. Jujur saja, karena aku tidak mau terlalu ada kedekatan antar tubuh kami. Tidak baik kalau
duduknya saling berdekatan,
karena Donjuan bukanlah siapa-
siapanya aku. Namun, hal itu tidak
berlangsung lama karena tanpa
kusadari, duduk kami saling dekat sekali, itu mungkin karena kami terlalu asik dalam berbincang dan
aku sendiri sudah lupa untuk
memperhatikan, mengatur jarak
duduk.
"Vi, maaf. Kamu sudah punya
pacarkah?"
"Sudah,"
"Oh sudah,"
"Iya. Kenapa Juan,"
"Tidak kenapa-kenapa, cuma tanya saja.
Lho, kok mendung," Donjuan
menatap ke langit, begitu juga denganku. Langit memang tampak mendung, padahal tadi cuaca panas sekali.
"Iya mendung. Juan, kita pulang
saja yuk. Sepertinya nanti akan
hujan deh," Ajakku.
"Pulang sekarang?"
"Iya,"
"Emmm, apa tidak sebaiknya kita
ke sana? Menikmati taman asmara
ini dari sana," Kata dia dan
menunjuk ke sebuah bangunan.
"Tidak ah Juan. Kita pulang saja,"
"Baiklah," Donjuan dan Aku
kemudian beranjak dari duduk
kami, untuk selanjutnya pulang
kembali ke rumah.
Aku dan Donjuan biasa-biasa saja,
tidak ada hal-hal aneh lagi. Kata dia
yang ingin menyampaikan dan
memberikan sesuatu pun hilang
begitu saja, tidak ada yang
disampaikan dia ke aku.
*
Ajakan bertemu dengan berlanjut pada jalan-jalan, sering Rudy lakukan, dan aku pun sering mengiyakan ajakannya. Kami sering bertemu dan jalan bareng.
Entahlah, mulai saat itu waktuku lebih banyak sama Donjuan dari pada sama Rudy.
Aku rasa, Rudy (pacarku) tidak tau kalau aku sering jalan bareng Donjuan. Buktinya, Rudy tidak pernah menyinggung kalau aku jalan sama cowok lain dan hubungan kami tetap aman-aman saja.
Hari itu adalah hari Senin, dimana biasanya aku merasa malas pada banyak hal, termasuk untuk bertemu dengan cowok, termasuk sama Rudy. Rudy pun sangat mengerti akan hal tersebut. Makanya Rudy tidak pernah menemuiku di hari Senin. Namun entah kenapa, aku menuruti ajakan Donjuan untuk berjalan-jalan di hari Senin.
Sepulang sekolah, Donjuan memintaku untuk datang ke suatu tempat dan selanjutnya kembali ke Taman Asmara.
"Hallo Vivi, lagi apa?
Emmm, bisa tidak kalau kamu datang ke tempat biasa dan nanti kita ke Taman Asmara," Kata dia.
"Emmm, bisa. Kapan Juan?"
"Kalu bisa sekarang saja, bagaimana?"
"Ok. Nanti aku datang ke tempat biasa," Kataku.
"Jangan lama-lama, ya," Kata Donjuan.
"Iya Juan, aku segera kesana," Aku pun langsung meluncur ke tempat biasanya kami bertemu.
Aku sampai di tempat biasanya yang sering kami gunakan untuk bertemu. Selanjutnya kami ke Taman Asmara, bersama.
Sungguh aku tidak menyangka, di Taman Asmara itu Donjuan banyak curhat kepadaku tentang kekosongan hatinya dari cinta.
"Masa sih, kamu tidak punya pacar Juan?" Kataku yang heran saja, karena sangat mustahil buatku, dia yang cukup ganteng itu sampai tidak punya pacar. Katanya ia sulit menemukan cewek, karena banyak cewek yang tidak mau menerimanya menjadi pacar dengan alasan takut kalau Donjuan main cewek. Maklum, Donjuan kan ganteng, bahkan pacarku (Rudy) juga kalah ganteng dengan Donjuan.
"Eh dibilangin tidak percaya. Bener lho, banyak cewek yang takut menerimaku untuk menjadi pacarnya," Kata dia. Aku sih menganggap omongan dia barusan adalah sebuah lelucon yang tidak penting dibahas.
Aku kaget, tiba-tiba Donjuan bilang kalau ia suka padaku.
"Vi, aku suka sama kamu,"
"Maksudmu Juan?"
"Iya suka kamu,"
"Ah kamu ada-ada saja Juan.
Aku ini jelek, dan juga sudah punya pacar. Jadi tidak mungkin aku menanggapi apa yang barusan kamu katakan," Kataku, yang tidak mau ambil pusing karenanya.
"Eh beneran Vi. Aku suka sama kamu dari pertama kita ketemu di tempatnya Ella, di acara ulang tahun itu," Kata dia. Aku tersenyum saja dengan melirik ke arah wajahnya.
"Nah, itukan. Akhirnya, ujung-ujungnya kamu bilang seperti itu kepadaku. Aku kan sudah punya pacar Juan,"
"I..iya, aku tau Vi. Ehmm, aku mau kok kalau kamu jadikan pacar keduamu,"
"Apa?! Gila kamu. Tidak ah," Aku langsung cemberut.
"Eit eits, jangan cemberut begitu Vi, aku kan jadi tidak enak sendiri, hehee.
Bagaimana Vi? Aku serius kok, aku mau menjadi pacarmu, meski pacar kedua,"
"Tidak tidak,"
"Kenapa Vi,"
"Gila saja," Aku memandang wajahnya. Sebentar kemudian aku mengajaknya pulang. Namun, Donjuan malah merayuku dengan jurus-jurus mematikan. Aku pun terpana olehnya.
**
Donjuan sering merayuku dengan rayuan maut yang membuatku mana tahan. Lambat laun, aku menjadi luruh oleh rayuaannya.
Akhirnya, aku dan Donjuan menjalin hubungan, tepatnya selingkuh, karena hubunganku dengan Rudy masih berjalan.
Aku menjalin hubungan dengan Donjuan memang tanpa sepengetahuan Rudy.
Hal-hal tentang asmara yang sebelumnya tidak aku ketahui, sekarang aku mengetahui bahkan melakukannya bersama Donjuan.
Selama aku berpacaran sama Rudy, kami belum pernah melakukan ciuman ataupun rabaan-rabaan yang membuat merinding hingga desahan. Paling kami sekedar ngobrol, jalan, pegang tangan, itu saja. Namun, bersama Donjuan, aku telah berani melakukan ciuman, dan rabaan ke bagian tertentu dari tubuh kami.
Mulanya aku tidak mau, takut. Tapi setelah Donjuan melakukan semuanya dengan lembut dan perasaan cinta, akhirnya aku pun terbiasa. Malah, kini aku sering melakukan duluan pada Donjuan.
"Aaarghhh," Suaraku saat ciuman Donjuan menelusuri dekat telingaku. Dia tampak buas dengan melakukan itu.
"Aku sayang kamu Vi," Suara Donjuan mesra di telingaku dengan nafasnya yang turun naik.
"Donjuan!" Aku tersentak kaget, kudorong tubuh Donjuan hampir terjatuh. Aku menatapnya tajam.
"Kenapi Vivi sayang?"
"Aku tidak suka kalau tanganmu keluyuran sampai situ!" Suaraku agak keras.
"Oh maaf Vi, maaf. Aku terbawa suasana," Kata dia yang lantas meraih tanganku.
"Iya sudah, sekarang kita pulang saja yuk," Ajakku. Donjuan menatapku, seakan ada kekecewaan tampak diraut wajahnya.
Sejak saat itu, aku tidak mau lagi diajak ketemuan oleh Donjuan. Aku lebih memilih menghabiskan waktuku untuk berduaan bersama Rudy, pacarku. (*)
0 Response to "Maafkan Aku Cinta, Aku Telah Selingkuh"
Posting Komentar