Template information

Dia Pacarku Berawal Dari Semangkuk Mie Ayam

Hujan deras baru saja turun setelah hampir setahun dalam kegersangan. Hawa yang tadinya panas pun mendadak berubah sejuk.
Aku memandang ke sebuah gerobak yang didorong. Lantas kulihat jam dinding, menunjukkan pukul empat sore, itu tandanya cewek manis itu sebentar lagi lewat di depan rumah.

"Mie ayamnya pak," Kataku pada pedagang mie ayam yang telah sampai di depan rumah. Setelah mengangguk dan berhenti, bapak itu meracik pesananku.

"Eits eiet eiiits, " Suaraku dengan tangan merentang.

"Apaan sih mas,"

"Nggak ada. Mau mie ayam dik?"

"Mau mentraktir?" Tanyanya cewek manis yang biasa lewat di depan rumahku kalau jam empat sore lebih sedikit. Dia adalah seorang pekerja di sebuah pabrik rokok, tidak jauh dari Desa dimana diriku tinggal.

"Kalau kamu mau, akan kutraktir dirimu,"

"Beneran nih?"

"Iya bener dik..., sejak kapan sih aku bohong kepadamu?"

"Ok mas," Kata dia. Aku memesan mie ayam lagi, satu mangkuk.

"Kita duduk disana saja yuk dik," Ajakku. Kami duduk di teras rumah. Mie ayam pesanan pun telah siap disantap.
Aku memandang cewek di sampingku, dia memang manis dan imut sekali. Aku tersenyum, dia pun membalas senyumku.

"Mau nambah lagi Beib?"

"Apaan Beib? Memangnya aku sayangmu, enak saja," Cewek itu cemberut, mungkin karena aku berlebihan dalam memanggilnya kali ya? Namun sebentar kemudian cemberutnya sirna ketika penjual mie ayam itu ngelawak, kami pun tertawa sampai terpingkal.

"Iiih bapak ini ada-ada saja. Memangnya aku dan dia cocok dilihat dari mananya pak?" Cewek bernama Nur itu kemudian melirik ke arah ku.

"Dari semuanya mbak. Sepertinya kalian memang pantas menjadi sepasang kekasih, seperti mangkuk dan sendok itu, hehee," Pedagang mie ayam itu hanya membuatku tersipu saja.

"Nggak deh pak, dia kan pacarnya banyak. Bisa-bisa nanti saya mencret dibuatnya, hikhikhiik," Dia mencubitku.
Mie ayam di dalam mangkuk sudah habis. Kulihat si Nur tampak kepedasan karena tadi sempat aku masukkan sambal sesendok besar ke dalam mangkuknya saat dia menatap muka ku. Aku memang suka jahil jika makan bersama teman, tidak kecuali dengan cewek.

"Nih minumnya Nur, air Kendi saja biar segar...," Ku tuang air di dalam Kendi ke gelas. Nur langsung meminumnya.
Mie ayam telah kubayar, pedagangnya pun melanjutkan kelilingnya.
Aku memandangi cewek bernama Nur itu. Rasa hendak tertawa karena begitu mudahnya kami berkenalan, padahal sebelumnya kami hanya saling pandang jika bertemu dan tidak tahu nama satu sama lain.
Apa benar apa yang dikatakan penjual mie ayam tadi? Jika Nur dan aku ada kecocokan. Entahla, tapi memang ada rasa nyaman aku dekat dengan dirinya.

Dia pamit pulang setelah mengucapkan terima kasih atas semangkuk mie ayam tadi. Senyumnya terasa menyejukkan diriku, dia mengayuh sepedanya, sementara diriku memandangnya dengan sebuah harapan yang kini mulai mengusik batin, akankah aku bersamanya.

Hal itu memang benar terjadi pada kami. Hari berikutnya kami sering mengobrol di teras rumahku setelah si Nur pulang dari tempat kerja. Lama kelamaan, tumbuh rasa cinta yang tak mampu lagi kutahan untuk mengucapkan dihadapannya.
Tanpa kusadari sebelumnya, ternyata dia juga sudah lama menaruh rasa suka terhadapku. Jadi apa yang aku ungkapkan kepadanya bisa diterima. Kami pun mulai berpacaran, dan tempat pacaran yang kami sukai adalah teras rumahku sambil makan mie ayam, meskipun tidak setiap hari. Hubungan kami pun tetap berjalan hingga kini. (*)

0 Response to "Dia Pacarku Berawal Dari Semangkuk Mie Ayam"

Posting Komentar

wdcfawqafwef