Template information

Dia Cinta.. Dia Cinta.. Aku Mabuk! Episode 2

Sesampainya di rumah dan mencoba kipas yang kubeli, aku langsung terlentang di dipan. Mataku terus berputar-putar memandangi langit-langit rumah.
Entah kenapa, wajahnya Dewi Saraswati bergelayut di pelupuk mataku. Bayangnya mengajakku bermain dalam halusinasi.

"Ah," Suaraku. Aku langsung bangkit dari tiduranku. Aku sandarkan punggungku pada dinding rumah yang terasa hangat karena seharian terkena sinar matahari.
Kulihat di depanku ada mendoan (tempe goreng) yang baru saja diletakkan oleh ibu.
Dengan cepatnya kusambar makanan tersebut dan nyam nyam nyam.

"Cabainya mana bu..," Jariku mencari cabai diantara tumpukan mendoan di piring, namun tidak aku temukan.

"Ini, jangan banyak-banyak makan cabainya, nanti mules-mules lagi," Suara ibu dan langsung duduk di depan televisi.
Sementara aku langsung mencomot cabai tersebut. Hehee, karena memakan gorengan tidak nikmat tanpa makan cabai. Lagian aku paling suka rasa pedas, meskipun sehabis itu perutku terkadang mules-mules.

"Eh Joni. Mana sisa uangnya," Suara ibu tiba-tiba.

"Yah ibu. Kan sudah kubilang buat aku,"

"Kamu sepuluh ribu saja. Mana," Ibu menengadahkan tangan. Terpaksa aku berikan sisa yang 25 ribu.

"Nanti aku minta lho bu kalau aku ada perlu," Kataku.

"Memang perlumu apa?
Sudah cukup itu sepuluh ribu buat seminggu,"

"Hah? Sepuluh ribu buat seminggu, aduh bu...," Aku mendelik sambil menelan makanan tadi.

"Ya iyalah Joni..,"

"Keperluanku kan banyak bu, tidak cukup itu uang sepuluh ribu," Kataku.

"Lebih banyak lagi keperluannya ibu. Sudah, kamu pakai saja itu dulu.
Makanya kamu kerja, jangan main... saja kerjanya," Ibuku malah jadi mengomel. Melihat hal itu, aku buru-buru menyingkir karena suka tidak tahan kalau mendengar orang mengomel.

"Eh eh, kamu mau kemana Joni?"

"Mau ke rumah teman. Daaa ibu.., emmmuach," Dengan cengengesan aku pamit sama ibuku. Aku memang suka seperti itu, sedikit bertingkah manja kalau pas ibuku mengomel.

"Pulangnya jangan sore-sore! Jangan lupakan tugasmu di rumah,"

"Iya bu," Ibu memang suka begitu, selalu berpesan agar tidak melupakan tugasku di rumah kalau aku mau main. Maklum, kami adalah keluarga kurang mampu. Jadi harus bergantian untuk membangun ekonomi.
Biasanya sehabis aku pulang dari bermain. Maka aku akan menggantikan ibu untuk menjaga warung kecil kami hingga malam.

*

Sebagai ada kampung yang jauh dari keramaian dan hiburan mewah. Aku biasanya menghabiskan waktu dipinggiran sungai dengan memancing. Kalaupun aku punya hp, itu aku gunakan cuma buat ber-sms dan telpon-telponan saja, karena memang hpnya tidak berfitur lengkap seperti yang orang kebanyakan miliki.

"Nyari umpan dulu ah..," Aku mengorek-ngorek tanah gembur dipinggir sungai guna mencari umpan mengail (cacing). Sebentar saja umpan telah aku dapatkan.

"Ups," Lirih suaraku dengan melemparkan mata kail ke tengah sungai.
Sebentar aku menengok ke kanan kiri, biasanya si Jamilah suka lewat sini, kataku.

"Kamu lagi Joni, bosan ah!" Suara cewek yang tiba-tiba berada di dekatku.

"Eh kamu Jamilah. Bosan? Maksudmu,"

"Bosan melihatmu tau," Kata Jamilah.

"Kalau bosan melihatku ya jangan melihatlah. Ngapain juga kamu duduk disini? Katanya bosan denganku," Jamilah malah duduk di dekatku. Aku perhatikan si Jamilah, eh dia malah tersenyum.

"Iya iya.., sebentar aku pergi.
Kamu tidak menjaga warung?" Tanyanya Jamilah.

"Jelas-jelas aku disini. Iya tidak Jamilah..,"

"Sudah tau. Ah kamu. Itu tuh, sepertinya dapat ikan,"

"Mana?!" Aku langsung menarik pancingnya. Eh ternyata cuma dapat sampah plastik yang nyangkut. Jamilah pun tertawa, sementara aku cuma nyengir saja.

Aku perhatikan, Jamilah sering mencuri pandang padaku. Entah apa maksudnya, selama ini aku cuek saja pada Jamilah.
Aku dan Jamilah memang berteman sudah lama, sejak kecil.
Kalau aku perhatikan, Jamilah yang sekarang memang jauh berbeda dengan belasan tahun yang lalu.
Jamilah yang sekarang sudah menjelma menjadi gadis manis nan lucu menurutku, karena dia sering membuat kelucuan dengan gaya bicaranya, juga sering tingkahnya lucu dan membuatku tertawa.

"Kenapa kamu memandangiku seperti itu Jamilah. Apa ada yang aneh padaku?" Kataku yang mungkin membuyarkan pikirannya Jamilah.

"Emm tidak. Tidak ada yang aneh kok Jon," Jawabnya yang sepertinya kaget.

"Lantas?"

"Ingin memandang saja. Tidak boleh ya," Jamilah sedikit menundukkan wajahnya.

"Boleh kok. Gratis tidak dipungut biaya,"

"Yeee.. Kamu minta dibayar ya,"

"Tidak. Siapa bilang minta dibayar. Aku bilang gratis.
Nah, kena kamu," Lantas aku menarik kailku. Seekor ikan gabus berhasil aku pancing.

"Asik... dapat...!!! Ikannya buat aku ya Jon," Kata dia yang tangannya hendak ikut memegang ikan tersebut.

"Eh eh eh, eits.. Waduh.. Lepas," Aku cengengesan, begitu juga dengan Jamilah. Kemudian kami tertawa lebar atas lepasnya ikan tadi.
Aku kembali memasang umpan pada mata kail. Sebentar kemudian aku lemparkan kailnya ketengah sungai.
Sampai sore, aku ditemani Jamilah dipinggiran sungai. Sampai pada akhirnya kami pulang kerumah. Tidak lupa aku membagi ikan hasil pancingan pada Jamilah, teman baikku yang sepertinya menyimpan sesuatu terhadapku.

(Bersambung).

1 Response to "Dia Cinta.. Dia Cinta.. Aku Mabuk! Episode 2"

wdcfawqafwef