Template information

Njebluk!

"Njebluk! Kepalaku serasa meletus saking tidak kuatnya menahan semua pikiran," Anto tampak emosi.

"Kamu kenapa An?!
Dadaku juga serasa njebluk karena tidak muat menampung masalah yang aku pendam," Rudi juga tampak kesal. Keduanya menyandarkan tubuh pada tembok. Anto memegangi kepalanya, sementara Rudi terlihat menjambak-jambak rambutnya.

"Huh! Aku harus mendinginkan kepalaku. Es batu Rud, punya es batu tidak," Mata Anto memerah.

"Itu di Kulkas," Jawab Rudi. Anto langsung menuju kulkas yang dimaksud. Dengan cepat dia mengambil bongkahan es batu lantas menaruhnya di atas kepala.
Anto menutup pintu kulkas, selanjutnya kembali ke ruang tengah.

"Huahahaa. Apaan kamu An?! Ya mbok es batunya dipecah. Itu di meja makan kan ada teh manis," Rudi kembali meremas-remas rambutnya.

"Biarin Rud. Ndongkol aku,"

"Waduh, kesal ya?
Bikin es teh dulu ah..," Rudi beranjak dari duduknya.

"Sekalian aku dibuatkan Rud. Hemmm sudah mendingan dingin kepalaku," Es batu yang tadi ditaruhnya di atas kepala pun di letakkannya di lantai.
Tidak lama kemudian Rudi datang dengan membawa dua gelas es teh.

"Nih es tehnya. Bagaimana, sudah tidak berasap itu kepala," Rudi menyodorkan gelas es teh.

"Sudah kalah sama es batu asapnya. Hemm segarnya bro,"

"Eh An, kamu mikir apa sih," Tanyanya Rudi kemudian menyeruput es teh tadi.

"Banyak,"

"Ya apa kok banyak," Rudi tampak menikmati minumannya.

"Mikir pulsa, cewek, makan, kontrakan, dan lain-lain deh. Memang kenapa Rud," Terang Anto.

"Sama dong, dan sama-sama njebluknya, hahaa," Rudi tertawa.

"Ah kamu Rud. Eh, bagaimana dengan cewekmu,"

"Cewekku? Tadi dia nangis," Jawab Rudi.

"Nangis kenapa,"

"Nangis karena isi dompetku njebluk tidak ada isinya, jadi aku tidak bisa membelikan kue ultah dia yang ke 16," Rudi menyambar bungkus rokok di dekatnya.

"Oh... jadi cewekmu ikutan njebluk dong, hehee,"

"Bukan cuma njebluk, tapi berhamburan kemana-mana perasaannya.
Sial! Rokok pun habis," Rudi tampak cemberut.

"Kan sudah aku bilang kalau semuanya njebluk! Jadi rokok pun ikut njebluk, hahaa.
Sudah sore Rud, aku pulang dulu ya. Besuk jangan lupa bukunya dibawa," Kata Anto.

"Ya kalau kepalaku tidak njebluk dan lupa," Rudi juga bangkit dari tempat duduk dan mengantar Anto sampai di teras rumah. (*)

0 Response to "Njebluk!"

Posting Komentar

wdcfawqafwef