Hujan belum juga reda sedari sore. Tampak Sarminto duduk di depan rumahnya sambil menikmati singkong rebus, segelas kopi hitam, rokok.
Aku yang melihat dia dari balik kaca jendela, bergegas kuambil payung dan berlari ke tempatnya.
"Silahkan Rinto," Sarminto mempersilahkan aku duduk sambil terus mengunyah singkong rebus di mulutnya.
"Iya Min. Emm boleh aku minta singkong ini?" Aku melirik ke singkong yang masih berasap di atas piring.
"Oh silahkan, ambil saja. Orang tuamu tadi mau kemana?" Sarminto berdiri, kemudian masuk ke dalam rumah.
"Eee. Eh malah masuk ke dalam.
Hemm, pasti pulen dan nikmat ini singkong," Aku langsung mengambil sepotong makanan di dekatku. Nyam nyam nyam.., singkongnya memang terasa pulen dan nikmat. Mungkin karena singkongnya sudah tua, pikirku.
Aku mengunyah potongan singkong rebus sambil kedua mata memandangi air hujan. Cocok, pas sekali suasana sore ini, kataku dalam hati.
"Ini Rin," Sarminto meletakkan gelas berisi kopi hitam kental di dekatku. Aku mengangguk.
"Hemm, pasti semakin nikmat ini," imbuhku.
"Orang tuamu tadi mau kemana," Kembali Sarminto menanyakan itu.
"Tidak tau Min. Mungkin pada mau ke rumah kakek.
Ini singkong dari mana Min? Enaknya tiada tara," Kataku.
"Oh. Ini singkong dari sawah. Kenapa memangnya?
Tadi aku melihat pacarmu seperti menangis, kamu apakan dia?" Sarminto menatapku.
"Kapan? Oh itu. Biasa Min, merajuk," Kataku.
"Merajuk kok sampai menangis. Pasti kamu apa-apain kan? Ngaku saja..," Sarminto seperti mencium sesuatu atas pacarku yang menangis itu.
Aku terdiam menatap wajah Sarminto. Rasanya aku malu, karena pacarku juga termasuk kerabatnya Sarminto.
"Tidak apa-apa kok Min. Cuma masalah kecil kok," Aku menyeruput kopi hitam itu, dan.. hemmm 'glek' sangat terasa sekali nikmatnya.
"Iya Rin. Sebisa mungkin dikendalikan emosi atas permasalahan yang ada. Bukan cuma kalian, tapi semua orang pasti mengalami permasalahan dalam percintaan. Percintaan juga bagian dari hidup kita kan?
Ya sudah Rin, aku mau ketempat kerja dulu, karena meski hujan turun, pekerjaan harus tetap di jalankan," Kemudian Sarminto bersiap menuju tempat kerja. Aku hanya terbengong atas apa yang terjadi padaku dan pacar.
Aku lantas bangkit dari tempat duduk, juga akan bersibuk diri dengan pekerjaanku. (*)
Jumat, 24 Juli 2015
Cerpen
0 Response to "Obrolan Singkong Rebus"
Posting Komentar