Template information

Dia Cinta.. Dia Cinta.. Aku Mabuk! Episode 10

Sesampai di rumah, aku langsung sms Dewi Saraswati karena memang aku kangen sekali.

"Hei Wi. Hari ini kamu lagi apa?" sebaris smsku.
Mungkin karena dia lagi sibuk, jadi smsku tidak lantas dibalasnya. Aku mencoba berkirim sms lagi, namun juga tidak langsung dibalas. Kemudian aku menyibukkan diri dengan memberi makan ayam-ayam peliharaanku.

"Joni... kamu lagi apa. Sini sebentar," suara ibu memanggilku.

"Iya bu, sebentar. Ini lagi ngasih makan ayam," setelah selesai memberi makan ayam, aku langsung menemui ibuku.

"Ini kita geser kesana biar lega tempatnya," aku dan ibu menggeser rak jualan di warung.
Sayup-sayup kudengar hpku berbunyi. Selesai mengurusi rak warung, aku bergegas mengambil hpku. 'Pasti sms dari dia' pikirku.
Benar saja, sms dari Dewi.

"Kamu libur ya hari ini?" smsku pada Dewi.

"Iya mas. Ada apa?" jawabnya.

"Tidak apa-apa sih. Bagaimana kalau kita ketemuan dan jalan?" ajakku.

"Memangnya kamu mau ketemuan denganku?
Ketemuan dan jalan ke mana?" balasnya.

"Kemana saja. Mau tidak kita ketemuan dan jalan?" tanyaku.

"Mau sih. Tapi aku lagi bokek mas, tidak punya uang,"

"Ketemuan kan tidak pakai uang, hehee.
Mau ya kita ketemuan?" kataku.

"Tapi bagaimana kalau nanti aku kehausan? Hehee.
Mau ketemuan dimana memangnya," kata dia.

"Kita ketemuan di dekat pasar Paing saja ya? Bagaimana?"

"Kapan?" tanyanya Dewi.

"Sekarang. Tapi aku mandi dulu.., bagaimana?" kataku.

"Ok. Aku juga mau mandi dulu ya," kata dia.

"Ok. Nanti aku sms lagi kalau sudah siap," aku langsung bergegas mandi. Apalagi bau badanku sudah tidak karuan sepulang dari pasar tadi.

*

Aku dan Dewi sepakat bertemu di dekat pasar Paing. Seperti biasa yang kemana-kemana aku menggunakan sepeda motor kepunyaan bapak. Hari itu aku juga menaiki motor butut tersebut. Setelah tadi aku berpamitan sama ibu, aku langsung bablas menuju tempat yang sudah disepakati.
Sesampainya di pasar Paing. Aku tengak tengok mencarinya. Namun dianya tidak ada, atau belum sampai.

"Dia belum kesini tampaknya," ucapku. Namun tiba-tiba dia sudah berada di belakangku dengan sepeda motornya (Astrea Grand).

"Hei mas. Sudah lama ya?" sapanya setelah melepaskan helm kepala.

"Hei Wi. Belum kok," kami kemudian ngobrol sebentar.

"Kita jadi kemana ini mas,"

"Kemana ya? Ah anu saja, ke pantai. Bagaimana?" kataku.

"Tapi kan lumayan jauh pantainya,"

"Tidak apa-apa. Mau tidak ke pantai?"

"Mau. Tapi kita tidak jalan sendiri-sendiri ya, karena aku takut naik motor jauh-jauh,"

"Iya. Kalau begitu biar aku titipkan saja sepedaku, dan kita naik sepedamu. Bagaimana?"

"Begitu juga boleh," kata dia. Kemudian aku menitipkan sepeda motorku di penitipan sepeda tidak jauh dari pasar. Aku dan Dewi langsung tancap gas menuju sebuah pantai yang jaraknya lumayan jauh.
Selama dalam perjalanan ke pantai, kami memang tidak banyak bicara. Kami lebih memilih banyak diam karena menghemat suara, hehee.
Hampir 3 jam kami berjalan dan akhirnya sampai juga di pantai yang kami maksud.

"Alhamdulillah, kita sudah sampai di pantainya Wi," aku membuka helm untuk kemudian memandang hamparan air laut yang tampak biru.

"Iya mas. Tapi suasananya tidak terlalu ramai ya," sahut dia.

"Mungkin karena kita datangnya sudah siang, jadi mereka sudah pada pulang. Kita kesana yuk," ajakku. Setelah mengunci kendaraan, kami berjalan menuju bibir pantai.
Kulihat ada keceriaan di wajahnya Dewi saat air laut riuh menabrak kakinya. Tawa kecil darinya pun terdengar ketika kucipratkan air laut itu ke tubuhnya.

"Iiiich mas Joni. Jadi basah ini. Awas ya," dia membalasku dengan mencipratkan air laut ke tubuhku. Karena aku tidak ingin pakaianku basah, aku berlari kecil menjauh darinya. Namun dia mengejarku.

"Ampun Wi ampun, hehee," suaraku saat tanganku berhasil diraihnya. Aku membalikkan badan kemudian menatap wajah cantiknya.

"Kena kamu mas. Rasakan ini," satu cubitan di lenganku dia lakukan. Aku meringis pura-pura sakit. Kulihat dia tertawa, aku pun tersenyum.
Kami terus bersenda gurau di bibir pantai. Kemudian kami menjatuhkan diri ke pasir pantai. Kami menatap ke tengah lautan yang ombak sedang berkejaran.

"Wi," kataku dengan menatapnya.

"Iya mas. Ada apa?" dia pun menatapku.

"Aku tidak akan bilang kalau cintaku kepadamu sedalam lautan itu. Tapi aku akan bilang kalau aku benar-benar mencintaimu,"

"Benarkah mas?"

"Iya benar,"

"Ah gombal,"

"Kok gombal sih,"

"Karen cowok bilangnya selalu begitu kalau di depan cewek. Iya kan?"

"Tidak tau. Aku tidak pernah bilang seperti itu kecuali sama kamu,"

"Ngegombal lagi. Memang kamu bilang apa untuk merayu cewek-cewekmu hayo,"

"Aku tidak pernah merayu cewek, karena aku belum punya pacar sebelumnya," kataku.

"Yang benar,"

"Iya benar,"

"Aku tidak percaya,"

"Kenapa tidak percaya?"

"Karena kamu itu cowok ganteng, pasti banyak ceweknya," ujar dia.

"Beneran, aku belum pernah punya cewek.
Kalau kamu menilai aku banyak ceweknya karena aku ganteng, berarti kamu banyak cowoknya dong? Kamu kan cantik, hayo..,"

"Ya bukannya begitulah mas,"

"Terus?"

"Ya... tidak tau deh, hikhikhiik," Dewi malah terkikik. Sekali lagi aku memandangnya. Dia memang cuma bercanda kepadaku, begitu juga denganku yang lagi bercanda dengannya.

Lama kelamaan hawa bibir pantai sudah terasa panas karena terik. Kami lantas berpindah tempat yakni kembali ke parkiran sepeda motor.
Sempat tadi aku menanyakan akan cintanya kepadaku, dia menjawabnya dengan serius bahwa ia mencintaiku.
Akhirnya, kami pun mengucap janji untuk sebuah benih cinta di hati. Kalau orang bilang biasa menyebutnya dengan 'Jadian'.
Ya, hari itu kami jadian untuk sebuah jalinan.

Jarum jam terus berputar. Setelah puas kami di pantai, kami pun memutuskan untuk pulang karena matahari sudah condong ke barat.
Tidak lupa sebelum kami pulang ke rumah masing-masing, aku mengajaknya untuk menikmati segarnya es campur di pinggiran jalan.
Begitulah kisah 'Jadianku' dengan Dewi waktu itu. Selanjutnya kami menikmati hari-hari penuh dengan warna-warni akan namanya cinta.

(Bersambung).

0 Response to "Dia Cinta.. Dia Cinta.. Aku Mabuk! Episode 10"

Posting Komentar

wdcfawqafwef