Hari sudah pagi. Seperti biasa aku mengantar ibu ke pasar dan ikut jualan.
Suasana pasar begitu ramai dari biasanya. Mungkin karena hari itu adalah Minggu dan pas tanggal muda.
Di sebuah lorong sudut pasar. Aku melihat dua orang wanita yang berjalan menuju ke arah kami. Sepertinya mereka adalah dua orang yang kemarin juga berbelanja di lapak kami.
Benar saja, mereka mampir di tempat kami. Mereka tersenyum padaku, aku pun membalas senyum mereka.
"Silahkan mbak. Silahkan, mau beli apa?" kataku menanyakan pada mereka.
"Anu mas. Bayam dan terong," jawab ibu muda yang memakai baju warna biru muda. Meski tampaknya sudah ibu-ibu, namun penampilannya cukup rapi hingga tampak kecantikannya.
Lain lagi dengan yang satunya, dia tampak lebih muda, umurnya kira-kira menginjak 18 tahun. Dia terus memperhatikan aku terus.
"Suka sama sayuran bayam dan terong ya mbak, hehee," kataku sembari mengambilkan kantong plastik.
"Iya mas. Kenapa mas?"
"Tidak kenapa-kenapa. Malah bagus kok untuk kesehatan dan kecantikan wajah," kataku.
"Kok bisa? Hehee, masnya ngarang ini," kata dia.
"Bener. Tidak ngarang.
Sayuran bayam akan membuat cantik wajah. Wajah akan tampak segar bercahaya. Sedang sayuran terong itu, nah.. kalau yang ini saya tidak tau, hikhikhiik,"
"Ah bisa saja mas ini. Berapa semuanya mas?" kata ibu muda tersebut.
"Semuanya, emmm, berapa bu?
Iya, 9.500 mbak," jawabku setelah bertanya pada ibuku mengenai jumlah harga yang sayuran itu.
Setelah ibu muda tadi menerima uang kembalian, mereka pun pamit dan meninggalkan tempat jualan kami.
Aku tersentak kaget, saat kulihat ada dompet bermotif bunga terbuat dari kain tergeletak di atas sayuran. Buru-buru aku mengambil dompet tersebut.
"Ibu. Ini dompet siapa ya?" tanyaku pada ibu. Ibuku yang saat itu memilihi sayur kangkung, beliau menoleh.
"Mana?"
"Ini bu," Aku menunjukkan dompet yang kupegang.
"Ibu tidak tau. Kamu temukan dimana tadi dompet itu Jon,"
"Tadi di atas sayuran. Hemmm punyanya siapa ya kira-kira? Apa kepunyaan ibu muda tadi?" Aku memandang ke ujung lorong pasar dan mengamati tempat sekitar, namun ibu tadi tidak ada.
"Apa punyanya pembeli tadi Jon?! Coba kamu lihat isinya. Nanti kamu kembalikan pada yang punya," kata ibuku. Aku membuka dompet itu. Ada sejumlah uang puluhan ribu di dalamnya. Aku meneliti lebih lagi. Aku temukan sebuah KTP terselip diantara uang yang ada.
Aku amati KTP tadi, dan sepertinya memang milik ibu muda yang tadi berbelanja, karena memang foto di KTP itu mirip dengan wajahnya.
"Iya bu. Ini milik ibu tadi. Ini KTPnya," kataku pada ibuku.
"Kalau begitu kamu kembalikan saja ke rumahnya, atau nunggu kalau orang itu balik kesini,"
"Nunggu ibu itu balik kesini saja ya bu," Aku simpan dompet tadi ke dalam tas kecil yang selalu kubawa. Aku kemudian melanjutkan membantu ibuku dengan memilihi sayuran.
*
Hari telah beranjak siang. Kami mengemasi dagangan yang tersisa.
Aku menoleh ke kanan kiri tempat kami. Mereka para pedagang sayuran juga mulai berkemas dengan dagangannya.
"Bagaimana ini bu? Ibu tadi tidak kembali kesini," tanyaku pada ibu.
"Nanti kita antarkan saja ke rumahnya.
Anu Jon, yang itu dicampur disini saja," kata ibu.
Setelah semuanya beres, kami keluar dari dalam pasar. Selanjutnya kami menuju ke tempat ibu muda untuk mengembalikan dompetnya yang tadi tertinggal di lapak kami.
Tidak butuh waktu lama. Setelah bertanya ke beberapa orang, aku dan ibuku sudah sampai di depan rumahnya ibu muda yang tadi berbelanja ditempat kami.
"Apa yang ini rumahnya ya bu?" tanyaku pada ibuku.
"Tidak tau. Kalau menurut orang-orang tadi, memang ini rumahnya. Coba kamu ketuk pintu pagarnya Jon," jawab ibuku. Aku langsung mengetuk pintu pagar rumah itu dengan kunci kendaraan. Tidak lama kemudian muncul seorang wanita yang ternyata memang benar ibu muda itu.
"Ada apa ini, tumben ibu dan mas ini mampir ke tempat saya?
Emmm, maaf dari mana ibu dan mas ini tau kalau saya tinggal disini," kata ibu muda itu kepada kami.
Setelah kami menjelaskan maksud kedatangan, ibu muda tersebut langsung mempersilahkan kami untuk masuk ke rumahnya.
"Begitulah maksud kedatangan kami kesini bu," ibuku menjelaskan.
"Terima kasih banyak lho bu, karena ibu dan mas ini telah sudi mengembalikan dompet ini.
Tadi saya mencari-cari diseluruh rumah, tapi tidak ditemukan. Saya tidak kepikiran kalau barang kali saja dompet ini tertinggal di tempatnya ibu. Silahkan di minum bu, mas," ibu muda itu menawarkan minuman yang sudah tersaji di meja.
"Iya bu, sama-sama. Maaf sebelumnya lho bu. Tadi kami sempat membuka dompetnya. Kami tidak mengambil uang di dalamnya, sepeserpun. Melainkan kami melihat KTP itu. Jadi kami bisa mengembalikan dompet itu," kataku menimpali ibu muda itu.
"Iya mas, tidak apa-apa. Saya malah sangat berterimakasih kok.
Maaf, mas dan ibu ini namanya siapa ya? dari tadi dan sebelumnya kan belum berkenalan. Kalau saya namanya bu Widya," kata ibu muda itu yang lantas tersenyum. Kami pun kemudian memperkenalkan diri.
Bu Widya tidak lupa memberikan sejumlah uang pada kami sebagai tanda terima kasihnya, namun kami menolaknya.
Setelah dirasa cukup lama kami berada di rumah tersebut. Kami kemudian berpamitan hendak pulang.
Aku sempat terkejut ketika mau melangkah ke pintu rumah itu. Tiba-tiba dari luar rumah masuk seorang cewek cantik yang tadi bersama bu Widya berbelanja di tempat kami.
Aku lihat dia juga sempat kaget sebelum tersenyum kepada kami.
Aku dan ibuku meninggalkan rumahnya bu Widya dengan dihantarkan tatapan dan senyum renyah mereka.
(Bersambung).
Jumat, 07 Agustus 2015
Cerbung
0 Response to "Dia Cinta.. Dia Cinta.. Aku Mabuk! Episode 9"
Posting Komentar