"Ayo cepat Dul, jangan loyo seperti itu ah," suara temanku bernama Jaka.
"Iya iya, tapi aku benar-benar capai nih," kata Dullah.
"Sebentar lagi kita sudah sampai. Ayo ah," sambung Jaka.
"Sebentar-sebentar, lihat itu disana. Kita istirahat sebentar disini sambil melihat itu," kataku. Jaka dan Dullah menoleh ke arah yang kutunjuk, mereka tampak terpana.
"Wuih gila, keren banget itu Bro," kata Jaka.
"Iya, bagus sekali," sahut Dullah.
"Itu kan.. sekarang tidak ada salahnya kita istirahat sebentar disini sambil menikmati pemandangan langka ini," kataku yang kemudian di iyakan mereka berdua.
Kami bertiga terus memandang ke arah pelangi yang sangat indah melengkung di antara gundukan bukit, sangat indah memang, dan baru kali ini kami melihatnya.
"Sambil istirahat, kita buka perbekalan tadi deh," ucap Jaka yang lantas mengeluarkan bungkusan dari tas ransel.
"Asik nih kita makan," kata Dullah yang tampaknya memang sudah lapar setelah berjalan mendaki selama 3 jam tadi.
"Yo'i, kita makan dulu..," timpalku. Kami pun menikmati perbekalan yang dibawa.
"Jaka, berapa lama lagi kita sampai?" tanya Dullah.
"Satu jam lagi,"
"Kalau begitu sudah dekat dong," kataku.
"Iya Bro," jawab Jaka. Di antara kami bertiga, memang hanya Jaka yang tau tempat yang sedang kami tuju, yakni Air terjun putri tujuh.
Kami melanjutkan perjalanan setelah dirasa cukup istirahatnya.
*
"Inikah Air terjun yang kamu maksud Jak?" tanyaku setelah sampai dan Air terjun yang indah tampak di hadapan kami.
"Iya Bro. Inilah Air terjun putri tujuh itu, indah bukan?"
"Wew.. sangat indah man..," sahut Dullah.
"Kita kesebelah sana yuk," Jaka berjalan ke arah sisi kanan, kami pun mengikutinya.
"Apa itu Jak, Gua?" tanyaku.
"Iya. Itu Goa putri tujuh namanya," jawab Jaka.
Baru saja kami hendak melangkah, tiba-tiba ada suara menegur mengagetkan kami.
"Kalian mau kemana? Awas jangan masuk ke dalam Gua," suara seorang pria berpakaian serba hitam.
"Kenapa tidak boleh masuk ke dalam sana pak?" Jaka tampak mengerutkan kening. Begitu juga dengan Aku dan Dullah, kami sama-sama mengernyitkan dahi saling pandang.
"Itu Gua tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang," kata pria tersebut.
"Kok begitu pak? Padahal seminggu yang lalu kami diperbolehkan masuk ke sana," Jaka menjelaskan.
"Iya. Seminggu yang lalu memang dibuka untuk umum. Namun setelah kejadian empat hari yang lalu itu, Gua ini untuk sementara ditutup untuk umum, mengerti?!" pria itu menjelaskan.
"Maaf pak, memangnya ada kejadian apa pada empat hari yang lalu disini?" tanyaku. Orang itu diam memandangku.
"Apa kalian tidak tau," pria itu terus memandangi wajah kami bertiga.
"Tidak pak. Kejadian apa itu pak?" suara Jaka.
Pria itu tampak menarik nafas panjang sebelum ia menceritakan apa sebenarnya yang terjadi.
"Pada empat hari yang lalu, tepatnya di malam hari. Ada peristiwa pembunuhan di dalam Gua. Makanya sampai sekarang Gua itu ditutup untuk umum. Lihat garis polisi itu," kata pria tersebut. Aku, Jaka, Dullah pun langsung menoleh, memang benar ada garis polisi membatasi mulut Gua tersebut.
"Itu siapa yang dibunuh pak? dan oleh siapa pembunuhnya," tanyaku.
"Seorang wanita yang dibunuh. Pembunuhnya tidak tau siapa. Sampai sekarang Polisi masih mencari pembunuh wanita itu," pria itu menerangkan.
"Oh seperti itu, ya pak ceritanya. Baiklah pak, kami permisi dulu," kata Jaka.
"Iya silahkan," jawab pria tadi. Kami kemudian meninggalkan pria itu.
"Waduh.., tidak jadi asik dong kita. Kenapa juga ada pembunuhan di Gua itu, ya?" kata Jaka.
"Tidak apa-apa Jak, kan masih ada Air terjun itu. Yuk kita kesana saja,"
"Benar kata si Bro, kita kesana saja yuk," Dullah pun membenarkan. Kami langsung saja menuju ke Air terjun yang tidak jauh dari kami berdiri.
"Apa itu! Apa itu Jak, Bro," suara Dullah agak keras sambil menunjuk ke arah dimana ada sesuatu yang seperti tersangkut di bebatuan sungai.
"Sepertinya itu mayat," kataku.
"Mayat? Mayat siapa?
Yuk kita lihat," Jaka menarik lenganku. Kami bertiga menuju ke aliran sungai itu. Benar saja, ada sosok mayat tergeletak disana. Serempak kami langsung berteriak ada mayat! ada mayat!!! Pria berbaju serba hitam itu tampak berlari ke arah kami.
"Mana mayatnya?!" tanyanya pria tersebut.
"Itu pak," sahut Jaka.
"Ayo dik, kalian bantu bapak mengangkat mayat tersebut," ajak pria itu. Kami bertiga saling pandang sebentar sebelum saling tunjuk.
"Kamu saja Jak, Bro yang ikut angkat mayat itu, aku takut," kata Dullah.
"Jaka saja, aku juga takut, hihiii," kataku yang kemudian mundur selangkah.
"Kalian saja ah, aku juga takut. Aku tidak pernah memegang jasad kok," tampak si Jaka juga mundur selangkah.
"Ayo bantu bapak,"
"Kami takut pak. Kami belum pernah memegang jasad," kata Jaka.
"Kenapa takut?! Ya sudah kalau kalian pada takut," pria itu kemudian turun ke sungai. Pria tersebut tampak memeriksa tubuh yang sudah tidak bernyawa itu, lalu membopongnya naik ke darat.
"Mayat siapa, ya pak," tanyaku.
"Tidak tau. Sekarang kalian hubungi polisi terdekat disana, biar bapak yang mengurus jenasah ini," kami langsung beranjak dari tempat dan melaporkan penemuan mayat tadi ke pos polisi terdekat yang kami jumpai.
"Permisi pak. Kami mau lapor, bahwa telah ditemukan mayat di aliran sungai dekat Air terjun putri tujuh disana pak," kata Jaka melapor pada polisi yang berada di pos dekat jalan raya.
"Penemuan mayat di dekat Air terjun putri tujuh? Jangan asal lapor kalian," kata pak Polisi.
"Benar pak. Sekarang mayatnya lagi di urusi oleh seora bapak disana," kataku menimpali laporan si Jaka.
"Apa laporan kalian ini bisa dipertanggung jawabkan?!"
"Bisa pak,"
"Kalau begitu, kalian ikut kami ke tempat itu untuk kebenarannya," kata pak Polisi. Kami saling pandang, dalam hatiku berkata 'Waduh, jadi bolak-balik ke sana ini. Capek dech!'.
Kami kembali ke area Air terjun putri tujuh dengan diboncengkan pak Polisi. Kebetulan saat itu pak Polisinya ada 4 orang di pos itu.
Setelah kami sampai di tempat tersebut dan dimintai keterangan, kami kemudian minta ijin pulang pada petugas berwajib tersebut.
"Hahahahaaa, kita tidak jadi menikmati Gua itu..," Jaka tertawa, Aku dan Dullah pun tertawa. (*)
Sabtu, 29 Agustus 2015
Cerpen
0 Response to "Kita Tidak Jadi Menikmati Gua Itu"
Posting Komentar