"Apaan sih elu Jeff? Sudah sana nyusu emak elu,"
"Waduh, segitunya kamu sama aku Len," Jeffri tampak manyun.
"Habisnya elu cengeng banget jadi cowok. Baru segitu saja sudah meratap," Suara Leni dengan sinisnya.
"Ah kamu Len. Coba hal ini terjadi pada dirimu, apa kamu akan diam saja? tidak meratap, menangis?!" Kata Jeffri agak kesal.
"Tidak. Aku pernah ngalami seperti yang kamu alami, tapi aku tidak secengeng kamu," Leni memandang Jeffri dengan tawa diempatnya/ditahan. Lucu saja, Jeffri yang seorang cowok macho, gagah, keren, ternyata cukup cengeng hanya karena ditinggal pergi oleh ceweknya yang bernama Silvi.
Menurut Jeffri, Silvi meninggalkan dia karena cewek itu telah menjalin hubungan dengan cowok lain, yakni Reva. Reva sendiri adalah seorang cowok keren yang juga teman si Jeffri. Keduanya telah berteman sejak lima bulan yang lalu.
Jeffri ketemu Reva disebuah arena balap sepeda motor, dimana saat itu keduanya menjadi peserta balap yang diadakan oleh sebuah tabloid otomotif.
Memang sih keduanya gagal tidak menjadi juara, baik juara satu, dua atapun tiga. Menjadi juara harapan juga tidak.
Pada lomba tersebut, Jeffri dan Reva hanya bisa menempati urutan ke 12 dan 13 dari 21 peserta yang saat itu melaju dalam satu putaran.
Selesai pertadingan, mereka duduk dalam satu bangku yang pada akhirnya saling berkenalan
"Hei, tadi kamu hebat," Kata Reva.
"Hebat apanya?" Jeffri tersenyum pada Reva.
"Hebat, karena tadi kamu berhasil menyalipku pada tikungan terakhir,"
"Itu hanya kebetulan kok. Kebetulan posisimu sangat menguntungkan buat kulewati," Kata Jeffri.a
"Bisa saja kamu. Tapi benar kok, gaya balapmu itu kusuka, seperti Valentino Rossi,"
"Hahaa, kamu ini. Eh, namamu siapa?"
"Namaku Reva. Kamu sendiri?" Jawab Reva.
"Namaku Jeffri," Mereka berdua larut dalam perbincangan sampai keduanya pulang meninggalkan arena pertandingan karena telah usai.
Semenjak saat itu, Jeffri dan Reva sering bertemu dan membahas banyak hal, terlebih seputar hobbi mereka yang suka balapan.
*
"Perkenalkan Rev, dia namanya Silvi," Jeffri memperkenalkan seorang cewek yang duduk di dekatnya. Reva yang baru datang itu pun tersenyum. Reva memandang Jeffri, lalu menatap Silvi. Ada decak kagum pada diri Reva atas Silvi.
"Namaku Reva," Suara pemuda itu mengulurkan tangan.
"Silvi," Cewek bernama Silvi tersenyum sebelum sedikit menekuk wajahnya karena tatapan si Jeffri yang tajam kepadanya.
"Ehem, bagaimana dengan latihanmu untuk pertandingan bulan depan Rev," Jeffri memandangi Reva yang sepertinya lagi terbengong.
"Eeee, anu, belum. Aku belum mulai latihan. Kamu sendiri?" Reva agak kaget karena.
"Kok belum? Aku juga bisa latihan dikarenakan motor lagi dalam perbaikan di bengkel,"
"Rusak apanya motormu Jeff?"
"Turun mesin. Emmm, kalau saja ada dana, aku ingin ganti motor saja," Jeffri menyodorkan minuman kepada Reva.
"Kenapa bisa turun mesin, pasti kamu terlalu menggebernya, ya. Hehee, terima kasih,"
"Iya mesti dong Rev. Ayo silahkan diminum. Kamu mau nambah minumnya Vi? Ambil saja sendiri," Jeffri tidak sadar kalau sejak tadi Silvi dan Reva main curi pandang. Silvi kemudian mengambil minum lagi di kulkas, karena Silvi memang sudah terbiasa di rumahnya Jeffri.
"Ala maaaaak! Cowok bernama Revo itu sangat keren. Keren abis! Jeffri kalah keren walau dia pun cowok keren," Kata Silvi melihat si Revo, sampai-sampai ia kegirangan seperti halnya anak kecil yang mendapatkan kembang gula.
Mereka bertiga terus asik berbincang. Revo sempat mencari kesempatan saat Jeffri masuk ke dalam rumah karena hendak mengambil sesuatu yang akan diperlihatkannya kepada Reva.
"Silvi, kamu tinggal dimana?" Tanyanya Revo yang lantas melirik ke arah pintu dimana Jeffri tadi masuk.
"Kok nanyain tempat tinggal, memangnya mau main ketempatku, ya?" Silvi mengulas senyum.
"Iya kalau diperbolehkan.
Rumahmu dimana, nomer telphonnya juga kalau boleh, hehee," Kata Reva. Entah karena sudah suka sama Reva atau apa, Silvi langsung memberikan alamat rumah dan nomer phonselnya.
"Tapi jangan ketahuan Jeffri, ya," Kata Silvi.
"Kenapa memang kalau Jeffri tau?"
"Tidak enak lah kalau dia sampai tau,"
"Ok ok. Thanks, ya," Reva kemudian menyimpan alamat dan nomer tadi ke dompetnya. Tidak lama kemudian Jeffri muncul dari sebuah kamar.
"Seperti ini Rev piagam yang kudapat. Tentu kalah sama punyamu kan, hehee," Jeffri menunjukkan tiga lembar piagam sebagai juara balap dengan kelas pertandingan berbeda satu sama lain.
"Wah, keren kamu Jeff. Aku malah baru punya satu piagam, yakni piagam lomba balap kelas bebek 225 cc," Ujar Reva.
"Masa?"
"Benar. Piagam itu aku peroleh dalam lomba balap 3 tahun silam," Kata Reva.
"Tiga tahun silam? Oh.. jadi kamu pemenang dalam lomba tahun itu,"
"Iya Jeff. Kamu juga ikut andil dalam lomba tahun itu kan?"
"Tidak,"
"Kenapa tidak?"
"Karena waktu itu aku di luar kota, jadi tidak bisa mengikutinya Rev,"
"Oh begitu, ya. Hemmm, pasti akan sangat seru kalau kamu bisa ikut waktu itu, ya Jeff,"
"Mungkin, hahahaa," Mereka pun tertawa.
Reva kemudian pamit pulang pada Jeffri dan Silvi, karena kata dia, ada sesuatu hal penting yang menunggunya di rumah.
*
Pada sebuah kesempatan, Reva menelfon Silvi. Layaknya orang yang sudah saling mengenal, mereka pun asik dalam perbincangan. Reva, yang juga temannya Jeffri itu kemudian mengajak Silvi untuk jalan-jalan. Tanpa rasa sungkan, Silvi mengiyakan ajakan Reva. Namun Silvi mengatakan, dia tidak mau diajaknya kalau pas hari Minggu atau malam Minggu, dengan alasan ia takut diketahui oleh Jeffri.
"Kenapa kamu takut sama Jeffri Vi?" Tanyanya Reva yang tidak belum tau alasan Silvi.
"Tidak enak saja sama Jeffri," Kata Silvi.
"Emmm, memangnya kalian ada status, ya? Kalian berpacaran begitu?"
"Iya Rev,"
"Oh, kalau begitu tidak jadi deh. Aku tidak enak sama Jeffri,"
"Tidak apa-apa Rev, asal jangan hari dan malam itu tadi," Silvi menjelaskan.
"Tapi Vi? Ah tidak ah, kamu kan punyanya temanku,"
"Iya sudah. Tapi, ya itu tadi, aku tidak bisa kalau hari Minggu atau malam Minggu," Terang Silvi lagi. Sementara itu Reva terdiam. Reva mikir, tentu tidak baik kalau dirinya mengajak Silvi untuk jalan-jalan, karena dia pacar dari temannya, yakni Jeffri. Namun, dia juga tidak bisa menyembunyikan rasa keinginannya itu untuk mengajak cewek tersebut jalan-jalan, karena dalam dirinya sudah tumbuh perasaan suka pada Silvi, meski masih sedikit.
Tapi pada akhirnya Reva mengikuti apa yang Silvi katakan. Reva pun kemudian janjian pada cewek bernama Silvi tersebut bertemu dan jalan-jalan pada hari selain Minggu.
Mereka, Silvi dan Reva benar-benar ketemuan dan jalan-jalan tanpa sepengetahuan Jeffri, dan ketemuan mereka terus berlanjut pada pertemuan-pertemuan selanjutnya.
Akan tetapi, sepintar-pintarnya mereka menyembunyikan dari Jeffri, toh akhirnya si Jeffri tau juga kalau Silvi dan Reva ada main. Adalah Lena yang memergoki Silvi dan Reva lagi memaduh kasih di sebuah pantai. Silvi dan Reva ternyata sudah saling menyatakan rasa ketertarikan pada diri masing-masing. Mereka telah mengikrarkan cinta. Mereka tidak memperdulikan akan perasaan orang lain, yakni Jeffri.
"Siapa itu? Seperti Silvi pacarnya Jeffri. Lalu siapa cowok di dekatnya? Jeffri kah," Lina mendekat ke arah mereka. Di amatinya mereka dengan seksama. Lina terkejut karena cewek itu benar si Silvi dan cowok tadi bukanlah Jeffri.
"Waduh, apa Silvi sudah putus dari Jeffri, kok dia bermesraan sama cowok itu," Lina kemudian meninggalkan tempat tersebut.
Lina menceritakan apa yang dilihatnya kepada Jeffri. Terang saja Jeffri tidak langsung mempercayai apa yang disampaikan oleh temannya itu. Namun, dia kemudian selalu menguntit kemanapun Silvi pergi.
Benar saja, Jeffri mendapati Silvi sedang berduaan bareng Reva disebuah warung bakso. Saat itu juga dadanya bergemuruh serasa hendak pecah. Jeffri hendak mendatangi mereka berdua, tapi kemudian di urungkan langkahnya.
"Kurang ajar! Kalian telah menikamku dari belakang! Silvi, kamu...," Jeffri kemudian meninggalkan tempat itu.
Jeffri kemudian menceritakan pada Lina tentang mereka, Silvi dan Reva.
"Itu kan Jeff, aku tidak berbohong. Sekarang kamu mengetahuinya sendiri kan?"
"Iya Lin, terus apa yang harus aku lakukan Lin..," Kedua matanya Jeffri tampak memerah.
"Iya kamu tanyakan sama Silvi. Dia milih kamu apa Reva," Kata Lina.
Beberapa hari kemudian, Jeffri menemui Silvi. Dengan menyembunyikan perasaan sakit dan marah, Jeffri menanyakan hal tersebut pada Silvi.
"Aku sudah tau semuanya Vi. Sekarang katakan, kamu memilih Aku apa Reva?!" Tanpa berpikir terlalu lama, Silvi langsung menjawab pertanyaan Jeffri.
"Aku memilih Reva. Maafkan aku Jeff," Silvi langsung meninggalkan Jeffri dan tanpa berkata apa-apa lagi. Saat itu juga Jeffri langsung nyesek. Dia teramat kecewa pada Reva yang telah mengambil kekasihnya.
"Ok Jeff, lupakan Silvi, kamu cari pengganti dia. Aku yakin kalau kamu akan segera mendapatkan penggantinya," Ucap Lina. Jeffri hanya diam memandang Lina. Sebentar kemudian ia menarik nafas panjang, lalu berkata pada Lina kalau dia sulit untuk melupakan cewek tersebut.
"Sulit buatku untuk melupakannya Lin..,"
"Aku tau, makanya kamu cepat mencari penggantinya,"
"Tapi bukan saat ini juga kan Lin..," Kata Jeffri.
"Saat ini juga boleh, karena pengganti Silvi sudah dekat dengan kamu Jeff,"
"Apa maksudmu Lin?"
"Aku mau menggantikan Silvi untuk menjadi pacarmu," Ucap Lina dengan percaya diri."Apa?! Kamu kan sahabatku yang sudah aku anggap sebagai saudaraku sendiri. Jadi mana mungkin aku mencintaimu Lin, aneh-aneh saja kamu," Jeffri terkejut dengan perkataan Lina.
"Semua bisa saja mungkin Jeff. Jujur saja, sudah lama aku memendam perasaan kepadamu. Aku mencintaimu Jeff. Terserah kamu mau bilang apa kepadaku, yang jelas aku sudah mengatakan perasaan ini yang sudah lama kusimpan," Lina menundukkan wajahnya. Jeffri menatap Lina lekat-lekat. Seakan Jeffri tidak percaya dengan apa yang tadi di dengarnya dari si Lina.
Seiring dengan waktu, akhirnya Jeffri bisa menerima Lina menjadi kekasihnya. Namun begitu, terkadang Jeffri masih memikirkan Silvi. Ada keinginan Jeffri untuk kembali mendapatkan cintanya Silvi. Dia ingin merebut Silvi dari tangan si Reva, tapi ia merasa kasihan pada Lina yang telah dengan tulus mencintainya. Jeffri akhirnya mempertahankankan cintanya pada Lina, hingga kini. (*)
Senin, 31 Agustus 2015
Cerpen
0 Response to "Sahabatku Kekasihku"
Posting Komentar