Template information

Cintaku Dan Lagu Dangdutmu

cintaku dan lagu dangdutmu


"Tidak malam Minggu, tidak malam Senin. Selalu saja sendiri!" Suara Tukijan menggerutu.
Tukijan duduk sendiri di teras rumah memamandangi beberapa anak remaja yang berpenampilan necis.
Malam itu, Tukijan sengaja tidak lembur kerja karena kondisi badannya yang sudah kecapaian lantaran seharian memforsir tenaga di pabrik tempatnya bekerja.
Biasanya sih Tukijan paling doyan lembur, bahkan sering mengambil jam lembur milik teman yang memang enggan untuk menambah jam kerja.
Tukijan termasuk pekerja yang giat dan disiplin. Makanya sang mandor sangat menyukai Tukijan.
Kini usia Tukijan sudah memasuki kepala tiga. Sebagai seorang lelaki normal yang tentunya ingin membina keluarga. Tukijan pun sering menyibukkan diri menguber-nguber cewek yang ia idamkan. Namun sayang, cewek yang di impikannya tidak menanggapi serius ajakan Tukijan untuk menikah.
Tukijan sering galau, apalagi saat Sabtu malam. Keinginannya untuk bisa bermalam Minggu bareng cewek pujaan hatinya belum juga terpenuhi, karena ya itu tadi, ceweknya selalu saja bilang kalau dirinya sibuk dan sibuk. Hingga Tukijan pun sering memukul-mukulkan telapak tangan ke jidad yang lebar dan mulus seperti lapangan golf.

"Aku harus bagaimana lagi Ti Siti sayang. Aku merasa lelah bila harus menunggu jawabanmu," Kata Tukijan yang lantas menyambar cangkir kopinya.
Tukijan terus melempar pandangannya ke arah anak remaja yang necis tadi. Dia mengulas senyum kecut. Dihisapnya batang rokok yang bara apinya hampir menyentuh merk, lantas ia membuang puntung penuh emosi.
"Nasib.. nasib. Mereka yang masih ingusan saja sudah punya pacar. Lha aku? hikhiik," Tukijan malah terkekeh sendiri. Disulutnya batang rokok yang baru ia ambil dari bungkusnya, 'Bhul' asap rokok dia kepulkan ke udara. Tampak jelas sekali kalau Tukijan lagi galau segalau-galaunya.
"Ah, mending ke pasar malam saja deh," Tukijan bangkit dari tempat duduknya yang sedari tadi ia tempati hingga kursi itu terasa hangat.
Tukijan langsung mengeluarkan sepeda motor miliknya dan langsung meluncur ke tempat pasar malam tanpa menoleh lagi ke belakang. Sampai-sampai emaknya yang memperhatikannya pun tidak ia gubris.
"Bikin sial saja itu lobang jalan. Huh, dasar pemerintahnya tidak mau tau!" Tukijan mengomel sendiri setelah ia hampir terjerembab ke lubang jalan yang menganga. Tukijan terus memacu motornya.

"Waduh, masih sepi," Ucap Tukijan setelah sampai di pasar malam.
Tukijan menatap tajam ke sudut lapangan. Sepintas ia seperti melihat orang yang selama ini dicintainya, yakni Siti binti Maemunah. Ia pun langsung mendekat ke pojok lapangan itu.
Betapa terkejutnya Tukijan. Dia mendapati kalau Siti binti Maemunah sedang duduk bersama seorang cowok. Seketika Tukijan merasakan otot dan persendiannya lemas. Namun Tukijan tidak beranjak dari tempatnya.

Tukijan memperhatikan Siti dan cowok itu. Darahnya serasa mendidih naik hingga ke ubun-ubun.
"Awas kamu Min Paimin! Aku tidak rela kalau kamu di dekatnya," Kata Tukijan yang memanggil nama cowok itu sekenanya. Api cemburu telah membakar Tukijan.
Tukijan hendak mendatangi Siti dan cowok itu, tapi kemudian ia urungkan niatnya.

Malam terus beranjak. Alunan musik dangdut dari sebuah panggung di area pasar malam itu tampak menghidupkan suasana.
Berlahan Tukijan mendekat ke panggung hiburan musik dangdut yang sudah ramai oleh para penonton. Sepeda motor yang tadi dinaikinya sudah ia parkirkan di penitipan sepeda motor terdekat.
Tukijan merangsek mendekat ke depan panggung. Dia tidak berkedip saat dilihatnya seorang penyanyi wanita berlenggak lenggok di atas panggung dengan iringan musik dandutnya.
"Romlah? Benarkah dia Romlah?! Bisa nyanyi juga dia. HoaaaaaaamzzZ..!" Tukijan menguap, hingga baunya yang tak sedap pun sampai ke lubang hidung sang penyanyi.

"Ayo penonton.., siapa yang mau menyumbang lagu disini.." Suara sang MC kepada penonton.
"Nyumbang lagu, nyanyi? Emmm, aku mau nyanyi ah..," Tukijan langsung maju dan naik ke atas panggung. Sesampai di atas panggung, Tukijan tampak cengar-cengir karena dikerjain oleh sang MC.
"Ngapain ke sini mas? Mas ini siapa?!"
"Elho.., bukankah tadi Anda mengatakan siapa yang mau menyumbangkan lagu? Saya ke sini ya mau nyanyi tho mas.. mas," Kata Tukijan.
"Oh, hahahaa. Saya kira kamu mau nyawer mas.
Ok. Kamu mau nyanyi lagu apa, silahkan," Kata MC. Tukijan mengambil menerima microphone yang MC sodorkan kepadanya. Tukijan cuap-cuap sebentar sebelum ia memulai membawakan sebuah lagu.
Penonton sempat terpana dengan suara Tukijan yang malam itu membawakan sebuah lagu dangdut berjudul 'Pedih' milik Haji Rhoma Irama.
Hampir semua terkesima dengan alunan suara Tukijan, begitu juga dengan Siti binti Maemunah. Ia dengan seksama mendengarkan suara Tukijan. Bahkan, Siti binti Maemunah diam saja saat cowok di sampingnya mengajaknya bicara.
Kiranya Siti binti Maemunah sangat terkesan dengan lagu yang Tukijan bawakan. Hingga dada Siti binti Maemunah pun penuh sesak hendak menangis.
Tepuk tangan meriah dari penonton dan anggota musik dangdut itu menggema saat Tukijan selesai dalam menyanyinya.
"Lagi, lagi, lagi...," Suara penonton pada Tukijan. Ia tersenyum dan tampak celingukan.
"Bagaimana mas? Itu penonton minta lagi. Apa mas... siapa namanya? Mau menyanyikan sebuah lagu lagi?!" Suara sang MC.
"Boleh. Nama saya Tukijan,"
"Ok. Para hadirin sekalian, mas Tukijan akan membawakan satu buah lagu lagi untuk Anda semuanya. Lagunya apa mas Tukijan?"
"Lagunya berjudul 'Luka Hati' dari Bang Haji Rhoma,"
"Wow, sepertinya mas Tukijan ini pengemar berat Bang Haji, ya? Ok mas Tukijan, silahkan," Kata sang MC. Tukijan pun mulai membawakan lagu tersebut dengan iringan musik dangdut yang memang sangat bagus.
Tukijan menyanyi dengan penjiwaan yang sangat bagus. Hingga suaranya mampu menyihir hampir semua yang ada di tempat itu. Suara dari Tukijan pun mirip dengan suaranya Haji Rhoma Irama, jadi serasa mendengarkan suara aslinya Rhoma Irama saja.
Tukijan turun dari atas panggung dengan senyum mengembang. Banyak pasang mata menatap Tukijan, begitu juga dengan Siti binti Maemunah yang berada di sisi sebelah kanan panggung dangdut itu.
Tukijan terus melangkahkan kedua kakinya ke penitipan sepeda motor, lantas ia langsung cabut dari tempat itu dan pulang ke rumah.

"Aduh Ti Siti..., kamu telah membuat hatiku terluka, tau tidak kamu Ti...?!" Kata Tukijan setelah dirinya sampai di rumah dan duduk di teras depan. Tukijan menatap langit, di atas sana tampak bintang bertaburan. Sinar rembulan pun tampak keemasan memancar, menerangi malam dari kegelapan.
Sebatang rokok ia selipkan disela bibirnya yang dower.
"Hebat kamu Jan, suaramu mirip banget dengan yang aslinya, Haji Rhoma Irama," Kata Kipli yang lewat di depan rumahnya Tukijan dan kemudian mampir, dan duduk di samping Tukijan.
"Memangnya kamu tahu Pli?"
"Ya tahu lah, orang tadi aku juga menonton dangdut di pasar malam kok.
Eh, kenapa Agustusan kemarin kamu tidak ikut lomba menyanyi?" Kata Kipli.
"Kasihan yang lain kalau aku ikut nyanyi di Agustusan itu. Kasihan mereka nanti tidak mendapat juara, hahahaa," Tukijan tertawa lebar.
"Ya sudah Jan, aku mau ke sawah dulu,"
"Mau apa malam-malam ke sawah Plin?"
"Mau mengairi sawah tho.., besuk kan mau tanam padi," Kipli beranjak dari duduknya, lantas bablas dengan sepeda kayuhnya.
"HoaaamzZz.., ngantuk. Tidur dulu ah," Tukijan langsung masuk ke dalam rumah dan tidur.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Seperti biasa, Tukijan berangkat ke tempat kerja seusai Shalat Subuh. Ia terus memacu sepeda motornya membelah angin pagi yang dingin.
Sesampainya di tempat kerja, Tukijan langsung memarkirkan motor di area parkir. Kemudian ia langsung masuk ke ruang kerjanya
Ditatapnya sisi sudut ruangan itu. Disana biasanya Siti binti Maemunah menjalankan tugasnya sebagai karyawati.
"Siti, kenapa kamu lebih memilih bersama cowok lain dari pada aku? Ah sudahlah!" Tukijan menghempaskan bokongnya ke sebuah kursi.
"Aduh! Siapa sih yang menaruh gelas ini kursi?!" Tukijan mengomel dengan tatapan matanya kemudian menyapu ke seluruh sudut ruangan, tapi ia tidak menjumpai siapa-siapa. Ditaruhnya gelas kosong itu di atas meja.
"Untung saja gelasnya tidak pecah, bisa-bisa hancur ini pantat oleh beling gelas itu. Huh!" Tukijan kembali ngedumel. Sementara itu, tampak pintu ruangan seperti terbuka di dorong oleh seseorang. Tukijan menoleh karena langkah orang itu sangat jelas di telinganya.
"Siti?," Buru-buru Tukijan memasang wajah manisnya nan legit.
"Selamat pagi mas Tukijan," Suara orang yang baru masuk. Ia Siti binti Maemunah.
"Selamat pagi juga Siti," Tukijan seperti salah tingkah.
"Kemarin penampilanmu sangat bagus sekali lho mas," Kata cewek bernama Siti binti Maemunah.
"Penampilanku? Penampilan apa Sit,"
"Suaramu sangat bagus di panggung dangdut pasar malam kemarin,"
"Oh," Tukijan tampak merasa malu dengan sanjungan Siti binti Maemunah. Ia menekuk wajahnya sebentar, lalu memandang cewek itu.
"Kenapa mas? Bener kok, suaramu sangat merdu. Aku suka dengan suaramu kemarin" Kata Siti binti Maemunah. Sementara itu dada Tukijan terasa ser seran karena melihat kecantikan cewek tersebut.
"Siti, aku menyanyi kemarin itu kan untuk kamu,"
"Untuk aku?"
"Benar,"
"Aouw, yang benar mas?!"
"Iya benar Sit. Lagu itu aku persembahkan buat kamu yang lagi berduaan dengan cowok itu,"
"Berduaan dengan cowok? Hikhiik, dia kan keponakanku mas, masa kamu tidak tahu sih," Siti binti Maemunah malah terkikik.
"Benarkah dia keponakanmu Sit?"
"Iya. Ah mas Tukijan mungkin tidak jelas melihatnya.
Memang kenapa kalau dia bukan keponakanku, cemburu?"
"I...iya, eh tidak,"
"Halah.., aku tau kalau kamu cemburu mas,"
"Habis, aku sangat mencintaimu Sit,"
"Sudah mas sudah. Aku tahu akan hal itu, dan aku sudah menerimanya,"
"Maksudmu dengan sudah menerimanya Sit?"
"Suaramu sangat bagus dalam membawakan lagu-lagu itu. Sampai-sampai aku ingin menangis meresapinya. Dan aku sangat kagum kepadamu mas. Aku mencintaimu," Kata Siti binti Maemunah, kemudian ia berlalu dari hadapan Tukijan dengan tersenyum malu dan menuju tempat kerjanya. Tukijan yang mendengar itu langsung terbengong. Ia tidak menyangka kalau cintanya selama ini kepada Siti binti Maemunah akhirnya diterima. Tukijan tidak menyangka sebelumnya kalau suaranya dalam menyanyi telah mampu membuat hati cewek itu mencair dan bertekuk lutut atas cintanya.
"Benarkah kamu menerima cintaku Sit?" Tanyanya Tukijan belum percaya.
"Iya," Siti binti Maemunah menatap wajah Tukijan dengan senyum tersungging.
"Terima kasih Sit, terima kasih. Uhuy..," Tukijan melompat kegirangan. Ia tidak melihat kalau ada troli di dekatnya. Tukijan terpeleset dan menabrak troli itu.
"Aduh!" Tukijan mengaduh. Siti binti Maemunah pun tertawa terpingkal tiada henti.
Kini mereka tersenyum dalam balutan cinta. (*)

Related Posts :

1 Response to "Cintaku Dan Lagu Dangdutmu"

  1. Hehee, sangat indah cintanya Tukijan dan Siti, ya. Lama cintanya tukijan tidak diterima oleh Siti, tapi setelah Siti tau kualitas suaranya Tukijan saat menyanyikan lagu dangdut, Siti terus menerima cinta Tukijan.
    Hemmm, Siti pasti penyuka lagu bergenre dangdut itu..

    BalasHapus

wdcfawqafwef