Gerimis sudah sejak tadi membasahi arena balap. Sebentar lagi adu kecepatan laju sepeda motor akan dimulai.
Deni tampak mempersiapkan diri untuk segera menuju ke arena balap, begitu juga dengan pembalap yang lain, mereka pun tampak bersiap. Sementara di tribun penonton yang berjubel penuh sesak manusia, tampak seorang cewek dengan antusiasnya menunggu acara balap dimulai. Ia dengan semangatnya mengelu-elukan nama Deni, seorang pembalap yang sebentar lagi akan berlaga menunjukkan ketrampilan mengemudi sepeda motor dengan laju kencang meski pada tikungan tajam.
"Ayo Deni, kamu bisa...!" Suara cewek tersebut menyemangati Deni. Begitu juga teman yang duduk disampingnya, ia memberikan semangat pada Deni.
"Bakal seru ini Nit," Kata cewek itu pada temannya yang bernama Nita.
"Iya Vi. Semoga saja Deni bisa menyelesaikan semua putaran," Jawab Nita pada Silvi.
"Lihat Nit, mereka sudah memasuki arena balap," Ucap Silvi. Mereka berdebar-berdebar di atas tribun. Semua pandangan mata tertuju ke arena balap, karena sebentar lagi para pembalap akan mulai bertarung memperebutkan juara.
Brem brem bremmm..., mesin sepeda motor sudah pada dinyalakan. Tampak kesibukan terlihat pada masing-masing kru. Mereka memeriksa kendaraan dan memberikan intruksi sekali lagi pada pembalapnya yang sebentar lagi mau bertarung.
Brem brem bremmm..., pandangan mata mereka tajam ke depan. Tampak jalan beraspal itu mengkilat oleh air hujan.
Sebentar mata mereka memandang tajam ke arah lampu pemberi aba-aba. Seorang pria juga berdiri di luar garis arena dengan membawa bendera kotak-kotak hitam putih, dan siap memberi aba-aba dimulainya kompetisi tersebut.
"Pertandingan segera dimulai," Suara panitia menggunakan pengeras suara. Lampu yang tadinya merah berubah ke kuning, lalu hijau. Orang pembawa bendera kotak-kotak hitam putih pun telah mengangkat bendera tersebut. Para pembalap langsung tancap gas beradu kecepatan. Mereka meninggalkan garis dimulainya pertarungan.
Ada dua puluh enam sepeda balap saling berebut posisi untuk yang terdepan. Nyaring suara mesin sepeda balap mereka semakin membuat suasana dalam arena balap itu kian mendebarkan.
"Ayo Deni...," Suara Silvi dari tribun penonton. Tidak henti-hentinya cewek itu meneriaki Deni, meskipun yang diteriaki tidak mendengarnya. Begitu juga dengan Nita, ia juga berteriak-teriak manakala pembalap melintas di depan mereka.
"Asik juga nih ngelihat balapan dari sini. Boleh ya, saya duduk disini," Kata seorang pemuda yang tiba-tiba muncul di hadapan Silvi dan Nita. Kedua cewek tersebut memandang cowok tadi, lalu cuek saja.
Cowok itu tampak memperhatikan Nita dan Silvi, lantas senyum-senyum sendiri.
"Ayo Deni... Semangat...," Suara Silvi dan berdiri dari duduknya sebentar, lalu duduk lagi.
"Yang mbak, yang bernama Deni?" Tanyanya cowok itu.
"Itu yang nomer 11, yang di urutan tiga," Kata Silvi.
"Oh, itu namanya Deni? Hemmm, sepertinya dia akan memenangkan pertandingan," Ucap cowok itu.
"Iya. Eh, dari mana kamu tau kalau Deni bakal memenangkan pertandingan?" Silvi menatap cowok itu.
"Iya.. dari gaya balapnya. Dia tampak lihai sekali memaju sepeda motornya. Dia juga tampak menguasai arena ini," Kata cowok itu.
"Oh, ehmm Deni memang sudah hafal dengan arena disini," Kata Silvi.
"Apakah dia sering latihan disini? Permen mbak," Cowok itu tampak menyodorkan permen pada kedua cewek itu.
"Terima kasih, aku sudah ada permen.
Iya, disini memang tempat latihannya. Ayo Deni... terus melaju..," Kata Silvi.
"Oh, pantaslah," Cowok itu manggut-manggut.
Cowok itu sering mencuri pandang pada Silvi dan Nita diantara nyaringnya suara knalpot sepeda motor balap yang masih melaju dengan kencangnya.
"Siapa kedua cewek ini? Hemm, lumayan juga mereka," Kata cowok itu lirih diujung bibir.
"Aduh Nit, hujan turun," Kata Silvi.
"Iya, aduh.. tambah licin itu arena balap. Semoga tidak akan terjadi apa-apa sama mereka," Kata Nita. Silvi dan Nita lantas mengembangkan payung yang sejak tadi dibawanya. Nita menoleh ke arah cowok itu yang duduk disebelahnya. Tampak cowok itu santai saja meskipun hujan mulai deras mengguyur.
"Nita, siapa cowok itu, kasihan kehujanan," Tanyanya Silvi dengan berbisik pada Nita.
"Tidak tau. Biarkan saja," Kata Nita.
"Tapi kasihan dia kehujanan Nit.
Emmm, ini mas, kamu pakai payung ini," Silvi memberikan payung yang ia pegang kepada cowok tersebut.
"Ehmm, terima kasih mbak. Tidak usah saja mbak," Jawab itu cowok.
"Tapi kamu kan kehujanan," Ucap Silvi.
"Iya, tapi biar saja. Lagian mbak pakai payung apa kalau itu diberikan saya," Cowok itu mulai menggigil dingin karena guyuran air hujan, apalagi dengan tiupan angin yang cukup kencang menerpa tubuhnya.
"Saya pakai payungnya dia, berdua. Ini mas," Kata Silvi. Cowok itupun menerima payung tersebut.
"Awas Deni...," Teriak Nita yang melihat sepeda motor disamping Deni tampak melaju dengan zig zag. Tidak lama kemudian 'Gubrak! Sraaaaaaak!!!'
(bersambung)
Minggu, 13 September 2015
Cerbung
0 Response to "Cintaku Di Arena Balap, Episode 1"
Posting Komentar