Para penonton di tribun spontan berdiri, mereka ingin melihat apa yang telah terjadi di trek balap.
Seorang pembalap jatuh dan terseret motornya. Badan pembalap itu kemudian menghantam pagar pembatas bersama motor yang dikendarainya. Kejadian terjatuhnya pembalap bernomor 5 tersebut sangat dekat di samping Deni, hingga Nita dan Silvi pun terpekik. Para anggota kru tim dari pembalap itu pun berhamburan menuju terjadinya insiden tersebut.
"Deni...!
Untung dia tidak menyenggol Deni," Suara Silvi.
"Iya Vi. Tidak tau deh kalau Deni sampai tersenggol," Ujar Nita menyambung. Sementara cowok di dekat kedua cewek itu hanya diam memandang.
Deni tampak melesat tidak terpengaruh oleh kejadian tersebut. Meski hujan mengguyur, namun balapan tetap berlanjut, karena memang tinggal beberapa lap lagi finish.
"Wuih, seru banget. Meskipun hujan lebat tapi balapan tetap diteruskan, ya," Kata cowok disamping Nita dan Silvi dengan menahan dingin.
"Iya mas, padahal sangat berbahaya sekali treknya," Sahut Silvi.
"Itu siapa? Deni, ya. Dia temanmu ya mbak?" Cowok itu bertanya pada kedua cewek di dekatnya.
"Iya, Deni teman kami, kenapa?"
"Tidak apa-apa, hanya.. pantas saja kalian begitu menggebu menyemangatinya, hehee," Kata cowok itu. Mereka kembali saling pandang, lalu diam kembali pandangan tertuju ke tengah arena.
Cowok tersebut lagi-lagi mencuri pandang pada kedua cewek itu.
Rasa berdebar-debar dirasakan oleh Silvi ketika dia menoleh ke arah cowok tersebut, cowok itupun menoleh ke arahnya. Sejenak mereka berdua beradu pandang.
"Kok aku jadi seperti ini, ya. Aku berdebar saat menatapnya," Lirih kata Silvi.
"Mungkin dia yang bakal menemani hari-hariku nanti," Cowok itu mulai bermain dengan perasaanya.
Pembalap masih bertarung di atas trek. Saling berebut posisi terdepan semangit sengit. Deni terus memacu motornya dengan sangat fokus tanpa menoleh ke belakang, yang ada dipikiran Deni adalah, bagaimana agar dia bisa menyalip pembalap dengan nomor 7 dan 16 , di depannya, karena beberapa lap lagi pertarungan selesai. Kedua pembalap di depan Deni itu juga tetap fokus, karena mereka juga mengincar garis finish dan menjadi pemenangnya.
Tampak ketiga pembalap saling kejar. Hingga di tikungan 15, Deni mampu memanfaatkan kelengahan pembalap bernomer peserta 16. Deni menyalip pembalap itu saat ia melihat lawannya salah mengambil posisi dengan melaju agak ketengah, Deni pun langsung menggeber laju motor dengan menikung tajam.
Dua lap lagi adu kecepatan dan ketangkasan pembalap selesai. Deni terus menempel pembalap bernomer 7. Mereka terus memacu motornya. Pada tikungan 17, kedua pembalap hampir beradu bodi.
Deni tampak zig zag sebentar, tapi kemudian ia berhasil menguasai keadaan dan terus melaju mengejar pembalap di depannya.
Para penonton terhenyak kaget saat pada lap terakhir, dimana Deni berhasil menyalip pesaingnya di tikungan 15. Lagi-lagi tikungan itu memberikan Deni pada hasil gemilang. Deni langsung menyalip pembalap bernomer 7 dengan hentakan laju motornya dan menikung tajam.
Pembalap bernomer 7 berusaha mengambil posisinya yang direbut Deni. Namun, Deni tidak memberi kesempatan pada lawan untuk menyalipnya. Akhirnya Deni menembus garis finish pada lap terakhir dan menjadi sang juara di pertandingan itu. Tepuk tangan meriah pun menyambut kemenangan Deni.
"Hore... Deni menang..., Deni menang...," Suara Silvi meluapkan kegembiraan atas keberhasilan Deni, tanpa bisa ditahan. Begitu juga dengan Nita, ia meluapkan kegembiraan sama dengan Silvi, sementara cowok itu hanya tersenyum saja.
"Benar kan mbak, apa yang saya bilang tadi," Suara cowok itu.
"Iya mas," Hampir serempak kedua cewek itu menjawabnya.
"Ini mbak payungnya, kan hujan sudah reda. Terima kasih, ya,"
"Iya mas," Kata Silvi.
"Emmm, maaf nih dari tadi kita ngobrol tapi belum saling kenal.
Bolehkah saya tau nama kalian berdua?" Kata cowok tersebut. Kedua cewek itu saling pandang. Mereka pun kemudian berkenalan.
"Namaku Silvi,"
"Kalau aku namanya Nita,"
"Ehmm, kenalkan nama saya Wijaya.
Kalian tinggal dimana?"
"Emm, apakah itu penting?" Silvi memandang Wijaya.
"Penting, itu pun kalau kalian sudi memberitahukannya," Mereka saling pandang. Ada harapan pada diri Wijaya agar mereka memberitahu tempat tinggalnya.
"Tempat tinggal kami dekat-dekat sini saja," Kata Nita.
"Benarkah? Tempat tinggalku juga tidak begitu jauh dari sini, di Jl. Pattimura no 106," Ucap Wijaya.
"Jl. Pattimura no 106? Emmm, apa kamu kenal sama Syahputra?," Tanyanya Silvi.
"Syahputra? Syahputra Wiguna maksudmu,"
"Iya, kok kamu tau,"
"Dia satu kampus sama kami.
Lha kamu sendiri apanya Syahputra?" Tampak Silvi memperhatikan Wijaya dengan seksama.
"Dia adikku.
Oh, jadi kalian teman kuliahnya adikku..,"
"Iya. Pantesan, ada kemiripan antara kamu dengan Syahputra,"
"Hehehee, iya. Eh, kalian belum menyebutkan tinggal dimana," Kata Wijaya.
"Aku tinggal di Jl. Raden Saleh no 20, kalau Nita tinggal dekat kawasan kediaman Walikota," Terang Silvi.
(bersambung)
Senin, 14 September 2015
Cerbung
0 Response to "Cintaku Di Arena Balap, Episode 2"
Posting Komentar