Template information

Kuhancurkan Cinta Temanku

"Hikhikhikhiiik, rasakan kamu Pipit. Sebentar lagi kamu akan dijauhi oleh Alexander, dan aku, aku akan mendapatkan Alexander," Kata Vita dengan senyum-senyum sendiri di depan cermin. Sambil menyisir rambutnya yang hitam panjang sepinggang, Vita terus meledek Pipit, meskipun cewek yang bernama Pipit tidak berada di dekatnya.
Vita, sudah lama mengincar Alexander, cowok gagah yang setiap harinya menjaga tempat kebugaran.
Alexander memang seorang cowok ideal. Ia sering mendapatkan senyuman dari wanita-wanita cantik, baik saat ia berjaga di tempat kebugaran itu ataupun selagi jalan-jalan di tempat umum. Malah, sering juga Alexander mendapat pernyataan kata cinta dari mereka. Namun, Alexander bukanlah tipe cowok playboy, dimana ia suka main cewek ataupun sembarangan menjalin cinta dengan cewek. Buktinya, Alexander hanya memiliki Pipit saja, seorang cewek cantik nan sexy yang selama ini rajin datang ke tempat kerjanya guna senam kebugaran.
Alexander dan Pipit belum lama menjalin asmara, mereka baru enam bulan ini bersama dalam kata cinta.

Vita tampak cengar-cengir ketika mendapati Alexander dan Pipit duduk berduaan di pojok ruang latihan senam.
Ingin rasanya Vita melemparkan sepatu di depannya ke arah Pipit agar cewek di dekat Alexander itu pergi dari cowok tersebut.
Vita memang suka gerah, cemburu, jika ada cewek yang dekat dengan Alexander, karena sudah lama Vita mencintai Alexander.
Berulang kali Vita menyatakan perasaannya pada Alexander. Namun ungkapan cintanya selalu ditolak oleh cowok tersebut, tapi Vita tidak pernah bosan untuk terus menyatakan perasaannya pada Alexander.

"Alex, nanti kamu pulang jam berapa?" Tanyanya Vita yang saat itu selesai memandu senam para wanita-wanita yang berlatih senam di tempat kebugaran.
"Tidak tau nih Vit," Jawab Alexander tanpa tersenyum pada Vita.
"Lho, kok tidak tau bagaimana, atau kamu lembur, ya?" Vita memandang Alexander dengan tajam, seakan hendak menerkan cowok tersebut.
"Sepertinya sih begitu, lembur,"
"Kok sepertinya? Lha ada jadwal lembur tidak?!" Vita kemudian duduk di dekat Alexander.
"Tidak ada, tapi tadi disuruh lembur juga oleh mas Rendy," Alexander menyambar air dalam botol mineral di sampingnya.
"Oh begitu," Vita tampak manggut-manggut kecil, dalam benaknya berkata 'Asik deh kalau kamu lembur'.
"Iya," Alexander pun membuka tutup botol dan langsung menenggak air mineral tersebut.

Sementara itu, tampak seorang cewek cantik dengan pakaian senam keluar dari sedan berwarna silver. Cewek tersebut langsung masuk ke dalam ruangan kebugaran setelah berbincang-bincang sebentar dengan seorang pria di dalam mobil yang ia tumpangi.
"Hei Pit," Suara Alexander pada cewek yang baru saja masuk, cewek yang ternyata bernama Pipit itu pun tersenyum.
"Hei juga Alex.
Hei Vit, sudah ramaikah?" Pipit duduk di antara mereka. Vita tersenyum kecut pada Pipit.
"Belum Pit," Jawab Vita dengan sorot mata seperti tidak senang dengan kehadiran Pipit disitu. Lain lagi dengan Alexander, cowok itu wajahnya langsung tampak berseri-seri karena kedatangan si Pipit.
"Lho, mau kemana Vit?" Tanyanya Alexander pada Vita.
"Mau ganti baju dulu," Vita langsung menghilang dari pandangan Alexander dan Pipit.
Alexander dan Pipit tersenyum, sementara kepala Vita terasa cenut-cenut melihat Pipit di dekat Alexander.

"Sial! Pipit lagi, Pipit lagi. Huh, mengganggu saja dia itu," Gerutu Vita di kamar ganti.
Vita langsung berkemas, karena ia hendak langsung pulang dari tempat kebugaran.
Alexander memang tidak pernah mau diajak jalan sama Vita kalau Pipit sudah berada di tempat kebugaran.
Sebenarnya, antara Vita dan Pipit tidak beda jauh soal kecantikan wajah dan body. Alexander memilih Pipit untuk dijadikan kekasih karena memang cewek itu dinilainya sangat cocok dengan kriteria seorang cewek yang ia impikan selama ini. Pipit cewek yang cantik, sexy, lembut dalam bertutur kata dan tindak tanduknya.
Sering dijumpai, cewek cantik nan sexy biasanya suka sok-sokan, tapi tidak demikian dengan Pipit. Ia seorang cewek yang boleh dibilang sempurna. Sempurna karena dari fisik dan dalamnya sama-sama cantik, itu menurut penilaian Alexander, dan mungkin kebanyakan orang yang telah mengenal Pipit.

"Lho, mau kemana kamu Vit?" Suara Alexander menghentikan langkah Vita sejenak.
"Aku mau pulang dulu Lex, Pit. Sudah ya, aku pulang dulu," Tanpa melihat lagi ke arah dua temannya itu, Vita melangkahkan kaki keluar dari ruang kebugaran.
"Kenapa dengan Vita ya Lex?" Pipit tampak keherenan dengan sikap Vita.
"Tidak tau, padahal kan belum waktunya pulang. Ah sudahlah Pit," Alexander tampak cuek saja dengan kepulangan Viat. Alexander kemudian asik ngobrol-ngobrol dengan kekasihnya, Pipipt.

Sesampainya di rumah, Vita langsung menyusun strategi untuk menjauhkan Pipit dari Alexander.
Setelah ide di dapat, keesokan harinya Vita menghubungi Alexander via telephon.
"Alex, tolongi aku dong," Kata Vita pada Alexander.
"Tolongi apa Vit?" Suara Alexander diujung hp milik Vita.
"Aku ada musibah,"
"Musibah? Musibah apa Vit?!" Alexander tampak sedikit cemas, biar bagaimanapun si Vita juga teman di tempat kerjanya.
"Tasku dijambret orang Lex. Aku tidak bisa ketempat kerja, juga tidak bisa pulang kalau seperti ini,"
"Dijambret orang? Memangnya kamu dimana?" Tanyanya Alexander.
"Aku di perempatan Jl. Sudirman,"
"Lha terus?" Alexander sedikit terbengong.
"Kamu jemput aku sebentar disini ya Lek," Kata cewek bernama Vita tersebut.
"Emmm, ok ok. Ok Vit, sebentar aku kesana,"
"Beneran lho Lex,"
"Iya iya, aku kesitu sekarang," Alexander kemudian tampak sibuk menyalakan mesin kendaraan roda dua untuk menyusul Vita. Sementara itu, Vita tampak tersenyum, karena sebentar lagi ia akan menjalankan rencana.

Sebentar saja cowok gagah itu sudah berada ditempat dimana Vita menunggunya. Vita memandang cowok tersebut dengan perasaan berdebar.
"Ayo Vit," Kata Alexander. Tanpa menunggu perintah yang kedua kalinya, Vita langsung naik membonceng teman cowoknya itu.
Alexander memacu kendaraannya dengan pelan. Vita, ia bermain dengan perasaannya. Ingin ia memeluk tubuh gagah dan kekar di depannya, namun belum saatnya, pikir Vita.
Kendaraan terus melaju, dan hampir sampai di tempat mereka bekerja, yakni tempat senam kebugaran.
Kedua mata Vita menatap tajam ke kejauhan. Tampak olehnya sebuah mobil sedan berwarna silver melaju dengan pelan dan mendekat ke tempat senam kebugaran tersebut.
"Itu kan Pipit," Kata Vita lirih.
"Apa Vit?" Tanyanya Alexander yang mendengar ucapan Vita.
"Itu, itu kan Pipit,"
"Oh iya," Alexander menambah laju sepeda motornya.
"Ini saatnya," Ucap Vita dalam hati. Vita langsung melingkarkan tangannya ke perut Alexander. Ia pun menyandarkan kepalanya ke bahu cowok tersebut.
"Waduh, bisa bahaya ini!
Vit, Vita, kamu jangan seperti ini dong," Alexander menjadi gelagapan, karena ia sudah dekat sekali dengan Pipit yang sudah keluar dari mobil dan berdiri ditempatnya, kebetulan Pipit sudah tau kalau kendaraan yang berjalan ke arahnya itu adalah Alexander, karena memang Pipit hafal betul dengan sepeda motor milik Alexander.

"Alexander? Sama siapa dia," Suara Pipit yang memandang ke arah laju sepeda motor yang dinaiki Alexander.
"Pipit," Kata Alexander. Pipit melotot, dilihatnya si Vita yang menyandarkan kepalanya di bahu Alexander, dan wajah Vita hampir menempel ke wajah Alexander.
Vita pura-pura tertidur, tangannya dengan erat melingkar di perut Alexander.
"Vit, sudah sampai," Kata Alexander, tapi Vita diam saja. Melihat hal itu, Pipit menjadi merah padam dibakar api cemburu.
"Huh!" Suara Pipit.
"E e e... Pit," Alexander tampak kebingungan.
"Rasakan kamu Pit," Kata Vita dalam hati. Alexandex kemudian memarkir kendaraannya. Tanpa memperdulikan Vita, cowok itu langsung menyusul Pipit masuk ke dalam.
"Pit Pipit, kamu kenapa?" Tanyanya Alexander, namun Pipit diam, Pipit dilanda cemburu atas apa yang tadi dilihatnya. Sementara Vita langsung ke ruang ganti dan pura-pura tidak mau tau dengan kedua temannya tersebut.
"Kamu ngapain sama Vita Lex?" Tanyanya Pipit.
"Aku tidak ngapa-ngapain. Tadi Vita minta dijemput di perempatan Jl. Sudirman, karena tasnya dia dijambret orang," Jawab Alexander. Namun Pipit tidak percaya begitu saja.
Keduanya sedikit ramai, Pipit dan Alexander tampak bersitegang karena permasalahan tadi.
"Mampus kamu Pit! Sekarang kalian bertengkar. Sebentar lagi, Alexander akan aku dapatkan, hahaa," Kata Vita yang terus mengamati Alexander dan Pipit dari balik kaca ruang senam.
"Sudah lama aku tau kalau Vita suka sama kamu, dan sekarang kamu meladeninya.
Ok, cukup sampai disini hubungan kita." Pipit kemudian meninggalkan Alexander, melangkah keluar dari tempat kebugaran itu. Alexander bengong, ia menepuk-nepuk jidadnya. (*)

Related Posts :

0 Response to "Kuhancurkan Cinta Temanku"

Posting Komentar

wdcfawqafwef