Template information

Cintaku Di Arena Balap, Episode 10, TAMAT

cintaku di arena balap


Wijaya dan teman-teman terus memaju motornya di trek latihan balap. Sudah delapan putaran mereka jalani. Pada putaran
kesepuluh, mereka berhenti untuk beristirahat.
"Wah, ternyata kamu masih cukup gesit Jay," Ujar Bagus.
"Bisa saja kamu Gus. Kalian juga tangkas kok.
Eh Vi, ayo diminum. Kok diam saja, hehee,"
"Terima kasih Jay," Kata Silvi.
"Kalau diperhatikan, sepertinya
kamu ada bakat kebut-kebutan
juga Vi," Kata Bagus pada Silvi.
"Yang bener mas? Saya saja takut
kebut-kebutan kok," Silvi
tersenyum.
"Iya Gus, makanya aku mengajak
dia kesini, biar ia bisa kebut-
kebutan disini, iya kan Vi? Hehee,"
Wijaya semangat sekali pada Silvi.
Cewek itu hanya tersenyum saja
menanggapi ocehan mereka
tentang dirinya.
Setelah beberapa beristirahat,
Wijaya mengajak Silvi untuk
mencicipi seperti apa rasanya naik motor balap dan melaju di trek.

"Ayo Vi, kita mulai, pelan-pelan saja dulu,"
"Tapi aku takut Jay," Kata Silvi.
"Pelan-pelan saja. Jangan takut,
jangan membayangkan kalau jatuh.
Anggap saja naik motor seperti
yang biasa kamu naiki," Wijaya meyakinkan Silvi. Mesin motor dinyalakan. Satu hentakan suara mesin meraung memekakkan
telinga. Tidak berapa lama
kemudian Wijaya dan Silvi melaju
beriringan.
Mereka menyusuri trek dengan laju sepeda motor yang pelan.
Satu putaran telah mereka jalani.
Wijaya tersenyum sendiri dibalik
helm pelindung kepala. Ada getar-getar cinta yang semakin lama kian merasuk di jiwanya.
"Vi, kamu cukup senang kan?" Suara Wijaya setelah membuka helmnya. Silvi menolehnya. Ia pun membuka helm di kepalanya.
"Senang apanya maksudmu Jay?"
"Senang dengan latihan ini,"
"Begitulah," Cewek itu tersenyum.
"Ok Vi, kita tambah kecepatannya,
ya," Kata Cowok tersebut. Dia
menghentakkan laju sepeda motor yang dikendarainya. Wijaya melesat. Silvi dengan sigapnya menyusul Wijaya. Mereka saling kejar, meliuk pada tikungan.
Meskipun Silvi belum pernah melaju di atas trek, namun ia terlihat tidak canggung dalam melaju dan menikung. Mungkin hal itu karena sudah cukup lamanya ia bisa mengendarai sepeda motor, atau mungkin juga karena sudah terbiasa menyelinap-nyelinap diantara kendaraan lain saat lalu lintas jalan macet. Maklum, jalan menuju ke Kampusnya sering macet pada jam-jam tertentu.


"Kita istirahat yuk Vi," Ajaknya Wijaya. Cewek itu mengangguk. Mereka telah berputar sebanyak 2 kali.
"Hebat kamu Vi. Kamu sangat berpotensi menjadi Rider wanita," Ujar Bagus.
"Bisa saja kamu mas," Silvi menatap Wijaya.
"Betul apa yang dikatakan Bagus tadi Vi. Kamu bisa menjadi Rider hebat. Nanti aku bicarakan sama boss tentang potensi kamu ini," Imbuh Wijaya.
"Tapi aku kan tidak punya motor balapnya Jay," Silvi kemudian mengelap peluh di wajahnya dengan tissue.
"Nanti itu juga akan kami bicarakan sama boss.
Ok Vi, mulai sekarang mantapkan dirimu untuk latihan-latihan berikutnya dan untuk menjadi Rider handal," Wijaya tersenyum penuh arti pada Silvi.


Hari telah petang, mereka menyudahi latihan. Silvi diantar Wijaya pulang ke rumahnya. Disepanjang perjalanan menuju rumah Silvi, cowok itu terus berandai-andai dengan perasaannya pada Silvi.
"Ehmm Vi, aku langsung pulang saja, ya," Kata Wijaya setelah sampai di depan rumah Silvi.
"Tidak duduk dulu?"
"Tidak Vi. Sebentar lagi aku hendak ke rumah pak Budi, mau membicarakan tentang kamu,"
"Kan bisa dibicarakan lewat telepon Jay,"
"Iya, tapi kurang pas bila lewat telepon Vi,"
"Ya sudah, hati-hati saja di jalan,"
"Ok Vi, bye," Wijaya meninggalkan cewek di hadapannya. Silvi mengulas senyum menatap kepergian Wijaya.


Waktu terus berjalan. Silvi dan Wijaya kian dekat saja.
Wijaya sering mengantar jemput Silvi ke Kampus. Mereka juga sering berada di tempat latihan balap bersama.
Wijaya telah membicarakan pada pak Budi tentang potensi Silvi menjadi pembalap wanita.
Pak budi kemudian memantau sesi latihan Silvi bersama yang lain. Pak Budi tersenyum girang, karena dilihatnya si Silvi memang ada bakat untuk menjadi Rider Wanita.
Setelah beberapa kali pak Budi menyaksikan latihannya Silvi, beliau kemudian mengambil keputusan yang akan menjadikan Silvi pembalap di tim miliknya, Swiwi Motor. Bahkan, pak Budi telah mempersiapkan dana untuk mengikat Silvi dalam kontrak kerja. Hal itu juga sudah disampaikan kepada Wijaya. Mendengar apa yang dikatakan oleh atasannya itu, Wijaya tentu saja sangat senang.
Dua minggu kemudian, pak Budi menyuruh Wijaya agar memanggil Silvi. Terang saja Silvi kaget atas kontrak yang diterimanya, karena ia tidak pernah membayangkan hal itu.
"Terima kasih pak Budi, Wijaya. Saya akan berusaha seprofesional mungkin atas kontrak ini," Kata Silvi sebelum menandatangani nilai kontrak dan masa kerja sebagai pembalap di tim Swiwi Motor.


Sebulan kemudian, kejuaraan balap memperebutkan Tropi Gubernur dimulai. Wijaya dan Bagus menjadi peserta balap dari Swiwi Motor. Sementara itu pesaing terberat tim Swiwi Motor adalah pembalap-pembalap dari tim Suka Motor, dimana Deni menjadi andalan dari tim tersebut. Beberapa nama pembalap seperti Agustiawan, Rocky Supono, Cahyo Wibowo, yang ketiganya dari tim kuda hitam, yakni Garang Motor juga tidak bisa dianggap remeh.
Para penonton tampak memenuh semua sisi tribun. Silvi, Nita, Ratna, Syahputra juga tidak mau ketinggalan dalam menyaksikan adu gengsi itu. Semangat menonton mereka menggelora ketika para Rider sudah besiap melaju.
Teriakan pendukung Rider masing-masing semakin menghidupkan suasana.
Para pembalap menghentakkan gas motornya, mereka melesat saling berlomba memperebutkan yang terdepan.
Wijaya tampak membayangi Deni yang berada sedikit di depannya. Sementara Bagus tertinggal di urutan ke sembilan, karena memang dia tadi berada pada pole positions ke sembilan.
Satu putaran telah mereka selesaikan dari 16 putaran.
Mereka semakin sengit pada putaran ketiga. Bagus yang tadi berada di urutan ke sembilan pun telah berhasil menyodok ke posisi enam.
Wijaya terus menguntit Deni. Deni yang tau benar akan kualitas balap Wijaya, ia sedikit deg degan, grogi.
Deni terus mempercepat laju motornya. Wijaya pun terus menekan Deni. Sementara pembalap lain yang sedari tadi berada di depan Wijaya dan Deni pun terus mempertahankan posisi mereka.

Pertandingan itu terus berlanjut. Mereka saling menekan. Di tikungan sepuluh, Wijaya berhasil melewati Deni.
Wijaya terus melaju, merangsek tiga pembalap di depannya.
Pada putaran yang ke 14, Wijaya berhasil menempatkan dirinya di urutan ke dua. Teriakan-teriakan dari fans Wijaya pun kian ramai.
Pada puncaknya, yakni memasuki putaran ke 16, Wijaya berhasil menyodok lagi. Wijaya melesat, menyalip Rider di depannya.
Wijaya terus bersemangat memaju motornya. Ia kini menempati posisi pertama, dalam beberapa menit lagi tampaknya Wijaya akan memenangkan pertandingan.
Silvi semakin berdebar saat ada pembalap lain menempel Wijaya sangat dekat. Wijaya tidak mau kecolongan. Ia menghentakkan laju motornya. Wijaya kembali melesat. Beberapa menit kemudian Wijaya berhasil menyelesaikan semua putaran pertandingan dengan menempati urutan pertama.
Sorak-sorai dari tim kru Swiwi Motor pun menyambut kemenangan Ridernya, Wijaya.
Wijaya berhasil membuktikan kalau dirinya masih bisa berbuat banyak di arena balap, terutama dalam kejuaraan tersebut.


Wijaya berhasil naik ke podium dengan menyandang juara satu. Sementara juara dua disabet oleh pembalap dari Garang Motor, yakni Cahyo Wibowo. Deni sendiri menjadi juara ketiga.
Silvi tersenyum pada Wijaya. Cowok itu membalasnya dengan senyuman yang tidak kalah manisnya.
Setelah semuanya selesai, tampak Wijaya berbincang-bincang dengan Silvi di sebuah sudut ruangan.
"Kamu hebat mas Jay," Kata Silvi.
"Terima kasih Vi, semua ini juga karena kamu dan untuk kamu,"
"Kok karena aku dan untukku?" Silvi terbengong tidak mengerti.
"Iya Vi karena kamu, aku menjadi bersamangat. Aku akan mempersembahkan apa yang ku dapat ini untukmu," Wijaya menatap Silvi penuh makna.
"Maksud mas Jay?"
"Aku mencintaimu Vi, itu kalau diterima olehmu," Kata Wijaya. Silvi terdiam, ia menatap Wijaya agak malu. Sebenarnya cewek itu pun ada perasaan suka sama Wijaya, tapi perasaan itu disimpannya.
"Apakah aku pantas untuk dicintaimu mas Jay?"
"Kenapa tidak? Kamu adalah wanita baik yang sangat pantas untuk aku cintai.
Ayo Vi kita kesana," Kata Wijaya.
"Tapi kan banyak cewek lain yang lebih segalanya dariku mas Jay," Kata cewek itu yang berjalan mengiringi Wijaya.
"Iya mungkin. Tapi aku lebih cocok sama kamu Vi. Kamu terima apa tidak, itulah ungkapan dari perasaanku kepadmu," Wijaya menatap lembut pada Silvi. Cewek itu menunduk sebentar sebelum ia berkata.
"Apa yang harus aku katakan kepadamu mas Jay. Sebenarnya aku juga mempunyai rasa yang sama denganmu,"
"Apakah itu artinya kamu menerima cintaku Vi?"
"He'em, iya," Jawabnya Silvi. Spontan Wijaya melompat kegirangan.
Cinta mereka terucap di arena balap itu.
TAMAT. (*)

0 Response to "Cintaku Di Arena Balap, Episode 10, TAMAT"

Posting Komentar

wdcfawqafwef