Wijaya memang seorang Rider Balap yang tangguh. Ia sering memenangkan pertandingan dihampir semua kejuaraan yang di ikutinya. Namun banyak orang yang kemudian kecewa atas keputusannya berhenti dari hingar bingar balap motor. Hal itu dikarenakan oleh permintaan sang kekasih waktu itu.
Rita, adalah kekasih Wijaya saat itu sebelum akhirnya Rita pergi untuk selamanya dari kehidupan Wijaya, karena meninggal dunia.
Setelah kepergian Rita, sebenarnya Wijaya ingin kembali ke arena balap sebagai Rider lagi. Tapi sampai kini belum terlaksana karena kesibukan di tempat kerjanya.
"Aku akan mempersiapkan diri untuk hal ini," Ucap Wijaya lirih.
Wijaya tampak mondar-mandir di kantornya. Sepertinya ada sesuatu yang memang lagi dipikirkan olehnya.
"Hei Jay. Ada apa denganmu? Kulihat dari tadi tidak tenang,"
"Ehmm, iya nih Gus. Aku akan balap lagi, tapi harus ada motor yang ok punya,"
"Lha motormu yang dulu itu masih ok punya kan Jay?" Kata Bagus.
"Iya sih, tapi motor yang itu dibuat latihan ketangkasan saja, kalau untuk yang di arena tanding, aku mesti ada motor yang lain Gus," Ujar Wijaya.
"Nanti kita pikirkan bersama Jay. Si boss pasti tidak tinggal diam dengan niatmu itu,"
"Semoga saja Gus," Lantas mreka melanjutkan pekerjaan yang memang sudah menumpuk.
Hari sudah siang. Jam istirahat sudah waktunya. Wijaya langsung menelpon Silvi untuk mengajaknya makan siang.
Silvi mengiyakan ajakan cowok tersebut, karena kebetulan ia pun lagi istirahat dari belajarnya.
Wijaya langsung meluncur ke Kampus dimana Silvi berada. Mereka menuju ke sebuah warumg makan yang tidak jauh dari Kampus.
"Kamu mau makan apa Vi?"
"Nasi," Jawabnya cewek itu cengengesan.
"Hahaa, iya. Silahkan pesan sendiri, ya,"
"Menunya sama dengan yang kamu pesan saja deh,"
"Ok," Wijaya memesan dua porsi nasi lengkap dengan lauk dan minuman.
"Vi, besuk kamu mau ikut aku latihan tidak?"
"Latihan apa Jay?"
"Latihan balap,"
"Lha, katanya kamu sudah tidak aktif balapan,"
"Iya. Tapi ini demi perusahaan, tim. Bulan depan tim kami akan mengikuti pertandingan Tropi Gubernur," Jelasnya Wijaya.
"Oh begitu,"
"Iya," Mereka saling pandang. Masing-masing pun merasakan sebuah desiran halus mengalir keseluruh rongga tubuh.
Mereka saling menunduk, seakan ada perasaan malu pada diri masing-masing atas apa yang dirasakannya.
"Oh iya Vi, jangan lupa nanti kamu hubungi aku kalau mau pulang, ya,"
"Iya. Sepertinya nanti aku pulang lebih awal Jay, karena semua materi pelajaran sudah selesai,"
"Ok. Jam berapa kira-kira nanti pulangnya,"
"Jam 13.30 WIB," Kata cewek tersebut. Wijaya mengangguk-angguk pelan.
Mereka kemudian keluar dari warung setelah membayar makanan mereka.
Wijaya tampak tersenyum senang memandang Silvi yang melangkah masuk ke Kampus.
Sore itu langit tampak cerah membiru dengan awan putih tipis menggantung. Hembusan angin terasa sejuk membelai raga merasuk jiwa.
Silvi tampak serius memperhatikan Wijaya yang sedang mengenakan perlengkapan balap.
Sore itu, Wijaya bersama teman-teman lain akan latihan di arena milik perusahaan tempatnya bekerja.
Sebentar tampak Wijaya menoleh ke arah Silvi. Satu senyuman ia lemparkan pada cewek tersebut.
Silvi sendiri membalas senyum cowok yang kini tampak semakin gagah dengan pakaiam Raider itu. Rasa dag dig dug pun tidak bisa ia tampik lagi. Silvi menarik nafas, kemudian dihembuskannya pelan memanjang. Bersama hembusan nafasnya itu, Silvi seakan ingin menyampaikan pada Wijaya, bahwa dia memang gagah.
Suara mesin motor sudah meraung-raung keras memekikkan telinga. Beberapa saat kemudian mereka terlihat memaju motornya pada trek penuh tikungan.
Sesekali Silvi berdiri, pandangannya tajam mengikuti laju motor yang dinaiki Wijaya, yang membelah angin dan meliuk-liuk pada tikungan tajam berbahaya.
(bersambung)
0 Response to "Cintaku Di Arena Balap, Episode 9"
Posting Komentar