"Oh.. Kalian tinggal ditempat itu. Emmm iya iya," Wijaya manggut-manggut.
"Kenapa mas, kamu tau kan tempat itu," Kini Silvi memperhatikan banget sama Wijaya. Cewek itu telah merasakan ada hal yang menarik pada diri Wijaya, dan ia ingin sekali mengetahui hal tersebut lebih jauh. Agak beda dengan Nita, temannya Silvi ini biasa-biasa saja atas diri Wijaya.
"Iya Vi, aku tau. Eh, kalian juga sama jurusan kuliahnya dengan Syahputra? Tanyanya Wijaya.
"Iya mas, sama,"
"Berarti kalian ini cewek-cewek hebat dong,"
"Hebat bagaimana maksudnya mas?" Silvi tidak mengerti maksud Wijaya.
"Iya hebat. Eh lihat, itu Deni juga tampak hebat di atas podium," Kata Wijaya. Mereka menoleh ke podium juara, Deni memang tampak gagah di atas sana yang di apit dua orang pemenang juara dua dan tiga.
"Iya mas, dia tampak jago sekali kan?" Silvi berbicara sama Wijaya.
"Betul Vi.
Vi, apakah kamu memang suka dengan olah raga otomotif seperti itu?"
"Suka banget mas. Sampai-sampai aku pernah latihan bersama Deni,"
"Latihn balap?"
"Iya mas. Kenapa, lucu, ya? Hahaa," Silvi tertawa lebar.
"Lucu sih tidak, karena memang ada banyak pembalap wanita di negara kita ini,"
"Ah yang bener mas?" Sepertinya cewek itu tidak percaya dengan apa yang barusan Wijaya katakan, karena ia memang belum pernah menjumpai pembalap wanita.
"Iya, benar. Apa kamu belum pernah melihatnya? Besuk aku tunjukkan ke kamu," Kata Wijaya.
"Tunjukkan bagaimana maksudnya mas,"
"Ini, besuk kamu datang saja ke alamat ini. Di tempat itu, ada puluhan cewek yang berlatih menjadi pembalap, dan sudah banyak di antara mereka yang mengikuti event," Terangnya Wijaya setelah memberikan kartu alamat pada Silvi dan Nita.
"Apakah ini alamat sebuah tim balap, ya?" Silvi memperhatikan kartu alamat tersebut.
"Iya Vi. Di alamat itu, banyak pembalap bernaung,"
"Oh begitu," Silvi dan Nita mengangguk-ngangguk.
"Emmm, kamu kok tau sekali tentang alamat di kartu ini, apa kamu juga pembalap disana mas,"
"Dulu iya. Dulu aku pembalap yang bernaung disana. Tapi sekarang tidak lagi, karena aku sudah lama berhenti jadi pembalap,"
"Oh.., kenapa berhenti mas?" Silvi menjadi penasaran.
"Ceritanya panjang Vi. Nanti kapan-kapan aku ceritakan deh. Lihat itu, lucu sekali, hahaa," Wijaya menunjuk pada seorang panitia balap yang terpeleret di atas podium, kedua cewek di dekatnya pun tertawa.
"Iya sudah Vi, Nita. Aku pamit dulu ya, mau duluan pulang," Kata Wijaya.
"Lho kok? Ya sudah, silahkan mas," Wijaya pamit pada kedua teman barunya tersebut. Wijaya tampak menuruni tribun dengan diikuti pandangan mata dari Silvi dan Nita. Kedua cewek itupun tampak bersiap turun. Mereka menoleh kebelakang, orang-orang yang tadinya ramai penuh sesak itupun sudah pada meninggalkan tempat duduknya.
"Ayo Nit, kita juga turun," Ajak Silvi. Sementara itu, Wijaya tampak sudah berada di area podium. Wijaya tampak berbincang dengan beberapa orang disana.
"Mas Wijaya, kenapa mas tidak ikut balap?" Kata seorang pembalap yang ditangannya memegang piala. Dia adalah Deni, pembalap yang baru saja memenangkan pertandingan dengan menjadi juara satu.
"Tidak Den. Aku sudah lama tidak aktif di dunia balap.
Selamat ya, penampilanmu tadi sangat bagus," Kata Wijaya.
Wijaya dan Deni sebenarnya sudah saling mengenal, kalau tadi Wijaya pura-pura tidak mengenal Deni dihadapan Silvi dan Nita, itu karena ia tidak ingin menunjukkannya pada mereka.
"Lihat Nit, sepertinya mereka saling mengenal," Kata Silvi.
"Iya," Nita pun menarik tangan Silvi dan mengajaknya ketempat mereka, Wijaya dan Deni.
"Hei, Silvi, Nita. Kalian masih disini ternyata," Kata Deni.
"Iya Den," Nita mengiyakan.
"Oh iya, perkenalkan ini mas Wijaya," Kata Deni. Wijaya tersenyum, Nita dan Silvi saling pandang.
"Kami sudah berkenalan tadi Den," Jawab Silvi.
"Oh iya? Kenalan dimana?" Deni sedikit mengernyitkan dahi.
"Tadi kami kenalan di tribun," Ucap Wijaya.
"Wuih wuih wuiiihhh, begitu toh?! Jadi kalian sudah tau siapa mas Wijaya ini dong Silvi, Nita?" Kedua cewek itu menggelengkan kepala.
"Belum," Kata Silvi.
"Lho kok belum? Apa mas Wijaya tidak menceritakan kalau ia adalah pembalap hebat dengan segudang prestasi," Kata Deni.
"Tidak. Mas Wijaya tidak mengatakan hal itu," Silvi memandang Wijaya, yang dipandangi hanya senyum saja.
"Oh.., ya sudah. Eh Vi, Nit. Nanti kita pulang bareng kan?" Tanyanya Deni.
"Ehmm, tidak ah Den. Kami pulang duluan saja, lagian kamu pasti akan sibuk bersama tim kamu," Jawab Silvi.
"Nanti pulang bareng saya saja Vi, Nit. Kalian naik apa?" Suara Wijaya menyambung.
"Boleh. Kami naik motor," Kata Silvi.
"Ok, nanti kita pulang bareng, lagian rumah kita searah kan?
Den, itu tim kamu kan? Emmm, saya pulang dulu ya. Mari Vi, Nit," Kata Wijaya yang melihat tiga orang pria berjalan ke arah mereka. Deni diam saja, karena dia tau persis apa yang dirasakan Wijaya saat melihat tiga orang yang berjalan ke arahnya. Tiga orang tersebut adalah orang-orang yang pernah membuat Wijaya kecewa.
Wijaya langsung meninggalkan Deni, Silvi dan Nita sempat terbengong sebentar sebelum mereka mengikuti langkah Wijaya, meninggalkan Deni.
(bersambung)
0 Response to "Cintaku Di Arena Balap, Episode 3"
Posting Komentar