Template information

Ketika Engkau Salah Mengartikan Tut Wuri Handayani

ketika engkau salah mengartikan tut wuri handayani


Cantik, sexy, menarik, itulah Desy. Dia seorang Mahasiswi di sebuah perguruan tinggi.
Ia juga seorang model ternama di sebuah majalah remaja. Kecantikan dan kecerdasaannya banyak dipuji, hingga banyak prestasi yang diraihnya dan membuat ngiler teman sebayanya.
Menikmati musim liburan sekokalah tahun ini, justru banyak kesibukan yang Desy lakukan.
Kesibukan itu sendiri tidak jauh dari aktifitasnya sebagai seorang model majalah.
Sebelum musim liburan datang, Desy telah ada beberapa jadwal pemotretran dan syuting iklan. Bahkan, untuk beberapa hari nanti Desy harus pergi ke negara Belanda, karena ia bersama model yang lain mendapat tugas sebagai Duta Pariwisata dari Dinas Kepariwisataan daerah setempat.

"Cut cut," Suara sutradara iklan di tengah syuting. Desy yang tampak ayu, anggun dengan penampilannya itupun berhenti sebentar dari aktingnya.
Tampak beberapa kru iklan membetulkan payung lampu-lampu yang sempat berubah arah karena terpaan angin kencang. Tampak juga seorang perias membetulkan polesan kosmetik di wajah Desy yang sedikit sudah luntur karena keringat.
"Bagaimana perias, apa sudah siap?!" Suara sang sutradara.
"Sebentar. Ok," Perias pun mundur meninggalkan sang model. Syuting berikutnya dimulai.
Desy tampak bersemangat menjalani sesi syuting tersebut. Tampak juga orang tuanya Desy hadir menyaksikan si anak berakting. Aku yang bukan siapa-siapanya dari mereka, hanya bisa mengamati saja apa yang sedang mereka kerjakan.
Hampir 30 menit Desy berakting di depan kamera, sendirian. Tiba-tiba ada suara yang memanggilku.
"Mas mas, iya kamu. Coba kamu kesini," Suara sutradara itu memanggilku, Aku pun berjalan ke arahnya.
"Ada apa pak?" Kataku bertanya.
"Apa kamu bisa berakting?" Tiba-tiba sutradara itu bertanya seperti itu.
"Tidak pak,"
"Tapi kamu mau kan di ajari akting sebentar? Kami memerlukan figur sepertimu sekarang,"
"Tapi saya benar-benar tidak bisa berakting pak,"
"Tidak apa-apa. Nanti biar di ajari sama kru. Mau kan?"
"Emmm, boleh," Kataku. Sutradara itu memanggil seorang pria, lalu dia bilang ke pria itu agar mengajari aku berakting. Tidak lama kemudian, aku di ajarinya berakting.
Kekakuanku dalam melaksanakan akting yang pria itu ajarkan, membuat banyak kru pada tertawa.
Rasa ciut nyali pun mendadak aku rasakan, karena aku malu. Namun, pria itu terus mengajariku, hingga aku pun sudah layak berakting di depan kamera, katanya mereka sih.

Aku tidak pernah menyangka sebelumnya kalau akan mendapat tempat seperti ini, yakni menjadi partner Desy dalam syuting iklan tersebut.
Sebelumnya, aku bertanya sama sutradara dan pengajar akting, kenapa aku dipilihnya menjadi model menemani Desy yang cantik itu? Jawaban mereka, karena aku dinilainya sangat cocok memerankan sebuah tokoh dalam iklan itu. Mereka bilang, wajahku yang sangat imut dan lucu lah yang lantas menunjuk ku menjadi model sementara, untuk menjalankan skenario yang ada.
Entahlah, padahal ada banyak pria yang lebih cakap di sekitar lokasi syuting, tapi sang sutradara lebih memilihku yang notabene hanya seorang penonton saja dan tidak punya kemampuan akting.
Setelah semuanya siap, aku disuruhnya di depan kamera bersama Desy. Aku dituntut untuk berakting sesuai yang di ajarkan dan arahan mereka.
"Semua sudah siap? Ok, mulai," Suara sutradara memberikan aba-aba. Kameramen pun mulai memfokuskan kamera rekamnya.
Syuting iklan dimulai. Aku menjalankan semua arahan mereka. Syuting berjalan sukses selama 30 menit. Tapi tadi ada beberapa kesalahan yang aku lakukan dan membuat syuting harus dipotong sebentar.

Setelah aku tau syutingnya selesai, aku pun hendak melangkah pergi dari mereka. Maklum, aku kan hanya seorang remaja kampung yang tidak tau apa-apa tentang dunia Intertainment, apalagi mengenai bayaran atau kontrak model segala macam. Jadi aku langsung melangkah hendak meninggalkan tempat itu.
"Mas mas, mau kemana? Tunggu sebentar," Suara sutradara. Aku menghentikan langkahku dan berbalik badan.
Aku tidak mengira, seorang wanita dari kru pembuatan iklan itu menghampiriku. Wanita itu kemudian memberikan sebuah amplop warna cokelat kepadaku.
"Apa ini mbak?" Tanyaku tidak tau.
"Itu sebagai tanda ucapan terima kasih dari kami untuk kamu yang telah membantu kami," Kata wanita itu, lantas ia pergi dari hadapanku.
"Terima kasih lho mas atas waktu dan bantuannya. Silahkan hubungi kami kalau nanti kamu memerlukan kami. Ini kartu nama kami," Kata sutradara itu dengan senyum mengembang di bibirnya. Aku mengangguk saja, lantas melangkah meninggalkan lokasi syuting itu. Perasaan semang pun aku rasakan, karena tidak di nyana, aku bisa juga berakting seperti para model di televisi, ujarku.
Aku sempat kaget, karena setelah amplop berwarna cokelat itu aku buka, ternyata isinya uang, 250 ribu. Sebuah jumlah uang yang sangat besar untuk ku, karena selama ini aku memang tidak pernah memegang uang sebesar itu, maklum.. karena aku orang miskin.


Ketenaran, kepintaran, kecerdasan seorang Desy ternyata tidak seterusnya memberikan kebenaran. Seusai ia pulang dari negara Belanda karena lawatannya ke negeri itu atas dukungan Dinas Kepariwisataan. Dalam jumpa pers di tanah air, Desy sempat membuat kesalahan atas ucapannya. Ternyata, pelajaran yang selama ini di ajarkan di sekolahannya tidak bisa ia tangkap sepenuhnya.
Waktu itu, aku melihat sebuah acara di televisi kepunyaan tetanggaku. Aku mendadak merasakan dadaku berdebar dan ada desiran senang. Desy, model yang pernah aku temani berakting dalam sebuah iklan itu tengah di wawancarai oleh Wartawan.
"Senang dong Anda bisa menyampaikan atas keragaman budaya negara kita di Belanda," Kata sang Wartawan.
"Iya, senang sekali. Bahkan aku juga mengenalkan budaya Indonesia ke mereka. Seperti tut wuri handayani yang artinya walaupun berbeda tetap satu," Kata Desy dengan bangganya. Aku yang mendengar hal itu langsung tertawa terbahak-bahak. Karena setahuku, arti dari 'Tut Wuri Handayani' bukanlah seperti itu. Sempat juga aku dengar Wartawan itu terkekeh.
"Mbak Desy, sepertinya salah deh arti dari Tut Wuri Handayani yang Anda katakan tadi," Kata sang Wartawan yang mewancarainya.
"Salah bagaimana mas Wartawan?" Desy tampak mengerutkan kening.
"Tut Wuri Handayani adalah lambang
Indonesia yang artinya berbeda-beda
tapi tetap menyatu guys," Timpal seorang teman Desy bernama Okta yang saat itu juga ikut di wawancarai Wartawan.
Seperti halnya Wartawan itu yang kembali terkekeh, aku juga tambah terpingkal mendengar kata model bernama Okta, karena apa yang ia sebutkan tadi adalah untuk lambang 'Bhineka Tunggal Ika' bukan 'Tut Wuri Handayani'. Tidak lama kemudian wawancara itu pun selesai dan acara berganti dengan tayangan iklan.
Aku menepuk-nepukkan telapak tangan ke jidad. Ternyata mereka yang cantik-cantik, sexy dan terlihat pintar juga cerdas itu nyatanya sangat tidak pintar untuk menghafal pelajaran sekolah. Buktinya itu tadi, mereka salah mengartikan 'Tut Wuri Handayani'.
Untuk diketahui, semboyan yang
tercantum dalam lambang Garuda
adalah Bhinneka Tunggal Ika yang
berarti berbeda-beda tetapi tetap satu.
Sedangkan semboyan Tut Wuri Handayani diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara untuk dunia pendidikan, dan artinya 'Dari belakang berupaya penuh memberi dorongan dan arahan'.
Semboyan ini tercantum dalam logo
pendidikan yang terpasang di saku-saku
seragam sekolah. Lengkapnya berbunyi Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo
Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.
Jika di urutkan berarti 'Di Depan
sebagai panutan', 'Di Tengah sebagai
pelopor' dan 'Dari belakang berupaya memberi dorongan dan arahan'.
Aku tertawa-tawa sendiri saat pulang ke rumah karena kekeliruan arti 'Tut Wuri Handayani' dari dua model terkenal itu.
Yang tampak cerdas ternyata tidak cukup pintar dan benar, seperti halnya Desy dan Okta. Namun dengan kesalahan mereka mengartikan 'Tut Wuri Handayani' itu, kita jadi seperti di ingatkan untuk mencari tau akan arti sebenarnya dari 'Tut Wuri Handayani'. (*)

Related Posts :

0 Response to "Ketika Engkau Salah Mengartikan Tut Wuri Handayani"

Posting Komentar

wdcfawqafwef