"Kenapa pintunya tidak terkunci? Perasaan tadi pagi aku kunci," Aku pandangi lobang kunci pintu, seperti ada bekas congkelan.
"Siapa yang telah berani melakukan ini di rumahku?!" Bergegas aku menerobos masuk ke dalam rumah. Aku terkejut bukan kepalang saat kudapati pintu kamar sudah terbuka. Padahal sebelum tadi pagi aku berangkat kerja, pintu kamar dan pintu depan aku kunci rapat. Kuncinya pun aku kantongi, aku bawa serta ke tempat kerja.
Aku semakin kaget, kudapati pintu lemari yang berada di sudut kamar juga terbuka. Isi lemari acak-acakan.
"Uangku!" Aku mencari-cari uang yang tersimpan dalam lemari tersebut. Namun tidak aku temukan. Rupanya pembobol rumahku telah mengambil uang yang rencananya untuk melunasi angsuran sepeda motor yang belum lunas.
"Kurang ajar! Uangnya raib. Dia telah mengambil uang itu!" Pikiranku jadi tidak karuan. Marah, kesal dan gemas pun bercampur menjadi satu.
Kuhempaskan bokongku ke tempat tidur dengan amarah. Aku menggerutu, mengumpat sejadinya pada orang yang telah memasuki rumahku.
"Hallo, siapa?!" Suaraku menerima telepon dari seseorang.
"Hahahaa, rasakan olehmu!!!" Suara penelpon yang tidak kukenal. Suaranya seorang lelaki.
"Apa maksudmu?! Hallo, siapa kamu?! Hallo...!!!" Penelpon tadi mematikan telponnya. Aku bertambah emosi, kubanting phonsel ke tempat tidur. Ingin rasanya aku menonjok muka penelphon tadi, andai saja dia ada di hadapanku.
"Apes bener sih aku hari ini! Di tempat kerja sudah dimaki-maki atasan, ini rumah juga dibobol maling.
Siapa juga penelpon tadi, huh!"
Aku tidak pernah mengira kalau rumahku bakal kebobolan seperti itu. Selama ini lingkungan aman-aman saja. Selama aku tinggal di komplek perumahan yang kutempati, tidak pernah ada kejadian pencurian. Kejadian yang aku alami ini sangat membuatku terkejut.
Aku keluar dari kamar. Aku duduk di teras depan sambil sesekali memperhatikan pintu rumah. Dongkol, marah, itu yang aku rasakan.
"Lagi apa pak Caplin?" Seorang tetangga bertanya kepadaku.
"Ehm ini, lagi merenung pak,"
"Wehalah, sore-sore kok merenung toh," Tetanggaku yang bernama pak Lukman itu kemudian menghampiriku, duduk di sebelahku.
"Iya ini pak, habisnya pusing," Kataku.
"Pusing kenapa pak? Bukankah pak Caplin sudah hidup enak,"
"Bapak ini bisa saja. Hidup saya masih nafsi-nafsi kok pak.
Emm, pak Lukman. Apa tadi bapak melihat orang yang mencurigakan di sekitar rumah saya?"
"Maksud pak Caplin?"
"Ini pak, rumah saya dibobol pencuri," Kataku.
"Dibobol pencuri? Kapan itu pak?!" Pak Lukman tajam menatapku.
"Sepulang saya kerja, saya mendapati pintu rumah sudah tidak terkunci. Ada bekas congkelan benda keras. Uang yang saya simpan dalam lemari pun tidak ada di tempatnya,"
"Waduh, saya tidak tau pak. Seharian saya juga kerja," Jawabnya pak Lukman yang lantas melihat pintu rumahku. Kami berbincang panjang lebar sampai menjelang petang.
Peristiwa yang menimpaku memang tidak separah yang di alami oleh temanku. Diamana temanku itu mengalami kerugian yang sangat besar. Seluruh peralatan elektronik, sejumlah uang, ludes digasak maling. Kejadian itu sendiri terjadi pada malam hari ketika ia terlelap tidur.
Belum juga aku terlelap tidur. Jam di kamar menunjukkan pukul 12.10 malam. Aku dengar suara gaduh tidak jauh dari rumahku.
Aku langsung bergegas bangun. Sebentar aku perhatikan suara gaduh tersebut, lantas aku mencari tau apa yang telah terjadi.
"Ada apa ini pak?" Tanyaku.
"Anu pak, ada pencuri,"
"Pencuri? Dimana?!" Aku menjadi penasaran.
"Di rumahnya pak Jastro. Tapi malingnya belum sempat masuk, kami keburu memergokinya,"
"Oh. Rumahku tadi siang juga kebobolan dari pencurian kok pak,"
"Rumah pak Caplin kemalingan tadi siang? Benar-benar kurang ajar itu maling. Hemm, sepertinya komplek kita ini mulai tidak aman," Kata tetanggaku, pak Rahmat.
"Iya pak, komplek kita mulai rusuh ini," Kataku dan di iyakan oleh yang lain.
"Benar. Kita harus meningkatkan pengamanan di komplek kita," Kami pun membahas tentang maraknya pencurian di rumah warga. Mulai dari pencurian pakaian di jemuran sampai barang-barang berharga di dalam rumah.
Gara-gara peristiwa itu, kami jadi begadang sampai menjelang pagi.
Di lain hari, kami lebih meningkatkan penjagaan keamanan dalam komplek.
Kami kemudian mengusulkan pada pengelola perumahan agar ada penambahan tenaga keamanan komplek yang saat ini sudah ada tiga orang. Kami mengusulkan penambahan satu orang Satpam (Satuan Pengamanan) lagi.
Usulan kami memang di terima. Namun setelah adanya penambahan tenaga keamanan pun pencurian masih sering terjadi.
"Maling... Maling.. Ada pencuri...," Suara seseorang memecahkan sepinya malam. Aku yang saat itu tengah asik menonton acara Liga Champion di televisi pun terkaget.
Aku langsung meloncat dan keluar rumah setelah mengunci pintu.
Aku mendatangi asal suara terikan tadi dengan rasa geram pada si pencuri. Dari arah lain juga tampak beberapa orang dengan setengah berlari menuju ke tempatku berdiri.
"Pak Caplin, mana pencurinya?! Tadi kok ada yang berteriak maling,"
"Tidak tau pak. Tadi saya juga mendengar ada yang teriak maling," Pandangan kami tajam memeriksa keadaan sekitar.
"Ada apo Jo?,"
"Ada pencuri tadi," Jawab Paijo.
"Dimana?,"
"Tadi aku memergoki di rumahnya pak Sarman, kemudian dia lari kesana. Aku mengejarnya tapi kehilangan jejak" Ujar Paijo yang tampak terengah-engah.
Rupanya pencuri itu tidak tau dengan keamanan di komplek kami yang sekarang. Jadi ia masih berani menyatroni tempat kami.
Tidak lama berselang, kami melihat sekelebat orang yang mencurigakan. Kami mengejarnya.
Kami menanyai orang tersebut. Namun orang itu malah hendak lari menghindar dari kami. Akhirnya, kami menahan langkahnya dan menghadiahi beberapa pukulan ke tubuh orang tersebut. Tak ayal lagi, dia pun babak belur menerima pukulan dari kami yang sudah terlanjur tersulut emosi.
"Lega rasanya sudah memukul pencuri!" Kataku yang masih geram.
Orang itu kemudian kami bawa ke pos keamanan untuk proses selanjutnya.
"Kami berjanji, tidak akan memberi toleransi sama pencuri yang meresahkan dan merugikan warga." Kata keamanan komplek. Aku pun tersenyum di tengah rasa penasaranku, siapa pembobol rumahku. (*)
0 Response to "Siapa Pembobol Rumahku?"
Posting Komentar