"Yang warna biru," Kataku dan langsung mengambil kaos yang tergantung. Namun, kemudian aku diam, kuamati kaos yang kupegang.
Aku menoleh ke arah kaos lain yang juga tergantung di hanger.
"Warna biru langit. Yach biru langit," Aku mendekat ke arah kaos berwarna biru langit. Aku pegang ujung kaos tersebut, aku amati beberapa saat.
"Ah, aku pilih yang mana?" Gumamku. Kedua kaos ditanganku sama bagusnya, sama-sama berwarna biru.
"Yang mana mbak?" Suara seorang pelayan kepadaku.
"Ehmm, sebentar mbak," Jawabku. Aku memilah warna apa yang cocok. Aku amati keduanya.
Sekilas pandang, aku melihat kaos lain dengan warna biru laut tergantung terselip diantara t-sert yang lain. Aku pun mendekat dan mengamati kaos berwarna biru laut tersebut.
"Ini lebih bangus sepertinya. Warna birunya kalem, bahannya pun bagus, halus," Aku ambil kaos warna biru laut, aku lepas dari hangernya.
Aku berjalan ke tempat tadi, aku kembalikan kedua kaos berwarna biru tua dan biru langit. Warna biru laut cocok buat dia, pikirku.
Pelayan toko itu terus mengamati, tampak sesekali ia menggelengkan kepalanya pelan. Mungkin pelayan toko itu merasa kesal kepadaku, karena hampir satu jam setengah aku mondar-mandir memilih warna kaos.
"Jadi yang itu, ya mbak?" Tanyanya pelayan yang sedari tadi mengawasiku.
"I..iya mbak," Aku kemudian memberikan kaos yang kupilih kepada sang pelayan toko.
"Benar yang ini, tidak pilih yang lain lagi?" Kata pelayan dengan wajah tampak cemberut. Aku tau mbak pelayan itu kesal atas tingkahku.
"Eh sebentar mbak. Ukuran, ya ukurannya. Ukurannya harus XL," Kataku, yang lantas meminta kaos tadi dan melihat ukurannya.
"Itu kan XL mbak," Kata pelayan.
"Iya mbak. Tapi.., tapi gambar pada kaosnya yang mungkin kurang pas," Kataku. Aku terdiam, aku pandang wajah sang pelayan di hadapanku, wajahnya semakin menampakkan kekesalan.
"Lha mbak ini mau nyari yang model seperti apa, bergambar apa?" Kata pelayan dengan tatapan mata kurang bersahabat.
"Emmm, yang bergambar hati. Iya, bergambar hati atau bermotif nuansa cinta," Kataku yang mulai ada perasaan tidak enak pada pelayan toko.
"Yang bergambar hati, cinta, sepertinya tidak ada. Ada, tapi warna kaosnya lain," Ucap pelayan.
"Boleh aku melihatnya mbak?" Pelayan itu kemudian mengambil sebuah kaos terbungkus plastik bening, lalu diberikannya kepadaku.
Aku mengamati kaos yang barusan diberikan oleh mbak pelayan. Aku buka sedikit plastik bagian atas. Aku pegang ujung kaosnya, bahannya cukup bagus, halus.
"Bagaimana mbak?" Mbak pelayan menatapku.
"Emm, yang warna biru ada tidak mbak?"
"Tidak ada,"
"Iya, tidak ada. Oh iya mbak, sebentar toko mau tutup," Mbak pelayan hendak melangkah dari hadapanku, dan mungkin akan menutup pintu toko, karena tadi ia bilang toko mau tutup. Memang sih, jam sudah menunjukkan pukul 21.36 WIB.
"Oh. Ini saja deh mbak," Kataku. Aku memberikan kaos tadi. Ia kemudian membungkusnya. Setelah aku membayarnya, lantas aku pulang dengan berjalan kaki karena memang jarak rumahku tidak begitu jauh dari toko tersebut.
Sebenarnya aku tidak sreg/cocok dengan warna kaos yang tadi kubeli. Tapi mau bagaimana lagi, karena aku tidak mau mengecewakan mbak pelayan toko yang sudah berlama-lama menungguku dalam memilih.
"Semoga saja si dia suka akan warna kaos ini," Gumamku sambil berjalan.
Rencananya, kaos yang kubeli tadi akan kuberikan buat kekasihku. Tapi apa boleh dikata, dia yang penyuka warna biru sementara kaosnya berwarna putih.
"Ah biar saja, nanti kapan-kapan bisa membelinya dengan warna biru kesukaannya," Kataku. (*)
Kamis, 10 September 2015
Cerpen
0 Response to "Warna"
Posting Komentar