Template information

Ingat Masa Kecil Kita Jhon...!

Ingat Masa Kecil Kita Jhon...!


Persabatan antara Jhon Gigis dan Budi Upil telah berlangsung sejak kecil. Kemana-kemana mereka berdua sering bersama. Mencari Jangkrik, Capung, Ikan di sungai, mereka selalu berdua. Begitu juga saat bersekolah, mereka duduk berdampingan dalam sebuah bangku.
Jhon Gigis dan Budi Upil sering menghabiskan waktu bermain di persawahan tidak jauh dari rumah mereka berdua. Mereka saling main lumpur sawah hingga belepotan, kemudian saling tertawa ceria ketika hal lucu terjadi pada kedua anak kecil itu. Namun wajah salah satunya mendadak cemberut ataupun bersedih dan gusar ketika diantara mereka ada yang menangis.

Kini Jhon Gigis dan Budi Upil telah dewasa. Mereka sama-sama punya cita-cita dan cinta.
Jhon Gigis yang berwajah imut dan berbadan kerempeng itu mempunya sebuah cita-cita menjadi seorang Insinyur pertanian. Dan hal itu ingin dia buktikan dengan belajar di sebuah Perguruan Tinggi di sebuah kota. Maklum, orang tuanya Jhon Gigis adalah seorang pedagang sukses, jadi tidak ada masalah dalam pembiayaan si Jhon dalam menimbah ilmu di perguruan tinggi.
Bisa dikatakan jika Jhon Gigis adalah seorang yang selalu beruntung dalam hidup. Namun ada satu hal yang selalu membuatnya tidak beruntung, yakni dalam hal cinta.
Nasib cintanya Jhon Gigis selalu saja berakhir tidak manis. Berulang kali dia menjalin hubungan dengan wanita, tapi selalu saja kandas di tengah jalan. Paling lama hubungan cintanya dengan cewek yakni berumur tiga bulan. Entahlah, padahal tampang Jhon Gigis terbilang lumayan buat digantungi hati dari seorang cewek, dan semestinya mampu bertahan lama.

Sementara itu, Budi Upil adalah pemuda rajin, taat dalam beribadah. Wajahnya tidak ganteng sangat, tapi cukup manis buat menggaet wanita.
Tidak seperti Jhon Gigis yang bisa mengenyam bangku perkuliahan. Budi Upil ini cukup puas bisa lulus dari bangku Sekolah Menengah Umum (SMU). Sebenarnya ada niat dari Budi Upil untuk melanjutkan pendidikan seperti halnya Jhon Gigir, tapi apa daya, tidak ada biaya untuk menuju ke bangku perguruan tinggi, mengingat orang tuanya yang hanya seorang petani miskin di kampungnya.

Meskipun Budi Upil tampak degil karena hampir setiap hari berkutat dengan lumpur sawah, tapi nyatanya banyak cewek-cewek di kampungnya dan tetangga yang merasa simpati kepada pemuda itu. Tidak jarang dari cewek-cewek tadi yang terang-terangan menyatakan cinta kepada Budi Upil, sampai-sampai pemuda berbadan tegap itu kesulitan dalam menentukan pilihan cintanya atas wanita-wanita tadi.


Pada suatu hari, Budi Upil di datangi oleh seorang gadis berwajah manis dengan rambut hitam panjang sebahu dan berkulit sawo matang. Gadis tersebut sengaja datang ke rumah Budi Upil karena ingin membuktikan menawannya pemuda bernama Budi Upil.
Gadis berparas manis itu bernama Syela, seorang wanita yang baru beberapa hari datang dari kota.
Dengan menaiki sepeda motor Supra milik saudaranya, Syela datang ke rumah pemuda itu dengan percaya diri.

"Permisi, apakah mas Budi ada di rumah?" Suara Syela dengan kenesnya, mirip dengan wanita Keraton Solo pada waktu itu. Seorang pemuda yang ditanyanya pun mengamati gadis di hadapannya. Pemuda itu tidak lain adalah si Budi Upil yang tengah bersantai setelah pulang mencangkul dari sawah milik tetangga.

"Saya sendiri. Maaf, mbak ini siapa, ya? Kok mencari saya, ada keperluan apa?" Kata Budi Upil penuh tanda tanya.
Syela mengajak kenalan pemuda itu. Syela kemudian menjelaskan maksud kedatangannya ke rumah itu. Budi Upil terkejut, lantas tertawa renyah. Pemuda itu tidak mengira kalau cewek di sampingnya kini dengan berani dan terang-terangan mengatakan kalau dirinya penasaran pada yang namanya Budi Upil. Syela pun menyatakan kalau dirinya suka pada pemuda tersebut.


"Edan kamu ya? Baru saja kenal tapi sudah mengatakan cinta," Kata Budi Upil sembari menuangkan es sirup ke dalam gelas.

"Nggak kok, Syela nggak edan, tapi tergila-gila samu kamu, hikhikhik," Jawabnya gadis itu, lalu terkikik.
Mereka berdua berbincang hampir dua jam, kemudian Syela pamit hendak pulang.
Selepas kepergian gadis bernama Syela tadi, Budi Upil mulai dipermainkan perasaan cinta. Entah kenapa, di dalam hatinya pemuda itu langsung mengalir desir halus untuk kemudian menumbuhkan benih cinta terhadap si Syela, gadis kota yang baru beberapa hari berada di kampungnya Budi Upil.

Hari terus berganti, sebuah rasa di dada Budi Upil pada Syela pun kian tumbuh subur. Puncaknya, Budi Upil menemui Syela di rumah saudara gadis itu yang masih sekampung dengannya.
Di tempat itu kemudian Budi Upil bilang pada Syela jika dirinya pun suka pada gadis tersebut.
Tidak menunggu lama, dengan senang hati si Syela menerima cintanya Budi Upil. Jadilah mereka sepasang kekasih baru di hari itu.

Budi Upil dan Syela menjalani cintanya penuh ceria. Mereka hampir setiap hari bertemu dan memadu kasih meskipun hanya sekedar bercerita dan tertawa, tapi mereka cukup bahagia.

"Aku bahagia bisa dekat denganmu mas..," Ucap Syela dengan manja.

"Aku pun begitu dik, diriku juga bahagia.
Hei Jhon, kapan kamu pulang dari kampus?" Suara Budi Upil kemudian pada Jhon Gigis yang kebetulan lewat di hadapan mereka. Melihat ada suara Budi Upil, si Jhon Gigis langsung menoleh dan menghampiri sahabatnya tersebut.
Budi Upil pun memperkenalkan pacar barunya pada si Jhon. Pemuda kuliahan itu tampak tidak berkedip memperhatikan cewek di hadapannya. Entah kenapa, hatinya si Jhon Gigis jadi tergetar manakala beradu pandang sama Syela. Padahal kan di tempat kuliahnya ada banyak cewek cantik dan sexy yang bisa menggetarkan si Jhon.

"Cantik juga pacarnya si Upil, andai saja dia menjadi pacarku," Suara Jhon Gigis dalam hati. Diam-diam, si Jhon juga menaruh hati pada Syela.


Tanpa sepengetahuan Budi Upil, si Jhon Gigis yang giginya tampak hitam dan runcing itu mulai nakal pada sahabatnya. Jhon Gigis diam-diam mendekati Syela. Bahkan si Jhon telah berani main colek dan mengajak Syela untuk jalan-jalan.
Mulanya cewek manis itu menganggap angin lalu, mengingat Budi Upil dan Jhon Gigis yang katanya sahabat karib sejak kecil. Tapi lama-lama Syela gerah juga atas kelakuan si Jhon terhadapnya.
Tanpa ragu lagi, Syela melaporkan perbuatan si Jhon yang suka datang ke tempatnya disaat Budi Upil bekerja dan tidak di dekat Syela. Dia bilang pada sang pacar jika si Jhon sudah berani main colek dan berlaku tidak sopan. Mendengar hal itu Budi Upil langsung naik pitam. Maka bergegaslah dia menemui Jhon Gigis di rumahnya.

"Silahkan Bud, ada apa ini? Tumben kamu datang dengan wajah masam," Kata si Jhon.

"Maaf Jhon. Kita berteman sudah sejak kecil, jadi jangan bikin kecewa diriku," Kata Budi Upil dengan menatap tajam sahabatnya.

"Maksudmu Bud? Aku tidak mengerti,"

"Syela sudah menceritakan semuanya tentang dirimu yang main colek sembarangan dan mau mengajaknya jalan.
Bila kamu suka sama dia, ambil saja Jhon. Aku bisa mencari wanita lain," Ucap Budi dengan ketus, seakan menyindir si Jhon.

"Ah, aku hanya bercanda kok Bud,"

"Bercanda? Ok!
Ingat masa kecil kita Jhon...! Apakah kamu akan merusak persahabatan kita? Pikir Jhon, pikir...," Budi Upil berdiri, dia kemudian melangkah pergi dari hadapan si Jhon.
Budi Upil kali ini benar-benar marah sama temannya itu. Berulang kali si Jhon mengganggu hubungan asmaranya Budi Upil.
Sewaktu Budi Upil berdekatan sama Nila, Susi, Agustin, Rahma, dan Lina, si Jhon juga bertindak sama seperti yang dilakukannya terhadap Syela. Oleh karena gangguan si Jhon itu, Budi Upil harus rela melepaskan cintanya karena merasa kasihan pada sahabatnya tadi. Namun kemudian cintanya si Jhon malah ditolak mentah-mentah oleh para wanita yang pernah dekat sama Budi Upil.
Sejak saat itu, hubungan keduanya mulai merenggang. Si Jhon sering tidak pulang ke kampung. Dia lebih sering berada di kost dan kampus. Jika ia pulang ke kampung pun tidak lantas menemui Budi Upil sebagaimana yang dulu sering ia lakukan.
Budi Upil sendiri tidak mempermasalahkan hal itu, sebab dia tahu kalau sahabatnya kini telah jauh berubah. Namun begitu Budi Upil berharap kelak mereka akan kembali rukun, seperti waktu itu. (*)

Related Posts :

0 Response to "Ingat Masa Kecil Kita Jhon...!"

Posting Komentar

wdcfawqafwef