Template information

Vina Si Penari Jaran Kepang

Vina Si Penari Jaran Kepang


Suara gending pengiring penari Jaran Kepang mengalun keras lewat pengeras suara.
Tampak berjajar enam penari telah siap untuk melakukan gerakan demi gerakan tarian.
Satu jentikan jari dari seorang pria di pinggir arena pun telah dilakukan. dan tarian dimulai dengan gerakan-gerakan indah penuh makna.

Aku menatap keenam penari yang kesemuanya adalah perempuan.
Seulas senyum tampak dilemparkan ke arahku oleh seorang penari.
Yach, dia adalah Vina, cewek yang beberap minggu yang lalu ku kenal di sebuah pasar tradisional. Kampung kami memang bersebelahan, tapi diriku tidak mengenal Vina sebelumnya.
Vina tampak begitu gemulai dalam setiap gerakan mengikuti irama musik.
Memang sih, Vina pernah bilang ke aku kalau dirinya suka sekali menari Jaran Kepang. Mulanya aku tidak percaya dengan ucapannya, tapi kini aku lihat sendiri kalau Vina memang pandai menari sambil memainkan Jaran Kepang terbuat dari anyaman bambu itu.

Pandangan mataku terus mengikuti setiap gerak gemulai si Vina. Sesekali diriku juga memperhatikan penari yang lain. Mereka sangat padu dalam setiap gerakan, mungkin hal itu karena mereka sering berlatih dan terbiasa dalam tarian tersebut.
Hampir dua puluh menit para penari Jaran Kepang di dalam arena yang dibuat segi empat dan di semua sisi arena tersebut penuh sesak oleh penonton, termasuk diriku.
Sejurus kemudian alunan musik terdengar cepat iramanya, dan... Jhiaaah... para penari salik tabrak tak terkendali. Mereka kesurupan.

Aku mundur beberapa langkah kebelakang, begitu juga dengan penonton di dekatku. Tiba-tiba saja si Vina yang tak sadarkan diri itu berlari dan menubruk diriku.
Vina menatapku tajam seperti hendak memangsa diriku. Aku yang melihat hal itu pun menjadi ketakutan.
Dengan sorot matanya yang tajam mendelik, Vina terus menari dan menatapku. Ia terus menari mengikuti irama musik terkadang melambat dan kemudian meninggi.
Seorang pria berjalan ke tengah arena dengan sebungkus kembang tujuh rupa. Vina langsung mengejar pria tersebut. Diendusnya bunga di tangan pria itu, lantas disambarnya.
Dengan rakus kembang itu dilahap oleh Vina dan menjadi rebutan para penari yang kesurupan.
Suasana semakin menegangkan saat beberapa buah kelapa digelindingkan dari tepi arena. Mereka menangkap kelapa-kelapa tadi dan mempermainkannya.
Setelah beberapa mempermainkan buah kelapa, mereka lantas mengupas kulit kelapa menggunakan mulut. Tampak mereka menyeringai karena beberapa serat kelapa nyangkut disela-sela gigi.
Musik pengiring terus bertalu-talu. Sesekali gelegar cemeti terdengar menghantam tanah dan bagian tubuh para penari yang kesurupan.
Vina melemparkan buah kelapa yang sudah terkupas ke udara. Dia menyundulnya, hingga buah kelapa tadi pecah menjadi beberapa bagian. Dengan lahap juga buah kelapa itu dimakannya.

Beberapa orang penari dibopong dan dibawa masuk ke sebuah ruangan setelah mereka disembuhkan. Meskipun mereka telah diobati, tapi keadaan mereka tampak lemas terkulai dan harus dibopong menuju ke tempat itu.
Hal aneh terjadi pada diri Vina. Dia tidak mau diajak keluar arena. Dia juga melawan saat mau diobati. Bahkan beberapa orang yang mencoba memeganginya terkena tendangan dan pukulan si Vina.
Entah kemasukan roh apa si Vina itu, tenaganya sangat kuat sekali meskipun dia adalah seorang wanita.
Beberapa kali Vina menunjuk ke arahku. Entah menantang diriku atau bagaimana aku pun nggak tahu.
'Set' sebuah pitingan seorang lelaki tinggi besar merobohkan Vina yang tengah menari-nari beringas. Lelaki tadi kemudian mengobati si Vina. Namun Vina berontak. Kiranya roh yang menguasai Vina tidak mau keluar dari dalam tubuh gadis manis tersebut, sampai-sampai beberapa orang dibuat kewalahan olehnya.

Suara erangan panjang keluar dari mulut si Vina. Dia terus berontak sambil jarinya menunjuk ke arahku. Beberapa orang di dekat Vina pun menolehku.
Seorang pawang kemudian menempelkan kepalanya ke wajah Vina. Entah apa yang mereka perbincangkan, orang tadi langsung menghampiri diriku.

"Mas, dia minta kamu untuk menyembuhkannya," Kata sang pawang itu kepadaku.

"Maksudnya pak?" Tanyaku pada orang tersebut.

"Dia minta kamu menciumnya mas,"

"Hah?" Diriku terbengong.

"Ayolah mas, cium dia. Tidak apa-apa kok, sekali saja," Kata sang pawang. Aku menatap sang pawang dan Vina dengan ragu.

"Cium saja mas, biar dia sembuh," Suara yang lain. Mendengar mereka pada memintaku agar mencium Vina, akhirnya aku mencium gadis itu. Tepuk tangan para penonton pun terdengar menyemangati.

"Aneh-aneh saja kamu Vin," Kataku dalam hati dengan muka menunduk karena malu.

Tarian Jaran Kepang perempuan telah usai. Kini bersiap tarian Jaran Kepang laki-laki. Aku sibakkan penonton yang berjubel. Aku hendak pulang karena kepalaku sudah terasa pusing.
Aku sudah berada di atas sepeda kayuh ketika si Vina mencolek diriku.

"Mau kemana Jhon?" Suara Vina yang lantas terkikik.

"Mau pulang, kepala pusing," Jawabku.

"Ikuuut...," Si Vina langsung naik di boncengan dan melingkarkan tangannya di perutku.

"Eh, acaranya kan belum selesai Vin,"

"Nggak apa-apa, aku mainnya hanya satu babak kok Jhon. Yuk ah," Dia mengencangkan lingkar tangannya di perutku. Sepeda langsung ku kayuh, entah kenapa si Vina malah tertawa terbahak. Mungkin masih ada sisa roh halus bersemayam di tubuh Vina, pikirku agak takut.
Tiba-tiba saja 'Breees!!!' sebuah sepeda yang dinaiki seorang anak kecil menabrak diriku dari samping. Anak kecil tadi jatuh terpental dan kemudian menangis. Sementara aku dan Vina juga jatuh terjerembab. Kami meringis mengaduh saling pandang, kemudian tertawa cekikian. (*)

Related Posts :

0 Response to "Vina Si Penari Jaran Kepang"

Posting Komentar

wdcfawqafwef