Template information

Mencari Sebuah Cinta Yang Hilang, Part 12

Mencari Sebuah Cinta Yang Hilang


Setelah melakukan perjalanan darat lebih dari lima belas jam, diriku sampai juga di Jakarta. Entah kenapa, ibu kost tersenyum dengan kedatanganku. Bahkan beliau langsung membelikan semangkuk mie ayam yang kebetulan lewat di depan rumah.
Mulanya aku malu juga untuk memakan pemberian ibu kost. Namun, ya sudahlah, aku makan juga.
Ibu kost dengan akrabnya menemaniku dalam menikmati mie ayam tersebut. Kami mengobrol seputaran asal usulku.
Ibu kost yang tampak awet muda itu tersenyum ketika ada kata-kataku yang mungkin di anggapnya lucu.

"Oh.. jadi seperti itu kenapa kemarin kamu pulang ke kampung?" Suara ibu kost dibarengi sodoran kerupuk ke aku.

"Iya bu,"

"Iya benar sekali. Mumpung masih muda, kamu harus giat bekerja, jangan suka foya-foya. Pergunakan masa muda mu untuk hal yang positif. Kamu sudah punya pacar?"

"Iya bu, terima kasih nasehatnya. Pacar? belum bu,"

"Lha cewek yang kemarin bersamamu itu?"

"Dia cuma teman kok bu,"

"Yang benar? Aku kira dia pacarmu Jhon. Mau kalau aku carikan pacar?" Kata ibu kost, aku terdiam sejenak.

"Nanti saja bu. Lagi fokus cari kerja dulu,"

"Bagus kalau begitu. Ya sudah, ibu tinggal dulu ya Jhon," Beliau meninggalkan aku setelah membayar mie ayam tadi. Rasa kenyang pun membuatku mengantuk, aku langsung menuju ke kamar.

'Pyaaar...!' Seperti suara botol beling pecah. Tidak lama kemudian terdengar suara orang beradu mulut. Diriku yang baru saja membaringkan tubuh pun bergegas keluar kamar menengok apa yang sebenarnya terjadi.
Dua orang pria berperawakan ceking dan bertubuh tambun tampak sedang bersitegang di depan rumah kost yang aku tempati.
Aku hanya memperhatikan mereka dari dalam rumah karena diriku tidak mau ikut campur atas permasalahan mereka.
Tiba-tiba saja ibu kost berdiri di sampingku dengan menatap keluar rumah.

"Ah mereka lagi," Suara ibu kost yang tampak sudah mengenal mereka yang bersitegang.

"Siapa mereka itu bu?"

"Itu si Deni dan Robert. Mereka biasa seperti itu kalau lagi mabuk.
Kamu jangan keluar Jhon, nanti bisa jadi sasarannya," Kata ibu kost yang lantas kembali ke belakang.

"Oh," Kataku dengan terbengong. Diriku pun kemudian kembali ke kamar.

Meskipun sudah menyalakan kipas angin dan membuka jendela kamar, tapi hawanya tetap saja gerah, hingga aku melepas pakaian dan hanya mengenakan celana kolor.
Aku berbaring di atas tikar, karena kasur yang terbuat dari buah tipis itu telah aku gulung.
'Kletek kletek kletek' suara di dinding kamarku. Namun aku biarkan saja. Aku memejamkan kedua mata karena memang sudah mengantuk.

"Suara apa sih itu," Aku bangun dan memperhatikan suara kletek kletek yang kembali terdengar. Mataku memeriksa setiat jengkal sudut dinding kamar, aku sempat kaget saat mendapati sebuah lubang seukuran pensil yang mencurigakan. Diriku kemudian mendekati lubang tersebut, dan kudengar seperti ada suara langkah kaki menjauh dari dinding kamar.

"Apa ada yang mengintipku ya tadi?" Buru-buru mataku memandang keluar lewat lubang itu. Tapi diriku tidak menumukan apa-apa.

Aku tersenyum, kalau memang ada seseorang yang mengintip diriku, lalu apa yang ia mau? kan diriku bertampang jelek, pikirku.
Kubuka berkas lamaran kerja yang kubawa dari kampung. Setelah cukup lama memeriksanya kembali dan memperhatikannya, aku pun tersenyum. Ada harapan besar atas berkas lamaran kerja tersebut untuk bisa merubahku menjadi seorang yang bukan pengangguran.

"Renita, aku akan tetap mencarimu, hah..," Helaan nafas panjang kubuang membentur dinding kamar. Namun begitu, aku harus pandai menyembunyikan hal ini supaya Tyas tidak tersinggung. Biar bagaimanapun diriku tidak ingin dirinya sakit hati karena marah jika aku masih mencari Renita, karena Tyas kan sudah mengungkapkan kalau ia suka kepadaku meskipun diriku sendiri belum menjawabnya.

Tok tok tok tok, pinti kamarku diketuk dari luar. Aku bergegas bangun dari berbaring di tikar. Sejenak aku memandang pintu terbuat dari lembaran triplek itu, kemudian membuka pintu tersebut.

"Ada apa bu?" Kataku yang melihat ibu kost berdiri di depan pintu kamar.

"Eh ini Jhon, cuma mau mengasih ini,"

"Apa itu bu?"

"Ini Klepon. Baru saja ibu membikinnya," Ibu kost lantas memberikan kue Klepon di atas piring yang ia bawa kepadaku.

"Oh, terima kasih ya bu," Ibu kost mengangguk kecil, lalu meninggalkan diriku. Aku tersenyum, semoga sering-sering saja ibu kost berbuat baik kepadaku, kataku dalam hati.
Kebetulan aku suka sekali dengan kue Klepon yang rasanya enak banget. Tanpa menunggu lama lagi, langsung saja kusantap butiran-butiran Klepon di atas piring.

"Ehmm, rasanya enak sekali, legit. Selegit yang bikin," Selorohku lirih yang kemudian membungkam mulut sendiri karena takut kalau kedengaran ibu kost, kan bisa bahaya.

~o00o~


Hari sudah petang saat diriku bangun tidur. Setelah mengambil nafas sebentar, kemudian aku keluar menuju kamar mandi.
Aku kaget! setelah pintu kamar mandi kudorong ke dalam dan terbuka, ternyata di dalam sana ada seorang wanita yang tengah menyabuni tubuhnya. Wanita itu pun menjerit. Buru-buru aku menutup pintunya.

"Ah sialan," Gumamku dan meninggalkan tempat itu. Di sudut ruangan, tampak Sapto tertawa terbahak. Sepertinya dia menertawakan diriku. Aku pun menghampiri pria agak botak itu.

"Hahahahaa..., makanya diketuk dulu Jhon, jangan asal nyelonong saja," Kata Sapto yang masih terkekeh.

"Iya mas," Kataku dengan agak malu.

"Oh iya Jhon, di tempat kerjaku ada yang bernama Renita.... siapa itu? Renita Saraswati,"

"Yang benar mas?!" Aku memandang Sapto dengan penasaran.

"Iya benar, tapi aku tidak tahu apa dia Renita yang kamu cari. Besuk deh aku tanya ke dia apa kenal dirimu," Lantas Sapto menyalakan rokoknya. Mendengar apa kata Sapto tadi, hatiku kian berdebar tidak menentu. Seketika ada dorongan kuat untuk secepatnya bertemu dengan Renita, orang yang masih sangat kusayangi.

(bersambung).

0 Response to "Mencari Sebuah Cinta Yang Hilang, Part 12"

Posting Komentar

wdcfawqafwef