Template information

Mencari Sebuah Cinta Yang Hilang, Part 13

Mencari Sebuah Cinta Yang Hilang


"Hayo, siapa tadi yang mendorong pintu kamar mandi?" Suara Shinta mengejutkan diriku. Mendengar itu, Sapto langsung menunjuk ke arahku. Terang saja diriku menjadi malu dan menundukkan wajah karena cewek itu hanya mengenakan handuk lebar untuk menutupi tubuh dan melangkah ke kamarnya.

"Nggak sopan banget sih itu cewek," Kataku dalam hati.

"Itu kan Jhon, dia nggak malu lewat di hadapan kita dengan hanya mengenakan itu," Ucap Sapto, aku tersenyum saja.

"Bener ya mas, nanti kamu tanyai orang yang bernama Renita Saraswati di tempat kerjamu itu," Kataku.

"Iya Jhon. Eh, kalau tidak salah dia ada di dalam album foto. Sebentar," Sapto beranjak ke kamarnya. Tidak lama kemudian ia memberikan album fotonya kepadaku.
Aku buka foto dalam album tersebut dan mengamatinya satu persatu.

"Emmm,"

"Sebentar, yang ini fotonya dia. Bagaimana Jhon?" Tunjuk Sapto. Dadaku berdesir dan berdegup kencang. Foto yang ditunjuk Sapto memang mirip sama Renita Saraswati yang kucari.

"Iya mas. Dia mirip dengan Renita yang kucari. Jangan-jangan memang dia orangnya mas," Aku menatap tajam wajah Sapto.

"Oh begitu. Ok, besuk aku tanyakan ke dia apa mengenalmu," Kata Sapto.

Waktu terus berjalan, karena keasikan mengobrol sama Sapto, diriku jadi telat mandi. Kusudahi ngobrolnya bersama pria agak botak itu dan bergegas mandi.
Hawa sejuk di sekujur badanku karena siraman air kolah yang dingin. Setelah berganti pakaian, diriku keluar kamar karena hendak mencari makanan di warung dekat rumah kost.

"Tyas," Gumamku saat melihat wanita cantik turun dari atas kendaraan ojek.

"Mau kemana mas kok wangi bener?" Tyas memandangku. Senyum manis ia sunggingkan. Aku pun membalas senyumnya.

"Ini, mau mengisi perut. Lapar,"

"Oh. Ini kubawakan makanan mas,"

"Iya kah? Alhamdulillah..," Aku mengajak Tyas untuk masuk ke dalam. Kami kemudian duduk di ruang tamu. Disitu kemudian diriku menikmati makanan yang ia bawakan.
Sesekali kami tertawa dalam perbincangan ringan. Entahlah, saat itu diriku tidak memperdulikan kalau ada beberapa pasang mata yang memperhatikan kami dari balik pintu kamar masing-masin.
Kulihat Shinta keluar dari kamarnya. Dia lewat di hadapanku seraya tersenyum dan menyapa. Disusul kemudian oleh Paijem yang juga keluar kamar dan berjalan keluar rumah dengan dehem yang dibuat-buat.
Tyas menatap ke arahku. Iabertanya tentang kedua wanita yang baru saja lewat di hadapan kami. Wajahnya tampak cemberut, sepertinya Tyas menaruh rasa cemburu pada kedua wanita tadi, dan aku tidak mempermasalahkan itu, karena memang hal itu adalah wajar buat orang yang lagi di balut rasa cinta.
Sedetik kemudian Sapto juga tampak keluar dari kamarnya. Ia menyapa kami dengan senyum di bibirnya yang kehitaman.

"Selamat malam bu," Suara Tyas pada ibu kost yang telah berdiri di hadapan kami berdua.
Ibu kost mengangguk, beliau memandang Tyas tidak berkedip, kemudian mengalihkan pandangan ke arahku.

"Dia sangat cocok denganmu Jhon," Kata ibu kost yang lantas duduk di kursi tidak jauh dari kami. Aku melirik ke arah cewek cantik di sampingku. Ia tampak tersenyum malu atas ucapan ibu kost tadi.

"Cocok apanya maksud ibu?" Tanyaku pura-pura tidak tahu.

"Cocok menjadi pacarmu. Namamu siapa dik?" Tanyanya ibu kost yang tampak awet muda dan bertubuh sintal tersebut.

"Nama saya Tyas bu," Jawabnya Tyas. Kami kemudian terlibat perbincangan yang lumayan seru. Tidak kusangka, ternyata ibu kost pandai melawak, begitu juga dengan Tyas. Sehingga perbincangan kami tidak membosankan.

"Dik Tyas tidak boleh tidur bersama dia lho.., bisa bunting, bahaya. Nanti tidur sama aku saja kalau mau menginap disini. Kan ibu tidak punya rudal, hikhikhiik," Kata ibu kost yang kemudian berseloroh agak jorok. Aku dan Tyas tertawa saja.

"Tidak lah bu. Mana mungkin saya berani membuat dia hamil," Kataku.

"Ah masa? Kalau kepepet pasti akan melakukannya, iya kan..," Ibu kost terkekeh. Aku dan Tyas hanya tersenyum.


Pukul 22.00 WIB, Tyas pamit pulan. Diriku hanya bisa mengantarnya sampai ke pangkalan ojek yang tidak jauh dari rumah kost. Setelah Tyas berlalu bersama sang pengendara ojek yang ditumpanginya, aku pun langsung berbalik badan dan menuju tempat kost. Namun diriku dikejutkan oleh dua cewek yang berteriak dan mendorongku. Hampir saja aku tersungkur dibuatnya.

"Gila kalian, hampir saja aku jatuh," Diriku menatap Shinta dan Paijem. Kedua cewek itu malah tertawa lebar.

"Maaf mas Jhon, maaf.., hahahaa..," Suara Paijem.

"Halah mas Jhon ini, segitu saja kok ngambek. Eh mas Jhon, kita ke warung bakso yuk," Ajaknya Shinta.

"Aku nggak ada duit,"

"Idiih ketusnya dikau mas Jhon..! Tenang saja.. nanti biar kami yang bayarin,"

"Yapz, biar Shinta yang traktir, yuk ah," Paijem menarik tanganku. Mau tidak mau, akhirnya menuruti ajakan mereka.
Keduanya langsung memesan bakso beserta minuman. Mereka cekikikan sambil memangdangku.

"Kenapa kalian tertawa, ada yang lucu?,"

"Tidak," Kedua cewek itu menggelengkan kepala. Pesanan datang, kami pun langsung menyantapnya.
Sembari makan bakso yang ternyata sangat nikmat itu, kami membicarakan soal lowongan kerja di tempat mereka bekerja. Mereka pun berjanji akan membantuku supaya diterima kerja disana.
Tidak terasa bakso dalam mangkuk sudah habis kami lahap. Minuman dalam gelas juga semuanya sudah masuk ke perut. Kami pun hendak pulang ke tempat kost karena hari sudah malam.
Aku lihat, Shinta dan Paijem saling pandang, mereka saling senggol.

"Aduh mas Jhon, dompetku lupa ketinggal di kamar," Kata Shinta.

"Aku juga mas Jhon.., ternyata aku lupa membawa uang," Ucap Paijem.

"Lha terus?" Tanyaku dengan sedikit melotot.

"Emm, jadi ya kamu yang bayar semua ini mas Jhon..," Kata Paijem sambil nyengir jelek sekali.

"Wew ladhala, kok begitu? Ya sudah," Aku melangkah ke kasir dengan muka cemberut. Kiranya diriku kena dikerjai dua cewek itu. Untung saja di saku celana ada beberapa lembar uang sisa ongkos naik bus kemarin. Aku cubit lengannya Shinta dan Paijem karena gemas.

(bersambung).

0 Response to "Mencari Sebuah Cinta Yang Hilang, Part 13"

Posting Komentar

wdcfawqafwef