Template information

Mencari Sebuah Cinta Yang Hilang, Part 16

Mencari Sebuah Cinta Yang Hilang


Semalaman aku tidur nyenyak sekali. Entah karena hati lagi senang atau malah kecapaian.
Pagi itu, aku sudah rapi, bersiap hendak ikut Sapto ke tempat kerjanya. Selain mau melamar kerja di tempat itu, juga diriku ingin bertemu Renita Saraswati seperti yang telah Sapto terangkan kepadaku semalam.
Jika benar dia nanti adalah Renita yang kucari, tentunya tidak sia-sia aku berada di Jakarta.
Aku menoleh ke jam dinding, jarum jam sudah menunjukkan pukul 05.30 WIB. Sebentar lagi Sapto dan yang lain akan berangkat ke tempat kerja.

"Mau kemana Jhon? Kok sudah rapi," Suara ibu Sofia yang muncul dari belakang.

"Ini bu, mau melamar kerja di tempat mas Sapto,"

"Oh begitu. Sarapan dulu biar tidak semaput. Itu tadi sudah ibu masakan," Ucap ibu Sofia.

"Terima kasih bu. Nanti saja sarapannya. Sebentar lagi kami berangkat kok," Kataku. Kulihat Sapto sudah menungguku di depan pintu kamarnya. Sapto kemudian mengajakku segera berangkat. Aku pun pamit pada ibu kost cantik itu. Sepintas kulihat ibu Sofia cemberut kepadaku.

Tidak berapa lama Aku dan Sapto sampai di tempat kerja. Aku di suruhnya menunggu sebentar di luar area tempat kerja karena Sapto hendak melihat ke dalam apa Renita sudah datang apa belum.
Sepuluh menit kemudian Sapto keluar dan menemuiku.

"Dia belum datang Jhon. Kita tunggu saja di sini.
Nah itu dia, Renita," Panggil Sapto pada seorang wanita yang tengah berjalan sendiri.
Wanita itu berhenti di hadapan kami. Aku memandanginya dengan seksama. Sementara dia juga menatapku tidak berkedip.

"Siapa dia mas Sapto, temanmu?," Suara wanita itu.

"Iya. Dia yang aku ceritakan kemarin. Namanya Jhon Maulana dan ingin berkenalan dengan dirimu," Kata Sapto.
Rasa dag dig dug sebenarnya telah muncul di dada ku karena melihat wajah wanita tersebut yang mirip Renita Saraswati yang selama ini aku kenal. Namun jika kulihat dari jalannya tadi yang agak terpincang-pincang, diriku jadi ragu kalau dia adalah Renita yang ku kenal.
Aku melihat, wanita itu menundukkan wajahnya ketika diriku tajam menatapnya, seakan ia malu bertatapan denganku.

"Maaf, apa benar kamu Renita Saraswati?
Aku Jhon Maulana," Kataku memperkenalkan diri.

"Bukan. Aku bukan Renita yang kamu sebutkan tadi," Wanita itu kemudian hendak melangkah masuk ke dalam pabrik, tapi tangan Sapto menahannya.

"Eits eits.., sebentar. Main nyelonong saja. Kemarin kamu bilang kenal sama Jhon Maulana? Lha ini dia orangnya, benar kan?" Kata Sapto pada wanita itu dan kemudian memandangku. Wanita itu terdiam, lantas masuk ke dalam pabrik tanpa bisa dicegah lagi oleh Sapto.

Aku memandang wanita tadi dengan hati bertanya-tanya. Benarkah dia Renita Saraswati yang ku kenal? Tapi jalannya tidak sama, wajahnya pun ada perbedaan dengan yang selama ini akrab dengan mata dan pikiranku. Namun, desir di dadaku mengatakan kalau wanita itu memanglah Renita yang kucari.

Sapto duduk di sampingku. Ia menatapku sebentar, lantas menepuk pundak ku.
"Ok Jhon, aku tinggal masuk ke dalam dulu. Mana berkas lamarannya?
Silahkan kamu pulang dulu, kamu sudah tahu jalan pulangnya kan?" Sapto meninggalkan diriku. Aku sendiri kemudian pulang ke kost dengan berjalan kaki, karena tempat kost dan tempat kerjanya si Sapto memang tidak terlalu jauh.


"Sudah pulang Jhon?" Tanyanya ibu Sofia yang tengah duduk di depan rumah.

"Iya bu,"

"Aku kira melamar dan langsung kerja Jhon,"

"Tidak bu,"

"Kenapa kamu tampak murung dan bingung begitu Jhon, ada apa?"

"Tidak ada apa-apa kok bu,"

"Jangan bohong sama ibu. Ayo cerita saja kalau ada sesuatu yang membuatmu seperti itu," Ibu Sofia tajam memandangku. Aku diam, tidak tahu apa yang mesti diriku katakan pada ibu kost yang baik itu. Namun beliau kembali seperti mendesakku agar mengatakan apa yang lagi ada di benak ku.

"Saya bingung kalau sampai nanti tidak mendapatkan kerja, kan saya juga perlu makan, juga membayar kost," Kataku yang mencoba menutupi perasaan terhadap Renita.

"Oh itu. Itu jangan kamu pikirkan Jhon. Kamu kan sudah aku anggap anak sendiri, jadi masalah biaya kost.. aku kasih free, dan mengenai makan, nanti bisa makan bareng ibu. Tapi kamu harus terus berusaha mencari kerja.
Sekarang kita sarapan yuk," Ibu kost berdiri dari tempat duduknya. Ia menarik tanganku, dan kami masuk ke dalam rumah.

Seperti halnya kemarin, pagi itu kami sarapan bersama di ruang makan yang cukup rapi. Setelah beberapa suap kami makan, ibu kos kembali mengulangi menyuapi diriku. Aku tidak dapat menolaknya karena dia setengah memaksa. Bahkan ibu kost memintaku agar menyuapinya. Mula-mula aku malu dan canggung, tapi kemudian aku lakukan juga dengan tersenyum-senyum.

"Iiiihhh kamu Jhon, sudah besar tapi makannya sampai belepotan seperti ini," Tangannya mengelap sisa makanan yang menempel di sekitar bibirku dengan lembut. Diriku terpejam setelah menatap wajahnya yang masih tampak ayu itu.

(bersambung).

0 Response to "Mencari Sebuah Cinta Yang Hilang, Part 16"

Posting Komentar

wdcfawqafwef