Template information

Mencari Sebuah Cinta Yang Hilang, Part 17

Mencari Sebuah Cinta Yang Hilang



Tatapan ibu kost sangatlah membuatku tergetar. Bagaimana tidak? Dia menatapku dengan sesekali mengedipkan satu matanya sembari senyum manis yang ia lemparkan kepadaku.
Acara makan pun selesai. Kami masih duduk di kursi ruang makan. Suaranya pelan namun jelas aku dengar.

"Jhon, entah kenapa aku selalu ingin dekat denganmu. Apakah ini yang namanya jatuh cinta, ya Jhon...," Suara ibu Sofia. Aku tersentak. Aku terdiam. Aku memandang wajahnya sebentar, memang tampak ada satu perasaan yang tengah ia rasakan.
Aku tidak dapat memperkirakan andai saja wanita janda yang masih tampak cantik dengan tubuhnya juga lumayan sintal tersebut mengatakan cintanya kepadaku. Bukan karena apa, tapi usia kami yang memang terpaut 12 tahun. Ibu Sofia berumur 38 tahun, sedangkan diriku 26 tahun.

"Maksudnya bagaimana bu?"

"Iya Jhon. Aku selalu merindukan saat-saat seperti ini bersama lelaki.
Asal kamu tahu saja Jhon, kamu itu mirip dengan pacarku dulu,"

"Mirip pacar ibu? Apa pacar ibu Sofia yang menjadi suami dulu?"

"Bukan. Pacarku entah pergi kemana, tidak ada kabarnya dia, lama sekali. Kemudian aku memutuskan menikah sama suamiku," Ia terus memandangi diriku. Tiba-tiba telapak tangannya sudah berada di atas punggung telapak tanganku. Aku sempat terkejut. Dia kemudian menggenggam telapak tanganku. Aku diam saja tidak mencoba berontak.

Sambil menggenggam telapak tanganku, ibu kost terus bercerita tentang masa mudanya dulu, dimana ia memadu kasih bersama sang pacar. Aku sendiri mendengarkannya dengan serius karena diriku tidak ingin tampak mengecewakan ibu kost tersebut.
Ternyata cerita cintanya juga hampir sama dengan apa yang kualami. Cowoknya bersifat keras kepala seperti halnya diriku.
Jika aku ditinggal pacar karena keras kepalanya diri ini. Maka pacarnya ibu kost yang meninggalkannya.
Katanya, sudah cukup lama ia menunggu sang pacar kembali, tapi tidak kunjung pulang dan menemui ibu Sofia. Akhirnya beliau memilih menjalin asmara dengan orang lain dan akhirnya menikah. Namun sayang, di usia pernikahannya yang baru beberapa tahun itu kemudian sang suami wafat.

Aku sering diam dalam mendengar ceritanya ibu kost. Aku bisa merasakan kepedihan hatinya saat itu, karena diriku pun mengalami perjalanan cinta yang hampir sama.
Benar saja, sejurus kemudian ibu Sofia mengutarakan kepadaku akan desir di dada yang ia rasakan. Kata itu tidak mampu lagi ia tahan dan mungkin meluncur begitu saja dari relung hatinya bahwa dia menyukaiku.

"Aku menyukaimu Jhon..," Suara dia setelah selesai bercerita. Dia kemudian menundukkan wajahnya, sepertinya malu. Aku menatapnya sekali lagi dengan tajam. Ku perhatikan dirinya dengan seksama, hampir tidak ku percaya kalau ibu kost mengatakan hal itu.

"Menyukai saya, maksudnya?"

"Aku mencintaimu," Suaranya tegas.

"Apa aku tidak salah dengar bu?
Aku kan seorang pengangguran, miskin, mana jelek lagi," Kataku dan hendak tertawa.

"Tidak apa-apa pengangguran, miskin dan jelek. Cinta yang sebenarnya kan tidak menilai kesemuanya itu Jhon,"

"Ah ibu ini ada-ada saja. Saya bukanlah seorang yang harus ibu cintai.
Ehmm, saya mau ke kamar dulu, rasanya ngantuk sekali," Aku berdiri. Kupandang dirinya dengan senyum mengembang, kemudian aku melangkah ke kamar.

Rasa ingin tertawa sendiri atas apa yang ibu kost katakan tadi. Bagaimana mungkin aku menerima cintanya? Sementara hatiku masih terpaut pada Renita Saraswati.
Aku termenung dalam heningnya suasana. Sekelebat bayang wanita di area pabrik tadi pagi telah hadir mengusik pikiranku.
Jika benar dia adalah Renita yang kucari, kenapa ia beda? Tapi anehnya, kata hatiku mengatakan kalau dia adalah Renita Saraswati yang selama ini aku kenal.

"Aku harus bisa memastikan apa dia Renita apa bukan. Yach, aku harus mengetahuinya," Kataku lirih. Aku hanya bisa membayangkan jikalau dapat bertemu dengan Renita, kemudian kembali dalam kebersamaan, merajut benang-benang asmara, rasanya sangat menyenangkan sekali, harapanku. Biar bagaimanapun, Renita adalah seorang gadis baik yang pernah aku kenal. Selain dirinya cantik menurutku, ia juga seorang wanita yang kuat. Kuat dalam banyak hal,. Ketabahannya dalam menjalani pahitnya hidup membuatku semakin sayang kepadanya. Namun karena keras kepala dan kebodohannya diriku dulu, membuat kami harus berpisah.

(bersambung).

0 Response to "Mencari Sebuah Cinta Yang Hilang, Part 17"

Posting Komentar

wdcfawqafwef