Template information

Mencari Sebuah Cinta Yang Hilang, Part 3

Mencari Sebuah Cinta Yang Hilang


Ngueeeng.. Ciiit..., Bremm breeemmm Ngueeeng...!!! Sebuah sepeda motor melaju ke arahku. Memepet diriku dan lantas menyambar tas pinggang milikku. Aku terperanjak dan tidak dapat menghindari sambarannya. Tas pingganggu direbut penunggang motor tadi yang lantas memacunya dengan cepat.
Aku terperangah. Spontan aku meneriakinya, tapi dengan cepat dia menghilang di tikungan. Lenyap sudah apa yang kupunya. Uang serta identitasku di jambret penunggang motor itu.
Tubuhku lemas, hampir saja diriku ambruk karena limbung. Aku bersandar pada pagar pintu rumah yang tadi penghuninya ku tanyai.
Diriku tidak tahu harus berbuat apa, rasa marah, sedih, takut, semua bercampur menjadi satu. Ingin rasanya aku menghajar penjambret tadi, namun itu tidak mungkin karena dianya sudah lari menjauh.
Ingin rasanya diriku menangis, tapi aku malu pada statusku sebagai seorang lelaki. Tapi aku benar-benar menjadi bingung, dengan apa aku harus pulang ke daerah asal.
Sebentar ku teringat akan pak Rahmat yang mengantarku dari sub terminal. Namun sial, alamat rumahnya pun ikut terbawa sama jambret.

"Akan jadi gelandangan kah aku ini?" Kupukul-pukul pelan kepalaku dengan telapak tangan yang mengepal karena rasa kesal tidak dapat tertahan lagi.

"Ngapain kamu, siapa sebenarnya kamu ini?!" Suara seorang wanita yang ternyata penghuni rumah itu. Aku menoleh ke arahnya dengan wajah sedih bercampur marah.

"Ditanya kok diam saja," Wanita itu memandangku sepertinya memang ingin tahu apa yang terjadi.

"Baru saja aku di jambret. Aku pendatang yang lagi mencari seseorang," Kataku pelan.

"Di jambret? Jangan mengada-ngada kamu. Mana ada jambret disini,"

"Benar kok. Lihat, tas pinggangku tidak ada, di jambret oleh pengendara motor,"



"Lha terus, sekarang kamu bagaimana? Mau kemana?" Tanyanya wanita di dekatku dengan tatapan matanya seperti menaruh iba.
Aku menggelengkan kepala. Aku tidak tahu mau kemana. Uang yang kupunya pun sudah tidak ada.
Saat itu aku sangat bingung sekali, karena diriku juga tidak tahu seluk bekuk kota Jakarta. Mungkin aku akan menjadi seorang gelandangan, pikirku.
Wanita tadi menanyaiku dengan berbagai pertanyaan sangat detail. Mulai dari siapa diriku, asal daerah hingga mau apa berada di Jakarta. Aku menjelaskan semuanya pada wanita berkulit kuning langsat tersebut. Kemudian ia menyuruhku untuk mengikutinya masuk ke dalam rumah yang dia tempati.
Tidak kusangka, wanita itu memberiku makan dan minuman ala kadarnya. Mungkin dia tahu kalau perutku memang keroncongan karena sedari dalam perjalanan ke Jakarta belum kemasukan sesuap nasi pun.
Aku tidak malu, dengan lahapnya ku habiskan makanan yang ia berikan. Ku lirik, wanita itu tampak tersenyum kepadaku. Sementara diriku hanya tertunduk malu.

"Mau nambah lagi?"

"Tidak. Terima kasih," Kataku yang kemudian mengelap sisa makanan di bibir.

"Oh, jadi namamu Jhon, asal daerah di Jawa Tengah?
Aku juga berasal dari Jawa Tengah. Perkenalkan, namaku Tyas," Wanita yang tampak ayu itu kemudian memperkenalkan diri.
Tyas, begitulah ia memperkenalkan namanya kepadaku. Kami kemudian saling bercerita tentang diri masing-masing dan juga tempat daerah asal.
Setelah saling bercerita, aku jadi tahu kalau Tyas adalah seorang karyawati di sebuah perusahaan di dekat tempatnya tinggal.
Tyas menempati rumah itu bersama dengan tiga temannya yang sama-sama cewek. Ketiga temannya itu lagi masuk kerja ketika diriku berada di situ. Sementara kata Tyas, ia akan masuk kerja sore nanti.
Sebagai seorang laki-laki yang bertamu di tempat cewek, aku pun tidak mau berlama-lama berada di rumahnya Tyas. Aku hendak pamit, namun dia malah menahanku.
Tyas yang mungkin merasa iba, kemudian ia menawarkan sebuah pekerjaan kepada diriku.

"Jhon, aku kasihan atas musibah yang kamu alami disini. Apakah kamu mau bekerja sementara waktu di Jakarta ini? Soalnya aku tidak punya uang untuk memberimu ongkos pulang ke Jawa,"

"Maksudmu?"

"Nanti aku pertemukan dengan kenalanku kalau kamu mau kerja," Kata Tyas yang tampak serius. Setelah aku terdiam sejenak, diriku pun mengiyakan tawaran tersebut.
Aku dan Tyas kemudian menemui seorang wanita (kenalan Tyas). Tyas menceritakan semua perihal diri pada wanita tersebut. Wanita kenalannya Tyas pun menerimaku untuk bekerja di warungnya.
Tyas meninggalkan diriku setelah semuanya di rasa selesai. Ia melangkah pulang dengan melempar senyum kepadaku. Aku membalasnya dengan seulas senyum saja.
Hari itu, aku langsung bekerja di warung miliknya bu Siti Maemunah, sebagai tukang cuci piring. Namun kemudian aku di ajarinya cara membuat minuman dan penyajian makanan oleh bu Siti dan pekerja yang lain.

~o00o~

Aku duduk menyendiri di sebuah kamar yang tampak kurang rapi. Sementara dua pria teman kerjaku pergi ke luar sedari tadi.
Malam sudah larut sekali. Diriku sulit tidur walau badan terasa sangat capek.
Dari celah jendela kamar, ku lihat temaram cahaya rembulan. Aku hanya bisa menarik nafas dalam. Aku tidak pernah menyangka kalau akan bekerja di sebuah warung di Jakarta.

"Renita," Suaraku lirih. Aku kembali teringat sama orang pernah kucintai dan yang tengah ku cari. Harapanku, aku bisa segera bertemu dengan dia meski tidak tahu sekarang ia berada dimana.
Ku rebahkan tubuh di atas tempat tidur. Semoga saja diriku cepat terlelap tidur karena besuk pekerjaan sudah menunggu.

"Renita...!" Aku terbangun dari tidurku yang baru sebentar. Aku bermimpi kalau Renita berdiri di depanku. Menatapku tajam lantas ia berlalu dari pandanganku.
Dengan nafas yang masih terengah, pandanganku menatap pada dinding-dinding kamar nan bisu. Sepi, aku pun melanjutkan tidurku.

(bersambung).

0 Response to "Mencari Sebuah Cinta Yang Hilang, Part 3"

Posting Komentar

wdcfawqafwef