"Jhon.. Sini..," Suara Tyas memanggilku. Ku buka selimut yang menutup muka. Ia membuka kedua matanya lalu melambaikan tangan ke arahku.
Aku tidak tahu apa maunya dia. Aku diamkan saja panggilannya tadi. Kutarik selimut. Wajah kuhadapkan ke dinding. Aku pura-pura tidak mendengarnya.
Aku kaget saat ada hembusan nafas hangat bertiup di telingaku. Aku menurunkan selimut yang menutupi wajah. Aku membalikkan badan. Ternyata Tyas sudah berada di sampingku.
Ia menatapku dengan matanya yang sayu. Ia memegang telapak tanganku, kemudian meremasnya dengan pelan.
Entah apa yang hendak wanita itu lakukan kepadaku. Yang pasti, dada ku berdegup kencang. Nafasku tersengal ketika tangannya yang satu mengusap wajahku.
Wanita cantik berkulit kuning langsat tersebut dengan gerakan cepat kemudian memeluk diriku.
"Apa yang hendak kamu lakukan Tyas?" Diriku menatap wajahnya dengan menahan nafas yang mulai tidak teratur.
Tyas menempelkan jari telunjuknya di bibirku. Ia menempelkan pipinya ke pipiku. Aku dengar, nafasnya juga tersengal tidak teratur. Sepertinya ia juga lagi menahan sesuatu yang tidak mungkin di ucapkan waktu itu.
Berlahan, kusibakkan tangannya yang memeluk tubuhku. Aku bangkit dari tidurku lantas duduk di sebelahnya.
Kupandang dia, wajahnya tampak menyiratkan sesuatu gejolak yang ia tahan.
Aku melihat jam dinding yang tertempel di tembok. Jarum jam menunjukkan pukul 03.15, sebentar lagi pagi, kataku dalam hati.
Tiba-tiba, wanita cantik itu mendaratkan ciuman di pipiku. Aku tersentak, tidak kusangka ia akan melakukan hal itu.
"Aku menyukaimu Jhon..," Ucapnya yang dilanjutkan dengan ciuman lagi ke pipi ku. Aku terdiam, sekali lagi kupandang wajahnya, dan sepertinya dia memang menyukai diriku.
"Apa yang kamu suka dariku Tyas? Sedangkan aku hanyalah pemuda jelek yang tidak punya apa-apa,"
"Huuust..," Suara dia dan menempelkan jarinya ke bibir ku. Sedetik kemudian ia hendak mengulangi ciumannya. Namun aku menghindarinya.
Sorot mata Tyas mendadak memancarkan rasa kecewa. Dia terdiam dengan menundukkan wajahnya. Aku yang melihat hal itu pun menjadi kasihan. Entah kenapa, tanpa kusadari, tanganku memegang tangannya dan lantas menggenggam jemarinya.
Ia mengangkat wajahnya dan menatapku dengan tatapan sayu. Lama kami beradu pandang.
Dia kemudian mendekatkan wajahnya ke wajahku. Ia kembali mencium pipi ku. Bukan hanya itu, ia kini melumat bibir ku.
Mendapat ciuman seperti itu, diriku kini menerimanya. Aku mengimbangi ciuman dan lumatannya.
Nafas kami sama-sama tersengal memburu puncak. Namun buru-buru diriku menarik wajah saat kurasakan gejolak kian besar.
"Kenapa Jhon?" Tanyanya dengan memandangku tidak berkedip.
"Tidak apa-apa. Emmm, aku tidak mau hal ini keterusan sampai jauh Tyas,"
"Tidak apa-apa kok Jhon," Dia mengambrukkan diri ke tubuhku, lantas dipeluknya tubuhku dengan erat.
"Tyas, kenapa kamu melakukan hal ini?"
"Karena aku menyukaimu Jhon,"
"Suka? Kalaupun suka kepadaku bukan berarti kita harus begini kan?
Lagian kan kita baru beberapa hari kenal,"
"Iya Jhon, tapi aku suka kepadamu sejak pertama melihatmu,"
"Benarkah? Tapi kenapa waktu itu kamu ketus sekali," Tyas terdiam. Ia masih memelukku. Aku hendak melepaskan pelukkannya, eh malah semakin erat dia memeluk. Aku hanya bisa diam dan menatapnya. Tyas langsung menyambar bibir ku dengan bibirnya. Aksi saling pagut dan saling kulum pun berlangsung sampai lama.
Kami sama-sama menyandarkan tubuh ke kursi. Kami sama-sama mengatur nafas yang ngos-ngosan. Memang sih, kami hanya melakukan ciuman saja, tapi hal itu cukup membuat nafas kami ngos-ngosan seperti lagi diburu hantu.
"Hari ini kamu masuk kerja apa tidak Tyas?" Tanyaku pada Tyas di pagi itu.
"Kan sudah kubilang kemarin, hari ini aku libur. Kenapa Jhon?"
"Hehee, aku lupa,"
"Ya sudah, sana kamu mandi dulu. Nanti kita akan jalan ke luar, mencari tempat kost buat kamu,"
"Ok," Dengan tersenyum lalu aku berdiri dari tempat duduk dan hendak ke kamar mandi. Namun dengan cepat Tyas menyambar lenganku. Dia menarikku dengan keras hingga aku jatuh dipelukannya.
Tyas langsung menciumku bertubi-tubi dan aku membiarkan saja dia melakukan hal itu. Wanita cantik tersebut kemudian melepaskan diriku. Aku menatapnya. Sebelum kulangkahkan kaki menuju kamar mandi. Aku sempatkan dulu melumat bibir sexy Tyas. Ia tampak menikmatinya, aku pun tersenyum lalu meninggalkannya.
Selesai mandi, kami sarapan dengan makanan yang tadi telah di masaknya, meskipun hanya mie rebus, dan teh hangat.
"Kamu tidak mandi Tyas?"
"Kan sudah tadi. Ayo kita sarapan Jhon," Ajaknya. Kami menikmati menu sarapan dengan diselingi berbincang, sesekali juga tertawa kecil.
~o00o~
"Mungkin disana itu dapat harga murah Jhon," Tyas menarik tanganku. Kami menuju ke tempat yang tampak di depan rumah ada tulisan 'Menerima Kost Pria'.
"Silahkan duduk dulu bang, noni," Kata seorang wanita setengah baya mempersilahkan kami untuk duduk.
Pandangan mata kami memeriksa sekeliling tempat itu sebentar sebelum kami menanyakan ketersediaan kamar kost di rumah itu.
"Maaf bu, apa disini ada kamar kost yang kosong?" Tanyanya Tyas.
"Ada. Mau buat berapa orang?"
"Buat satu orang saja, temanku ini," Lalu kami di ajaknya masuk ke dalam rumah tersebut untuk melihat kamar kostnya. Setelah dirasa cukup, kami pun menanyakan harga kost perbulannya. Namun, pemilik kost itu kemudian mengatakan kalau kost dibayar tidak perbulan, melainkan setahun sekalian. Aku dan Tyas saling menatap. Kami kemudian bernegosiasi mengenai harga dan bayarnya. Setelah mendapat kesepakatan, Tyas pun membayar uang DP. Kami kemudian mengisi daftar hunian kamar dengan keterangan pribadi. Sejak saat itu diriku tinggal di kamar kost tersebut.
"Aku pulang dulu ya Jhon. Awas lho, jangan macam-macam disini, apalagi sampai bermain dengan cewek lain,"
"Lho, memangnya kenapa kalau aku main cewek disini Tyas?"
"Aku nggak suka, karena sekarang kamu adalah milikku," Ia menatapku dengan tajam. Aku terbengong dalam memandangnya. Aku tidak mengira kalau dia telah mencintaiku dan tidak ingin diriku dengan cewek lain.
Tyas kemudian pamit hendak pulang ke rumahnya. Ia menciumku dengan mesra sebelum melangkahkan kakinya meninggalkan kamar yang kini kutempati. Aku menatap langkahnya dengan tersenyum sendiri.
(bersambung).
0 Response to "Mencari Sebuah Cinta Yang Hilang, Part 7"
Posting Komentar