Template information

Mencari Sebuah Cinta Yang Hilang, Part 21 (Tamat)

Mencari Sebuah Cinta Yang Hilang


"Waduh, jangan-jangan itu mau menjambretku lagi," Sebuah sepeda motor melaju kencang ke arahku dan jalannya mepet ke trotoar. Aku langsung memasang sikap siaga. ku pegang sebuah kayu yang kebetulan tergeletak tidak jauh dariku. Sementara tas ransel tetap menggantung di pundakku.
'Ngeeeng...!' benar saja, dia memepetku. Tangannya mencoba meraih tas yang kubawa. Secepat kilat ku ayunkan kayu yang tergenggam erat, dan 'Buk!' satu ayunan menghantam punggung pengendara tadi. Aku lihat dia menggeliat lantas tancap gas pergi meninggalkan diriku.

"Dasar jambret sialan! Memangnya aku akan kena untuk yang kedua kalinya di tempat sama?!," Diriku nyerocos sendiri dengan geram. Aku melihat orang-orang di depan rumahnya Tyas, mereka seperti menatap ke arahku.
Setelah mengambil nafas sebentar, diriku melangkah ke rumah Tyas.

"Ada apa tadi bang?" Tanyanya seorang wanita kepadaku. Mungkin wanita itu melihat apa yang tadi terjadi denganku.

"Oh anu mbak, tadi ada yang mau merebut tas ranselku," Kataku. Aku menatap ke dalam rumah yang pintunya sudah terbuka. Tampak Tyas sudah berdiri di dekat pintu.
Wanita cantik yang telah ku kenal itu menghampiri diriku. Dia mengajakku masuk ke dalam.
Beberapa orang menatapku. Aku tersenyum kepada mereka yang ada di ruang depan itu. Tyas kemudian memperkenalkan diriku kepada mereka.

"Dia temanku, namanya Jhon Maulana," Ucap Tyas pada mereka.
Aku memandangi mereka satu persatu. Sepertinya mereka adalah teman-teman satu pabrik sama Tyas.

"Ada acara apa ini Tyas? kok ramai sekali," Tanyaku.

"Anu Jhon, arisan. Ayo diminum dan dimakan itu kuenya," Kata Tyas kemudian. Entah sudah gatal atau apa itu si Tyas kepada diriku, dia mencubit lenganku teramat keras,.

"Aduh," Aku menatap wajah Tyas, dia malah cengengesan. Sementara yang lain memandangku lantas berkasak kusuk tidak jelas.


Tidak terasa hampir jam sembilan malam. Para tamu temannya Tyas sudah pada pulang. Kini tinggal aku, Tyas, Winda dan Tulkiyem.
Winda dan Tulkiyem adalah teman satu rumahnya Tyas.
Tyas menjelaskan pada Winda dan Tulkiyem jika diriku mau menumpang tidur di rumahnya karena tadi aku sudah menceritakan kalau diriku sudah angkat kaki dari rumah kost dengan alasan yang kubuat sendiri.
Kedua cewek itu mengiyakan saja asalkan diriku tidak berbuat macam-macam.
Jarum jam terus berputar, sekarang sudah jam 10 malam. Winda dan Tulkiyem pamit ke kamar. Mereka katanya sudah mengantuk berat, apalagi besuk juga mau kerja. Tinggal diriku dan Tyas di ruang depan. Kami mengobrol panjang lebar mengenai kelanjutan dimana nanti aku akan tinggal dan mencari kerja.
Tyas berjanji kepadaku bahwa dirinya akan mencarikan tempat kost dan pekerjaan buatku. Aku mengangguk saja, toh dianya kan mau menolongku.

Disela asiknya kami berbincang dan bercanda, Tyas menyandarkan tubuhnya ke badanku. Aku membiarkannya, karena hal itu juga pernah ia lakukan waktu itu.
Aku juga diam saja saat tangannya meraih jemariku, menggenggam dan mempermainkannya. Tiba-tiba, 'Sut' sebuah ciuman dia daratkan di pipiku. Bukan hanya itu saja, Tyas yang cantik itu mulai menelusuri wajahku dengan bibir mungilnya.
Tidak dapat kuhindari ketika bibirnya mulai melumat bibirku. Hawa hangat dengan cepat mengalir disekujur tubuhku.
Kami sama-sama melepas lumatan bibir saat terdengar derit pintu kamar dibuka. Kami saling mundur berjauhan. Tampak Winda keluar dari kamar dan kemudian melirik ke arah kami.
Aku dan Tyas sama-sama tersenyum. Dia pamit hendak tidur. Tyas masuk ke kamar, sementara aku langsung merebahkan diri di kursi.


Aku tidak bisa membayangkan jika Tyas dan kedua temannya nggak mengijinkan diriku menginap di tempat mereka. Mungkin bisa saja aku tidur di emperan toko atau di kolong jembatan, atau bahkan semalaman tidak tidur.
Kini aku merasa semuanya sia-sia saja. Renita yang kuharapkan bertemu denganku dan kembali merajut cinta, tapi dianya malah sudah bersuami.
Kacau pikiranku, resah dan gelisah kini menyelubungi jiwaku yang sepertinya mulai rapuh.

Jarum jam terus berputar dan malam pun kian larut. Ditambah lagi hembusan angin malam sudah terasa dingin membelai kulit tubuh.
Aku naikkan selimut yang tadi diberikan si Tyas. Aku terpejam dan hendak melupakan semua yang kurasa, tapi tidak bisa.
Pikiranku tetap saja diselimuti oleh rasa bersalah dan penyesalan atas tindakanku kepada Renita kala itu, yang mana pada akhirnya diriku harus bisa menerima kalau orang yang telah lama bersamaku dalam rajutan cinta di hati di nikahi oleh orang lain.
Sejurus kutarik jaket kumal nan bau yang tergeletak di atas meja, lantas aku tutupkan ke wajah.
Kutarik nafas dalam-dalam. Aku tidak mau berandai-andai di malam itu dengan dirinya Tyas ataupun yang lain, karena hal itu hanya akan semakin menambah sesak di dada saja.
Aku sudah mulai terlelap. Namun sebuah sentuhan jemari menempel di wajahku setelah ia menyibakkan jaket yang menutupi wajahku.

Dia tersenyum kepadaku, lantas menelusuri lekuk wajahku dengan jemarinya.
Tyas sudah berada di sisihku dengan pakaian tidur yang cukup transparan. Sehingga tampak jelas lekuk tubuhnya yang memang cukup sexy.
Wanita cantik itu terus mempermainkan jemarinya di wajahku yang tampak lesu. Sebentar kemudian ia duduk di lantai. Kepalanya ia sandarkan di dadaku. Nafasnya terasa hangat menerpa pori muka ku.
Pandangan mataku melirik ke jam dinding, sudah pukul 12 malam lebih sedikit.
Tiba-tiba nafasnya Tyas seperti tengah berpacu. Tajam dia menatap diriku. Sebuah ciuman ia daratkan di bibir ku yang sudah mengering.
Bukannya aku tidak mau meladeni pagutan demi pagutan yang ia lancarkan. Namun aku merasa takut jika tiba-tiba Winda dan Tulkiyem terbangun kedian keluar kamar, lagi pula diriku dalam kekalutan dan kurang nafsu untuk melakukan hal seperti itu.
Kusibakkan tangannya yang mulai nakaj menggerayangi tubuhku, dia memandangku dengan cemberut.

"Sudahlah Tyas. Kita nggak boleh seperti ini," Kataku yang kemudian bangkit dari tiduran.

"Tidak apa-apa mas, kan nggak ada yang melihatnya," Ucap dia. Tyas kembali menciumi diriku. Namun kegiatannya berhenti ketika terdengar suara derit pintu kamar. Buru-buru dirinya bersembunyi dibalik salon audia, sementara diriku langsung menjatuhkan diri ke kursi panjang dan menarik selimut.
Pelan suara seseorang melangkah ke belakang, mungkin ke kamar mandi. Benar saja, sebentar kemudian terdengar suara gemercik air di kamar mandi. Tyas langsung berdiri, dia mencubit pipi ku, kemudian melangkah ke kamarnya. Aku hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah wanita cantik yang mungkin sudah tergila-gila kepadaku tersebut. Selimut dan jaket kembali kukenakan, selanjutnya tidur, karena cinta yang telah lama hilang sudah aku temukan meskipun tidak dapat kumiliki kembali.

Tamat. (*)

0 Response to "Mencari Sebuah Cinta Yang Hilang, Part 21 (Tamat)"

Posting Komentar

wdcfawqafwef