Template information

Dia Tertangkap

"Itu dia, kejar...!!!" Suara temanku dengan menunjuk ke seorang yang berlari dan menyelinap. Kami langsung mengejarnya. Namun, tiba-tiba kami kehilangan jejak. Bukan kami yang lambat dalam berlari karena kulihat orang itu pun berlari dengan lambat, mungkin karena dia kelelahan setelah kami uber-uber.

Dia adalah seorang pencuri di rumahnya pak Dadang, dan berhasil kami pergoki disaat ia mengendap-ngendap keluar dari rumah tersebut dan berhasi menggondol barang berharga yang lantas dimasukkannya ke sebuah buntalan kain.
Aku, Wawan, Ridho, dan Paijo, celingak-celinguk mencari pencuri tadi, tapi seperti tak ada jejak disekitar tempat kami berdiri. Aneh memang, tadi jelas-jelas pencuri itu menyelinap diantara pepohonan dengan langkah tertatih.

"Bagaimana Wan, Dho, Jo? Nggak ada jejaknya disini," Suaraku dengan memeriksa tempat itu.

"Tapi tadi dia kesini, kita melihat sendiri kalau dia berlari ke arah sini kan?!" Ucap Wawan.

"Iya ini, aneh. Huh!" Timpal Paijo.

"Apa dia punya ilmu menghilang?" Ujar Ridho.
Tiba-tiba aku teringat jika Paijo bisa menerawang dengan ilmu yang dimilikinya.

"Hei Jo Paijo, bukankah kamu bisa menerawang? Coba kamu terawang keberadaan dia," Kataku. Paijo seperti tersentak kaget dengan ucapanku tadi. Kulihat dia langsung mengambil nafas, berkonsentrasi.

"Dia di dalam pohon besar, dua meter dari si Ridho," Kata Paijo yang matanya masih terpejam. Kami menoleh dan mengamati pohon yang dimaksud, sepertinya biasa saja, tak mungkin orang itu bisa masuk ke dalam pohon.

"Yang benar Jo?" Tanyaku tak yakin dengan penerawangan si Paijo.

"Dibilangi kok ngeyel," Kata Paijo yang sudah membuka kedua matanya.

"Lha terus bagaimana cara agar dia keluar Jo?" Ridho juga tampak kebingungan.

"Wawan, bukankah kamu sendiri yang belum menikah diantara kami bertiga? Kencingi saja pohon itu Wan. Kamu kan masih perjaka," Kata Paijo, aku mengerutkan kening.

"Perjaka apanya? orang kemarin aku lihat si Wawan main kuda-kudaan sama si Ajeng kok, hikhikhiiik," Selorih si Ridho, aku pun tertawa.

"Benarkah Wan? Coba dulu buktikan kencing disitu Wan, cepat ah," Suruhnya Paijo. Wawan memandang kami, lantas menjalankan perintah si Paijo.

"Kebetulan sekali aku juga kebelet kencing nih.
Hai pencuri, keluarlah! Atau aku kencingi nih? Kebetulan, tadi aku makan semur jengkol sepiring, maka rasakanlah baunya, hahahaaa," Suara Wawan dan tertawa. Dia pun mengencingi pohon itu.

"Kok nggak keluar Jo? Kamu bohong, ya?" Suara Ridho.

"Wah... bener ini, kalau begitu si Wawan sudah tak perjaka lagi, hahaa," Aku tertawa. Paijo mengerutkan kening.

"Enak saja kalian bilang kalau aku tak perjaka. Lihat itu, tangkap....!!!" Wawan langsung berlari ke arah pohon tersebut. Seorang manusia keluar dari dalam pohon dengan terbatuk-batuk dan menutupi hidungnya.

"Sialan! Mereka berhasil membuatku keluar, uhuk uhuk," Gumamnya orang itu. Dia hendak lari, tapi Wawan sudah berdiri dihadapannya.
Secepat kilat si Wawan menubruk tubuh si pencuri, tapi dengan gesit orang itu menghindarinya. Wawan pun terjerembab hampir menabrak pohon yang tadi dikencinginya.
Tidak mau buronan lepas, aku, Ridho, Paijo, langsung memburu tubuh pencuri tersebut.

"Ketangkap kamu sekarang," Suara Ridho yang berhasil menelikung tubuh si pencuri. Tapi pencuri itu melawan hingga kami semua jatuh berguling-guling.
Rupanya tenaga orang itu masih cukup kuat, kami sampai kewalahan dibuatnya.

"Rasakan ini," 'Praaak!!!' Sebuah hantaman keras dari Wawan dengan menggunakan batu mendarat telak di kepala pencuri, dia pun lemas dan tak sadarkan diri.

"Kita bawa dia ke pos ronda saja," Kataku dengan hidung kembang kempis menahan aroma air kencing si Wawan di tempat tadi. (*)

0 Response to "Dia Tertangkap"

Posting Komentar

wdcfawqafwef