
"Heran sama Vincent, kenapa dia nggak mau ngomong secara langsung sih? Kan romantis," Chelsie menggigit bibir yang bawah. Dimainkannya amplop di tangan. Sebentar ia mengamati amplop tersebut, lantas tersenyum sendiri.
Gadis itu mengambil buku tulis dan pena di tas. Dia berfikir sejenak sebelum menuliskan sesuatu.
Dikernyitkan dahinya, matanya menyipit. Dia menoleh ke jam yang menempel di dinding kamar. Dia tersenyum lagi, kemudian pena itu menari di kertas putih menuliskan kata-kata.
"Hemmmm," Gumamnya. Diamati tulisan dalam baris, kiranya kurang pas di hati. Disobeknya lembar kertas yang telah tergurat.
Dia menarik nafas, matanya memejam sebentar. Diambilnya botol air minum di dekatnya. Setelah dirinya minum, kembali ia menggoreskan pena di sebuah lembar buku.
Pena dengan tinta warna hitam itu terus mengguratkan kata-kata yang tersusun di kepala, dan mengalir begitu saja memenuhi baris kertas tersebut.
Dibubuhkannya nama dan tanda tangan sebagai pelengkap tulisan. Dilipatnya kertas tadi. Tidak lupa Chelsie menyemprotkan parfum, kemudian dimasukannya lembar surat yang telah jadi ke dalam sebuah amplop warna putih.
Sorot matanya berbinar, ada sejuta harapan terpancar.
"Apa aku harus menelfonnya? Ah biarlah, nanti aku malah mengganggu Vincent," Dia merebahkan badan ke tempat tidur. Kedua matanya menatap langit-langit kamar. Dihelanya nafas, dia pun terpejam dan terlelap karena rasa lelah seharian di kampus.
Semalaman Chelsie hampir tidak bisa tidur. Dirinya kepikiran Vincent terus. Cowok gagah itu telah menyihir dirinya hingga dia sering melamun dan juga senyum-senyum sendiri.
Bukan tanpa sebab jika Chelsie sangat kesengsem sama cowok yang bernama Vincent, kecerdasan Vincent dan tampangnya sering membuat geger seisi kampus dimana ia berkuliah.
Prestasi dalam belajar Vincent tak diragukan di mata para Mahasiswa di sana. Cowok itu sering menjadi langganan untuk mewakili Universitas dalam setiap event yang di adakan oleh instalansi tertentu dan yang lainnya.
"Mama..., mana ini Mama? Sudah siang nih," Chelsie tampak tergesa. Dia keluar kamar dengan tas di pundak.
Pagi itu seperti biasanya, gadis tersebut hendak pergi ke kampus. Dicarinya sang ibu karena dia harus segera berangkat, tapi ibunya tidak ada di tempat. Dengan terpaksa dirinya tidak berpamitan sama ibu tercinta.
"Kemana Neng...?" Tanyanya seorang tukang ojek yang lewat, Chelsie menggelengkan kepala.
Distopnya sebuah mobil taxi yang menuju kepadanya, kemudian dia naik taxi tersebut menuju kampus.
"Kuliah di Undip ya mbak?"
"Iya pak,"
"Oh, kenal sama Robert Wiguna, ya?"
"Robert Wiguna, siapa dia pak? Saya tidak mengenalnya," Kata Chelsie kepada sopir taxi.
"Dia kuliah di Undip juga. Robert Wiguna itu keponakan saya. Dia di Fakultas Pertanian kalau tidak salah.
Mbak sendiri di Fakultas apa?" Tanyanya sopir taxi.
"Saya di Fakultas Ekonomi," Mereka sangat asik dalam berbincang hingga tak terasa sudah sampai di depan Kampus.
Chelsie langsung menuju kampus setelah turun dan membayar ongkos taxi.
"Suit suiiiiiiiiiiit, bidadarinya datang itu. Asik..., kita godain yuk," Suara cowok yang sedang duduk di lantai bersama teman yang lain.
"Hei Chel..., cantik benar hari ini. Ngumpul sini Chel," Kata cowok berbaju motif garis-garis.
"Terima kasih..., aku mau naruh tas dulu di dalam," Dengan santainya Chelsie melenggang.
"Chelsie, tunggu!" Tiba-tiba Rudi muncul dan memanggilnya. Cewek bertubuh semampai dan berkulit kuning langsat itu menoleh. Dia cemberut saat mengetahui siapa orang yang memanggilnya.
"Ughhh Rudi, nggak ah," Chelsie melanjutkan langkahnya.
"Eit eiiiiiits, tunggu dulu Chel. Aku ada perlu sama kamu, sebentar saja," Kata Rudi.
"Perlu? Perlu apa memangnya Rud?"
"Emm, begini Chel. Terima ini, please...,"
"Apaan itu, tidak ah,"
"Please............," Rudi memandang Chelsie dengan wajah ibanya, dan menyodorkan sebuah amplop kepada cewek tersebut.
"Baiklah, mana?!" Karena kasihan melihat cowok itu kemudian diterimanya amplop yang Rudi berikan, lalu dimasukannya ke dalam tas. Dia pun meninggalkan Rudi yang berdiri bengong memandang dirinya.
(Bersambung)
posted from Bloggeroid
0 Response to "Catatan si Chelsie, Part 2"
Posting Komentar