Suara pintu diketuk, seorang pria berdiri di sana dengan sebuah tas menggantung di pundaknya.
Seorang wanita menoleh. Dia meletakkan nampan yang dipegang, lantas dengan bergegas memeluk lelaki gagah di depannya. Dia nggak perduli dengan adanya orang di tempat tersebut karena rasa rindu yang teramat sangat telah lama mengendap di kalbu.Perempuan itu meneteskan bulir bening yang rasanya agak asin.
"Mas Japin......., aku kangen banget....!!!" Pelukannya begitu erat hingga Japin susah bernafas.
"Aku juga kangen sama kamu Siti..., sebentar. Simbok..., bapak...," Japin melepas pelukan adiknya dan kemudian mencium telapak tangan kedua orang tuanya yang matanya berkaca-kaca sebab melihat anak lelakinya yang telah kembali dari tanah rantau.
"Japin anakku..., kamu kembali nak," Suara ibunya, dan memeluk erat si Japin.
Japin hampir 10 tahun merantau dan belum pernah sekali pun pulang ke kampung halaman. Jadi sangat pantas jika mereka menyambutnya dengan suka cita. Selama Japin dalam perantauan, dia tidak pernah berkirim kabar kepada keluarganya dan selama itu mereka menganggap si Japin telah meninggal dunia.
"Simbok, bapak, dan Siti adikku. Maafkan Japin yang baru sekarang pulang ke rumah," Suara Japin yang hendak menangis saking kangennya pada mereka.
"Iya nak," Kata Simboknya. Setelah melepas rasa kangen, mereka pun menikmati makan di siang itu. Sembari makan, Siti tak henti-hentinya menggoda sang kakak. Mereka saling mencubit, tersenyum dan tertawa.
"Bagaimana hidup diperantauan itu mas? Oh iya, si Rofi menanyakan mas Japin terus lho,"
Rofi, oh ya?"
"Iya mas," Terangnya Siti adik Japin.
Japin dan Rofi adalah sahabat semasa kecil. Kini usia mereka sudah berkepala tiga. Di usia yang ke sembilan belas tahun itu si Japin menyatakan perasaannya kepada Rofi, dan mereka merajut cinta. Namun kemudian rajutan benang asmara berhenti di tengah jalan oleh karena lelaki bernama Japin itu pergi merantau.
Walaupun ditinggal oleh Japin merantau hampir 10 tahun, Rofi nggak pernah ada niat untuk.menjalin cinta sama pria lain, begitu dengan Japin, dia lebih memilih kesepian di atas cintanya kepada wanita pujaan hati dari pada mencari cewek pengganti di tanah orang.
Setelah beristirahat sebentar mengendorkan otot, dengan menaiki sepeda si Japin pergi ke rumah si Rofi.
Betapa senangnya wanita berambut ikal panjang itu saat mengetahui Japin berdiri di depan pintu. Mereka saling berpelukan melepas rindu.
"Mas Japin..., benarkah ini kamu? Oh mas Japinku...," Tangan Rofi langsung melingkar di pinggang lelaki itu. Japin sendiri tersenyum karena sang pacar masih mengenalinya.
"Iya sayang, ini Japin,"
Mereka masuk ke dalam rumah. Rofi langsung menyuguhkan makanan dan minuman bervitamin dan berernergi kepada sang kekasih.
Mereka terus melepas rindu dengan bercanda dan bercerita tentang diri masing-masing yang berpisah selama hampir sepuluh tahun itu.
Japin kemudian mengatakan kepada Rofi jika dirinya hendak melamarnya, secepatnya.
"Benarkah apa yang tadi kamu katakan mas?"
"Iya benar dong sayang..., secepatnya aku akan melamarmu,"
"Apa kamu sudah siap untuk hidup denganku mas? Dan tidak akan merantau lagi?"
"Sangat siap dong Rofi ku sayang...! Tidak, aku nggak akan merantau lagi. Cukup sekali saja aku berpisah denganmu. Dan nanti kita akan hidup bersama di kampung." Apa yang dikatakan Japin sangat membuat wanita itu senang. Wajahnya berseri seakan tahu kalau sang pacar tidak berbohong.
Setelah lama di rumah si Rofi, Japin mengajak wanita tadi untuk keluar rumah menikmati suasana.
Apa yang ia katakan pada Rofi ditepatinya. Dua minggu kemudian ia meminang Rofi. Sebulan kemudian mereka menikah dan hidup bahagia di sebuah pondokan kecil hasil jerih payah si Japin selama bekerja di perantauan.
Segala sesuatu memang tak bisa dipastikan. Kita hanya bisa merencanakan tanpa bisa mengharuskan akan terjadi dan terpenuhi. Dan hanya yang kuasa penguasa alam lah yang bisa menentukan semuanya, termasuk untuk cinta, kesetiaan dan kesabaran.
Kesetiaan dan kesabaran cintanya Japin dan Rofi kini telah berbuah manis dengan mereka menikah dan hidup bahagia, walaupun sebuah keluarga itu tidak luput dari yang namanya persoalan dan kebutuhan. (*)
Seorang wanita menoleh. Dia meletakkan nampan yang dipegang, lantas dengan bergegas memeluk lelaki gagah di depannya. Dia nggak perduli dengan adanya orang di tempat tersebut karena rasa rindu yang teramat sangat telah lama mengendap di kalbu.
"Mas Japin......., aku kangen banget....!!!" Pelukannya begitu erat hingga Japin susah bernafas.
"Aku juga kangen sama kamu Siti..., sebentar. Simbok..., bapak...," Japin melepas pelukan adiknya dan kemudian mencium telapak tangan kedua orang tuanya yang matanya berkaca-kaca sebab melihat anak lelakinya yang telah kembali dari tanah rantau.
"Japin anakku..., kamu kembali nak," Suara ibunya, dan memeluk erat si Japin.
Japin hampir 10 tahun merantau dan belum pernah sekali pun pulang ke kampung halaman. Jadi sangat pantas jika mereka menyambutnya dengan suka cita. Selama Japin dalam perantauan, dia tidak pernah berkirim kabar kepada keluarganya dan selama itu mereka menganggap si Japin telah meninggal dunia.
"Simbok, bapak, dan Siti adikku. Maafkan Japin yang baru sekarang pulang ke rumah," Suara Japin yang hendak menangis saking kangennya pada mereka.
"Iya nak," Kata Simboknya. Setelah melepas rasa kangen, mereka pun menikmati makan di siang itu. Sembari makan, Siti tak henti-hentinya menggoda sang kakak. Mereka saling mencubit, tersenyum dan tertawa.
"Bagaimana hidup diperantauan itu mas? Oh iya, si Rofi menanyakan mas Japin terus lho,"
Rofi, oh ya?"
"Iya mas," Terangnya Siti adik Japin.
Japin dan Rofi adalah sahabat semasa kecil. Kini usia mereka sudah berkepala tiga. Di usia yang ke sembilan belas tahun itu si Japin menyatakan perasaannya kepada Rofi, dan mereka merajut cinta. Namun kemudian rajutan benang asmara berhenti di tengah jalan oleh karena lelaki bernama Japin itu pergi merantau.
Walaupun ditinggal oleh Japin merantau hampir 10 tahun, Rofi nggak pernah ada niat untuk.menjalin cinta sama pria lain, begitu dengan Japin, dia lebih memilih kesepian di atas cintanya kepada wanita pujaan hati dari pada mencari cewek pengganti di tanah orang.
Setelah beristirahat sebentar mengendorkan otot, dengan menaiki sepeda si Japin pergi ke rumah si Rofi.
Betapa senangnya wanita berambut ikal panjang itu saat mengetahui Japin berdiri di depan pintu. Mereka saling berpelukan melepas rindu.
"Mas Japin..., benarkah ini kamu? Oh mas Japinku...," Tangan Rofi langsung melingkar di pinggang lelaki itu. Japin sendiri tersenyum karena sang pacar masih mengenalinya.
"Iya sayang, ini Japin,"
Mereka masuk ke dalam rumah. Rofi langsung menyuguhkan makanan dan minuman bervitamin dan berernergi kepada sang kekasih.
Mereka terus melepas rindu dengan bercanda dan bercerita tentang diri masing-masing yang berpisah selama hampir sepuluh tahun itu.
Japin kemudian mengatakan kepada Rofi jika dirinya hendak melamarnya, secepatnya.
"Benarkah apa yang tadi kamu katakan mas?"
"Iya benar dong sayang..., secepatnya aku akan melamarmu,"
"Apa kamu sudah siap untuk hidup denganku mas? Dan tidak akan merantau lagi?"
"Sangat siap dong Rofi ku sayang...! Tidak, aku nggak akan merantau lagi. Cukup sekali saja aku berpisah denganmu. Dan nanti kita akan hidup bersama di kampung." Apa yang dikatakan Japin sangat membuat wanita itu senang. Wajahnya berseri seakan tahu kalau sang pacar tidak berbohong.
Setelah lama di rumah si Rofi, Japin mengajak wanita tadi untuk keluar rumah menikmati suasana.
Apa yang ia katakan pada Rofi ditepatinya. Dua minggu kemudian ia meminang Rofi. Sebulan kemudian mereka menikah dan hidup bahagia di sebuah pondokan kecil hasil jerih payah si Japin selama bekerja di perantauan.
Segala sesuatu memang tak bisa dipastikan. Kita hanya bisa merencanakan tanpa bisa mengharuskan akan terjadi dan terpenuhi. Dan hanya yang kuasa penguasa alam lah yang bisa menentukan semuanya, termasuk untuk cinta, kesetiaan dan kesabaran.
Kesetiaan dan kesabaran cintanya Japin dan Rofi kini telah berbuah manis dengan mereka menikah dan hidup bahagia, walaupun sebuah keluarga itu tidak luput dari yang namanya persoalan dan kebutuhan. (*)
0 Response to "Sebuah Cinta Dalam Kesabaran"
Posting Komentar