Template information

Bekas Telapak Kaki Itu Membuatku Geram

Aku memandangi telapak kaki itu dengan perasaan geram, karena aku kehilangan sebuah hp dan sejumlah uang.
Malam itu aku sangat kelelahan, karena habis kerja lembur. Aku pun langsung tidur setibanya di rumah.
Cuaca gerimis yang turun di malam itu semakin membuatku nyenyak tidur.
Aku baru terjaga dari tidurku selepas Adzan Subuh berkumandang.
Rasa letih dan hawa dingin, membuatku enggan untuk segera beranjak dari tempat tidur.
Seperti biasa, sesudah mataku terbuka, yang pertama aku cari dan kupegang adalah hp, karena aku mau melihat 'jam berapa sekarang' di hp.
Tanganku menggerayangi hp yang semalam aku letakkan begitu saja disamping kepalaku bersama dompet kulit warna hitam.
Aku langsung bangun saat tanganku tidak mendapatkan apa yang kucari.
"Kemana ini hp," ucapku dengan mencarinya di bawah bantal dan kasur, namun tidak ada.
Aku mencarinya diseluruh kamarku dan mengingat-ngingat dimana semalam aku meletakkan benda itu. Tapi memang benar, benda itu aku letakkan disamping kepalaku sebelum tidur.
"Kemana ini hp dan dompetku?!" aku semakin gusar, hp dan dompetku tidak aku temukan. Aku memeriksa ruangan kamar. Pintu masih terkunci, begitu juga dengan jendela yang masih tertutup.
"Aneh, kok bisa sih barang-barang itu tidak berada ditempatnya? Apa ada hantu di kamar ini? Ah tidak mungkin," kembali aku memeriksa tempat tidur sampai ke kolongnya, tapi juga aku temukan hp dan dompetku.
Aku tersentak kaget, kulihat daun jendela kamar sedikit terbuka tertiup angin, padahal selama ini daun jendela tertutup rapat sebelum aku membukanya.
Aku mendekat ke jendela, aku periksa, ternyata ada bekas congkelan benda keras pada sisi daun jendela.
"Dicongkel?! Siapa yang melakukan ini, huh!
Jadi, jadi aku kemalingan? Sialan!!!" kataku yang lantas memandang keluar jendela.
"Itu mungkin bekas telapak kaki pencurinya," aku keluar kamar, lantas ke luar rumah.
Aku amati bekas telapak kaki tersebut. Aneh saja, bekas telapak kakinya lumayan besar.
"Ini bekas telapak kaki orang dewasa. Sepertinya aku mengenal orang yang punya telapak kaki seperti ini, tapi siapa, ya?" aku mengingat-ingat siapa orang yang punya telapak kaki sebesar itu di kampungku, namun aku benar-benar lupa.
"Ah sudahlah! Pusing jadinya," aku kemudian ke kamar mandi dan mencuci muka.

*
Pagi itu wajahku tampak muram. Aku pergi ke warung nasi untuk membeli sarapan, karena di rumah kebetulan tidak ada makanan.
"Hei Codhot, kenapa mukamu lesu begitu? Tadi malam habis main, ya?" tanyanya Paijo yang kebetulan sudah berada di warung itu.
"Kamu Jo, main saja yang di omongkan. Tau tidak, hp dan dompetku di embat maling," kataku.
"Yang benar,"
"Iya, benar,"
"Kok bisa Dhot?"
"Ya bisa saja,"
"Ceritanya bagaimana itu kok sampai kemalingan?" aku kemudian menceritakannya pada Paijo. Mendengar ceritaku tadi, Paijo malah tertawa terbahak.
"Ngapain kamu malah ngakak Jo, bukannya ikut bersedih,"
"Aku ngakak karena upilmu itu Dhot..,"
"Kenapa dengan upilku? Kamu mau, ya,"
"Ah, siapa juga yang mau sama upilmu, tidak enak. Terus bagaimana cerita lanjutnya?"
"Iya itu, besar sekali bekas telapak kakinya si pencuri.
Nasi sayur lodeh sama minum teh hangat saja bu," kataku yang lantas memesan sarapan pada pemilik warung nasi.
Sebentar kemudian, menu sarapan sudah siap kusantap.
"Terus, apa kira-kira kamu tau siapa pemilik telapak kaki itu Dhot?"
"Aku lupa, siapa yang punya telapak kaki sebesar itu Jo," kataku.
"Tapi apa kamu pernah kenal dengan orang yang mempunyai telapak kaki sebesar itu?,"
"Sepertinya pernah, tapi aku lupa orangnya. Nanti kamu bisa lihat sendiri bekas telapaknya," aku menghabiskan makanku. Setelah itu aku kembali ke rumah bersama si Paijo.

"Seperti ini bekas telapak kakinya Jo,"
"Waduh, ini kan..," Paijo tidak meneruskan ucapannya.
"Maksudmu ini apa Jo? Kamu mengenalnya?!"
"Tidak, hehee,"
"Oh, aku kira kamu mengenalnya. Ya sudah, biar saja Jo, nanti lama-lama kan ketahuan siapa pencurinya," kataku dengan masih menyimpan rasa geram pada si pencuri, saat itu. Walaupun pada akhirnya aku belum juga bisa mengetahui siapa pencuri hp dan dompetku, karena orang yang aku curigai sudah tidak berada di kampungku lagi.
Begitulah, hp dan dompetku ditukarnya dengan bekas telapak kakinya yang besar dan jelek di tanah, yang mana telah menghilang bekasnya karena terguyur air hujan semalaman. (*)

0 Response to "Bekas Telapak Kaki Itu Membuatku Geram"

Posting Komentar

wdcfawqafwef