Template information

Bu Guru Julaeha Ngentutan

Musim hujan baru saja datang. Pagi itu, hawa dingin sangat terasa sampai ke tulang.
Bu Guru Julaeha tampak duduk di depan televesi sebelum beliau berangkat mengajar ke sekolah.
Bu Guru Julaeha tampak menahan hawa dingin yang menerpa tubuhya. Terdengar suara kerutan giginya yang 'Wiji timun'.
Sesekali Bu Guru Julaeha tampak menaikkan selimut yang masih menempel di tubuh.
"Ini ketelanya Laeha," Suara sang ibu dengan menyodorkan sepiring ketela jalar ke hadapan Bu Guru Julaeha.
"Ibu merebus ketela? Asik ini jadi penghangat," Kata Bu Guru Julaeha. Ia pun langsung mengupas kukit ketela yang masih berasap. 'Ups' hampir saja ketela ditangannya terjatuh.
Secuil demi secuil ketela itu lahap dimakan oleh Bu Guru Julaeha sambil menikmati acara 'Berita' di televisi.
"Memang enak banget pagi-pagi ngemil ketela rebus," Kata Bu Guru Julaeha lirih, sendiri. Tidak terasa, Bu Guru Julaeha sudah menghabiskan 5 biji ketela rebus seukuran kepalan tangan orang dewasa.
Bu Guru Julaeha kemudian beranjak dari tempat duduknya, karena jam dinding sudah menunjukkan pukul 05.45 WIB, itu berarti sudah waktunya Bu Guru Julaeha untuk mandi, kemudian mempersiapkan diri dan pergi ke sekolahan, mengajar.

"Bu.., Laeha berangkat dulu. Mana ini ibu," Suara Bu Guru Julaeha, dan mencari ibunya.
"Kamu tidak sarapan dulu Laeha?" Tanyanya sang ibu yang muncul dari balik pintu ruang dapur.
"Tidak bu. Ini sudah kenyang oleh ketela tadi.
Laeha berangkat dulu, ya. Assalamu'alaikum..," Bu Guru Julaeha mencium telapak tangan ibunya, kemudian beliau berangkat menuju sekolahan dengan menaiki sepeda tua 'Onta' peninggalan bapaknya yang sudah meninggal beberapa tahun lalu saat Bu Guru Julaeha masih dalam pendidikan di perguruan tinggi.

*

Bu Guru Julaeha tampak tenang-tenang saja mengayuh sepedanya meskipun disana sini jalan banyak berlubang, karena beliau memang sudah terbiasa melewati jalan seperti itu. Sebenarnya hati kecil Bu Guru Julaeha sering berontak atas hamparan lubang pada jalan yang sering di lewatinya. Namun apa daya, Bu Guru Julaeha bukanlah pegawai Dephub, jadi beliau tidak bisa untuk memperbaiki jalan tersebut.
Pernah sih Bu Guru Julaeha yang anggun tersebut melayangkan sepucuk surat kepada pejabat Dispenda dan Dephub di daerahnya tentang pengeluhan keadaan jalan yang rusak parah tersebut, namun sampai kini surat itu belum juga mendapat tanggapan dari instalasi terkait, terbukti! karena jalan itu belum ada perbaikan, bahkan semakin parah terkesan di abaikan.

"Selamat pagi anak-anak..," Sapa Bu Guru Julaeha pada semua murid dengan kenes dan ramahnya. Hampir serempak, murid-murid pun menjawabnya dengan "Selamat pagi Bu Guru..,".
Bu Guru Julaeha tersenyum senang. Beliau lantas duduk sebentar di antara anak didiknya tersebut.
Biasa, sebagai seorang Guru yang baik dan menjadi panutan, beliau mengajak anak asuhnya berinteraksi dengan bercakap menanyakan seputar kesiapan pelajaran nanti.
Mendadak Bu Guru Julaeha tampak menggeliat, sebentar kemudian tanpa bisa dicegahnya, angin keluar dari lubang kotoran miliknya 'Bes wes wes..' suaranya memang tidak nyaring, namun cukup membuat Bu Guru Julaeha nyengir kuda.
"Ehm, bau apa ini? Siapa yang kentut?!" Suara seorang murid sambil memencet hidungnya. Bu Guru Julaeha diam saja sambil menahan tawa. Beliau sebenarnya mau mengakuinya kalau beliau yang kentut, tapi malu sama anak-anak.
Bu Guru Julaeha yang anggun itu kembali meneruskan percakapan dengan murid-murid di dekatnya. Ketika sedang asik-asiknya memberikan pertanyaan, Bu Guru Julaeha kembali menggeliat, angin itu tidak bisa ditahannya lagi 'Bes wes wes wes..' beliau kentut lagi, untung suara kentutnya tidak terdengar oleh anak didiknya.
"Ehm, bau kentut lagi. Siapa sih yang kentut? Baunya tidak enak, huek," Suara seorang murid. Ia dengan cepat menutup lubang hidungnya, kemudian berlari menjauh dari tempat itu.
Melihat muridnya tadi seperti itu, Bu Guru Julaeha pun kembali menahan tawa. Bu Guru Julaeha kembali diam, tidak mengakui bahwa beliaulah yang tadi kentut.
"Iya, bau kentutnya tidak enak sekali," Sahut murid yang lain.
"Sudah sudah.., Bu Guru minta maaf. Tadi Bu Guru yang kentut, maafkan Bu Guru, ya anak-anak.
Bu Guru tinggal dulu, ya," Kata Bu Guru Julaeha pada murid-murid disitu. Bu Guru Julaeha lantas berdiri dan hendak berjalan menuju ruang Guru. Tapi, 'Dhut dhut...' suara kentut nyaring dari Bu Guru Julaeha. Murid-murid pada bengong sejenak, lalu cekikian dengan mulut ditutupi telapak tangan.
Dengan santainya Bu Guru Julaeha meneruskan langkah ke ruang Guru. Sementara itu anak-anak kemudian tertawa lebar.
"Bu Guru Julaeha kok ngentutan, ya. Suka kentut," Kata murid perempuan yang giginya gigis, kepada temannya, dan mereka pun tertawa. (*)

0 Response to "Bu Guru Julaeha Ngentutan"

Posting Komentar

wdcfawqafwef