Template information

Nasib Bocah Disiksa Sang Ayah

"Dasar laki-laki kejam!" suara seorang wanita yang melihat seorang laki-laki sedang menghajar anaknya. Wanita itu sempat terpekik tertahan karena dia melihat seorang bocah laki-laki kepalanya dibenturkan ke tembok.
Laki-laki itu mungkin ayah dari si bocah, pikir wanita tersebut.
Laki-laki tadi menoleh ke arah wanita yang melihatnya, kemudian ia meneruskan menghajar si bocah tersebut.
Tangisan dan jeritan minta ampun tidak di indahkannya, ia terus menghujani si bocah dengan kata-kata cacian, kata umpatan dan juga pukulan serta tamparan bertubi-tubi.
Anak kecil itu tampak terkapar dengan darah mulai mengalir di kepala, serta wajahnya tampak melebam.
"Dasar anak sial!!!" keluar kata itu dari mulutnya. Laki-laki itu kemudian menyeret tubuh si anak masuk ke dalam rumah. Tanpa terasa, wanita itu menitikkan air mata. Ia mengelus dada tanpa tau apa yang harus diperbuatnya atas kejadian itu.

"Ampun ayah, ampuuuuuuun," suara minta ampun melengking keras. Kiranya si bocah kembali mendapatkan perlakuan sadis dari ayahnya. Ratapan minta ampun disela raungan tangis, membuat wanita tadi nekat menerobos pekarangan rumah tersebut.
Wanita itu mencoba mendrobrak pintu rumah, namun tampaknya pintu dikunci dari dalam. Tidak kurang akal, wanita itu memutar menuju ke samping rumah. Di ambilnya sebatang kayu seukuran lengan orang dewasa dengan panjang satu meteran. Wanita itu kemudian mencoba naik ke jendela rumah yang terbuka.
Wanita tersebut berhasil masuk ke dalam rumah setelah bersusah payah naik ke jendela.
Pandangan mata wanita tersebut tajam menyapu setiap sudut ruangan rumah itu.
"Hei, siapa kamu!" suara lantang dari laki-laki itu. Wanita tadi kaget, dengan secepat kilat dia mengayunkan kayu ditangannya ke arah laki-laki di hadapannya. 'Buk!' ayunan kayu itu telak menghantam kepala si laki-laki. Dia terhuyung sempoyongan. Untuk kedua kalinya wanita itu menghantamkan kayu ke kepala dari ayah si bocah, laki-laki itu pun ambruk ke lantai rumah tanpa bergerak lagi. Bergegas wanita tadi meraih tubuh si bocah, dengan cepat ia menggendong si bocah dan membawanya keluar rumah.
Wanita tadi kemudian menstop kendaraan yang lewat dan memintanya untuk segera mengantarnya ke Puskemas terdekat.
Sesampai di Puskemas, si bocah langsung mendapat penanganan oleh para perawat disana.

Wanita itu tampak duduk disamping si bocah dengan perasaan campur aduk. Meski ia bukan sanak saudara dan tidak mengenal si bocah, namun melihat kekasaran yang laki-laki itu lakukan pada si bocah kecil tersebut, membuat dirinya terenyuh dan terpanggil untuk menyelamatkan si bocah.

"Kasihan sekali kamu nak. Entah hal apa yang membuat ayahmu melakukan kekerasan kepadamu.
Aku akan melindungi dirimu dari kekerasan orang tuamu, apapun yang bakal aku hadapi nanti," kata wanita itu lirih. Dia menatap tubuh bocah itu, ada perasaan iba sangat mendalam terpancar di wajahnya.

"Apa anda keluarga pasien ini?" tanya seorang Dokter yang baru selesai memeriksa si bocah yang terbaring dan tidak sadarkan diri.
"Iya Dok,"
"Ibu harus membawanya ke Rumah Sakit yang peralatan medisnya lengkap. Kondisinya tidak memungkinkan untuk kami tangani, karena peralatan disini yang kurang memadai," kata Dokter itu yang kemudian memberi rujukan agar si bocah dibawa ke Rumah Sakit besar di kota itu.
Wanita itu terdiam sejenak, kemudian dia mengiyakan yang Dokter tadi katakan. Tidak berapa lama wanita tersebut membawa si bocah ke Rumah Sakit yang disarankan oleh Dokter Puskemas tersebut.

Sesampai di Rumah Sakit, si bocah langsung dibawa dan ditempatkan di ruang ICU.
Wajah wanita itu tampak menegak ketika tim yang menangani si bocah tersebut tampak mengeleng-gelengkan kepala.
"Ada apa Dok?" tanyanya wanita itu.
"Luka di kepalanya sangat parah. Ada pembekakan dan darah berhenti mengental di kepalanya. Syaraf otaknya juga banyak yang rusak," kata salah seorang tim yang menangani si bocah.
"Terus, apakah bisa dipulihkan jaringan syarafnya Dok?"
"Kemungkinannya sangat kecil. Banyak syarafnya yang mati tidak berfungsi, hal itu karena seringnya terjadi benturan atau pemukulan di kepalanya," terang sang Dokter. Wanita itu hanya bisa menarik nafas dalam-dalam.
"Maaf bu, apa yang sebenarnya terjadi pada pasien ini? Hingga dia mengalami banyak luka disekujur tubuhnya," tanya sang Dokter.
"Entahla Dok. Saya mendapatinya dia lagi di hajar oleh ayahnya dengan kejam, lalu saya menyelamatkannya,"
"Apakah ibu ini sanak saudaranya dia? atau ibunya dia," tanyanya Dokter itu pada wanita itu.
"Bukan Dok. Saya bukan apa-apanya dia. Tadi saya melihat kejadian itu saat melintas di rumahnya," wanita itu menerangkan.
"Oh begitu. Hemmm, masih saja ada orang tua yang tega menyiksa anaknya,"
"Itulah Dok," wanita itu mengamati si bocah. Dilihatnya tangan si bocah bergerak-gerak. Sebentar kemudian keluar dari mulutnya memanggil ibunya.
"Ibu... Ari mau ikut ibu..," suara itu kemudian berhenti. Dia tidak berkata lagi, tubuhnya terlihat kaku dan dingin. Dokter kemudian memeriksa si bocah. Bocah malang itu telah tiada, dia telang meninggal. Wanita itupun merasa sedih melihat nasib bocah malang tersebut. (*)

0 Response to "Nasib Bocah Disiksa Sang Ayah"

Posting Komentar

wdcfawqafwef