Kejinya Ayah Mencabuli Diriku

Sungguh malang nian nasib yang kualami. Diriku yang sudah cacat fisik sejak lahir, malam itu menerima kenyataan pahit yang memilukan.
Ayahku telah tega mencabuli diriku. Aku tidak dapat berbuat apa-apa dan hanya pasrah ketika ayah melakukan hal bejat itu.
Aku lihat dari kaca jendela yang koridornya sengaja kubuka. Diluar hujan gerimis tampak turun membasahi apa yang ada di luar sana.
Tatapan mataku menengadah ke langit
yang tak tampak adanya bintang dan
bulan. Langit terlihat gelap gulita. Aku menarik nafas pelan sembari memijit pergelangan kaki yang terasa ngilu.
Aku beringsut menggeser duduk saat
terdengar pintu depan seperti dibuka.

"Ayah sudah pulang," Kataku pelan. Benar saja, ayah telah pulang dari kondangan di tempat salah seorang temannya. Diriku tahu jika ayah pergi ke pesta perkawinan anak dari temannya karena sebelum ia berangkat telah berpamitan kepadaku.

"Kamu belum tidur Nda?" Tanyanya ayah kepadaku.

"Belum ya," Aku pun menarik selimut ke atas karena hawa sudah mulai terasa dingin. Diriku menunduk saat ayah
memandangiku lama sekali. Hal itu jarang ayah lakukan memandangku tajam sekali. Mungkin ada yang salah pada diriku hingga ayah menatapku seperti itu, pikirku.
Sekali lagi aku memandang wajah ayah
yang tampak basah oleh air gerimis.
Ayah mendekati diriku. Dia duduk di sampingku. Beberapa kalimat ia ucapkan kepadaku, salah satunya dengan menanyaiku apa aku lapar. Aku menggelengkan kepala, perutku masih terasa kenyang karena sejam yang lalu diriku baru saja makan.
Ayah menggeser duduknya semakin dekat denganku. Tiba-tiba saja dia merangkulku dan tangan yang satunya nakal mengelus-ngelus bagian tubuhku yang sensitif. Terang saja aku mundur dan menurunkan rangkulannya. Namun ayah kembali merangkul diriku. Dirinya kembali mengelus kakiku, kemudian ke atas dan semakin ke atas.
Aku meronta, diriku memintanya untuk
menghentikan apa yang ia lakukan, tapi ayah malah mendekapku kuat.

"Jangan ayah, jangan," Pintaku.

"Tenang saja Nda, tidak apa-apa kok. Ayah cuma kamu mau melayani ayah," Ucapnya.

"Melayani apa yah?" Tanyaku yang tidak tahu dan terus meronta ingin melepaskan diri dari dekapannya.
Ayah menatap wajahku. Nafasnya tersengal memburu. Dengan cepat dia menindih tubuhku yang sudah terbaring karena tidak kuat menopang tubuh kekarnya.
Dia yang selama ini aku panggil ayah,
menciumiku dengan beringasnya. Setelah puas mencium dan melumat bibir ku, dia kemudian melucuti semua pakaian yang melekat di tubuhku.
Sekali lagi aku meronta dan memintanya
agar tidak melakukan hal itu, tapi ayah
malah semakin kesetanan saja. Apa yang aku takutkan ayah lakukan juga.
Seperti sedang diburu, ayah terus melakukan hal itu. Dia tidak mendengar permintaanku agar jangan menodai diriku. Dia tidak mau mengerti dengan rasa sakit dan perih di alat kemaluan ku.
Dia terus melakukannya sampai akhirnya ayah terkulai di sampingku.
Aku hanya bisa menangis dalam ratapan nasibku. Ayah kandungku telah tega
melakukan hal itu pada anak kandungnya sendiri.
Hidupku yang sudah menderita karena
cacat fisik, kini ditambahi derita lagi oleh
kebejatan ayah.

Ayah tersenyum kepadaku setelah dirinya duduk di atas tempat tidur. Diriku hanya menunduk menahan kepedihan ini. Ingin aku menampar wajah ayahku. Namun aku tak mampu karena biar bagaimanapun ia tetap orang tuaku meski telah berbuat keji terhadapku.

"Sebentar ya Nda, ayah bikinkan mie
rebus," Ucapnya, lantas dia keluar dari
kamarku.

"Ibu, dimanakah dirimu kini?!" Aku menatap jauh mencoba menyentuh bayang wajah ibuku.
Ibu dan ayah memang sudah bercerai
beberapa tahun yang lalu. Entah apa
sebabnya mereka berpisah, yang pasti
sebagai anak yang tak tahu apa-apa dengan masalah mereka, aku hanya menurut saja ketika salah satu dari mereka mengatakan siapa yang akan merawatku.
Sebenarnya aku ingin ikut ibu. Tapi apa
daya, ibu malah bilang kalau diriku ikut
ayah saja.

Sekali terlaksana dan ingin mengulanginya. Itulah yang juga terjadi pada ayah. Dia kembali mengulangi perbuatannya. Ayah kembali meniduriku.
Aku dipaksa harus melayani nafsunya
setiap malam. Hal ini terus ayah lakukan
selama tiga tahun sebelum akhirnya ayah ditangkap polisi karena diriku mengatakan perbuatan bejat ayah kepada ibu yang hari itu datang menjengukku ke rumah.
Ibu sangat marah saat tahu apa yang
ayah perbuat kepadaku. Ibu memarahi
ayah, bahkan memukul ayah dengan gagang sapu lantai yang tersandar di dekatnya. Mungkin karena merasa malu dan bersalah, ayah diam saja saat ibu memaki-maki ayah.
Ibu kemudian melaporkan hal ini pada
pihak berwajib. Ayah di tahan dengan
jeratan hukum bahwa dia telah memperkosaku dan melanggar perlindungan anak. 5 tahun ayah harus mendekam di tahanan karena perbuatannya. Dan diriku kemudian diajak oleh ibu untuk hidup bersamanya.
Hingga sekarang dan nanti, diriku tidak mau lagi melihat ayah karena perbuatannya sangat menyakitkan. (*)

Posted by Sae Wisata

Tweet