Template information

Layanan Tasya Di Tebing Hijau

"Sebentar Aku kembali," suara Tasya kepadaku setelah menghabiskan minumnya.
Cewek imut tersebut dengan langkah cepat berlalu dari hadapanku. Aku memandangnya dengan ketidak mengertian.
Tasya, cewek cantik nan imut yang baru beberapa bulan ini ku kenal, telah memberikan harapan. Yach, harapan apa lagi kalau bukan cinta, karena memang selama ini statusku masih sendiri.
Sebenarnya ada banyak cewek di sekitarku yang wajahnya tidak kalah sama Tasya. Namun entah kenapa, aku merasa tidak cocok pada mereka, mungkin mereka kurang asik saja buatku. Beda dengan Tasya ini, ia sangat piawai dalam hal hampir semuanya.

"Kemana tadi Sa?" tanyaku.
"Menemui teman,"
"Oh. Kenapa temannya tidak diajak kemari saja,"
"Dia sudah pergi,"
"Pergi? Memang kenapa temanku kok cuma sebentar menemuimu,"
"Biasa, minta di layani,"
"Di layani? Maksudmu Sa, di layani apa,"
"Di layani apa saja. Kenapa?" Tasya malah senyum-senyum.
"Maksutmu di layani apa sih? Aku tidak mengerti,"
"Nanti kamu juga mengerti. Sekarang bagaimana? Jadi tidak kita ke tempat itu," tanyanya dia. Aku mengerutkan kening, karena memang aku tidak faham dengan perkataannya.
"Hei! Jadi tidak?! Bengong saja kamu,"
"I..iya, jadi," jawabku dengan agak gelagapan.
"Kalau jadi ya ayo, atau batalkan saja rencananya,"
"Jadi kok. Jangan dibatalkan, ayo," aku berdiri dari tempat duduk, begitu juga dengan Tasya. Selanjutnya kami pergi menuju tempat yang sudah disepakati.

"Yach, ternyata seperti ini tempatnya," kata Tasya seperti ada rasa kecewa setelah kami sampai ditempat tujuan.
"Kamu tidak suka ya Sa?" tanyaku yang menangkap kekecewaan pada dirinya.
"Bukan tidak suka lagi, tapi memang tidak pas buat kita bersantai. Terlalu berisik, tau tidak,"
"Ya sudah, kita cari tempat lain saja yang sunyi, tenang, dan mengasikkan. Tapi dimana kira-kira tempat itu Sa," aku memegangi kepala karena merasa tidak bisa mengajaknya ke tempat yang asik buat dia.
"Enakan ke tempat sekitaran Tebing Hijau saja, disana lebih cooll,"
"Tebing Hijau? dimana itu,"
"Tidak jauh dari tempat ini kok. Itu disana," tunjuknya.
"Tapi tempat itu sangat berbahaya buat kita Sa, apalagi ini sudah sore,"
"Tidak apa-apa. Aku pernah kesana malam-malam, tidak ada apa-apa kok,"
"Oh begitu? sama siapa kamu kesana malam-malam,"
"Sama teman-teman, berkemah.
Mau tidak kita kesana?"
"Emmm, oke lah," kami kemudian pergi ke Tebing Hijau.
Sebenarnya aku sudah mendengar tempat itu, Tebing Hijau. Namun aku belum pernah kesana karena takut. Takut kalau terjadi longsor. Kebetulan tempat tersebut terjadi longsor saat hujan lebat, apalagi yang sekarang juga lagi musim penghujan.

Setelah berjalan cukup jauh, kami sampai juga di Tebing Hijau.
Aku memandangi tebing tersebut, sangat indah memang. Hawanya sejuk, terasa damai. Pas buat refressing orang yang lagi suntuk dan dibebani oleh masalah berat, karena tempat itu memberikan nuansa ketenangan dan keindahan.
"Bagaimana Jhon? tempatnya asik kan,"
"Iya Sa. Tempatnya asik, hening, damai. Udaranya juga sejuk," kataku.
Aku duduk disebuah batu besar yang berada di dekatku berdiri tadi, begitu juga dengan Tasya.
Aku terus menikmati pemandangam alam yang menakjubkan itu. Namun semuanya menjadi gelap saat matahari sudah tenggelam keperaduan sang malam.
"Aduh Sa, sudah gelap. Kita pulang saja yuk," ajakku.
"Sebentar lagi Jhon. Tenang saja, tidak akan terjadi apa-apa kok, percayalah," jawab Tasya yang lantas menggeser duduknya merapat ke tubuhku.
"Kenapa Sa?"
"Tidak kenapa-napa. Kamu merasakan dingin tidak Jhon,"
"Iya,"
"Kirain tidak, hehee. Aku juga Jhon,"
"Ya maka dari itu kita pulang saja ya," ajakku lagi. Namun dia tidak menjawabnya. Tasya memandangku, tatapan matanya seakan sedang menelusuri setiap sudut wajahku. Melihat hal seperti itu, aku pun menjadi berdebar-debar.
"Jhon,"
"Iya, ada apa,"
"Dingin,"
"Makanya kita pulang saja," kataku. Aku sangat kaget ketika tangan cewek bernama Tasya itu meraih tanganku dan kemudian meremas jemariku.
Sungguh aku tidak pernah menyangka hal seperti itu akan dia lakukan kepadaku.
"Jhon...," suaranya pelan namun memanjang.
"Kenapa Sa,"
"Aku...," dia terus meremas-remas jemariku. Sedetik kemudian dia menjatuhkan tubuhnya di pangkuanku. Desir pun langsung mengalir deras menjalar ke seluruh persendian tubuhku.
Aku mematung, seakan tidak tau harus berbuat apa atas yang dia lakukan.
Berlahan dia menarik kepalaku mendekat ke wajahnya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa ataupun menolaknya ketika bibirnya dengan rakus melumat bibirku.
Tanpa bisa kukendalikan lagi, aku juga membalas lumatan bibir si Tasya.
Dalam gelapnya malam itu, kami berpacu dengan nafas nafsu yang tidak mampu terbendung lagi.
Kami menyudahi permainan tersebut setelah merasa lelah. Selanjutnya kami pulang karena sudah malam.
"Aku sudah melayanimu Jhon. Terima kasih juga karena kamu telah melayaniku," satu senyuman terlempar dari bibirnya. Aku tersenyum kepadanya dan berpikir 'Jadi seperti ini layananmu Tasya?'. (*)

0 Response to "Layanan Tasya Di Tebing Hijau"

Posting Komentar

wdcfawqafwef