Template information

Engkau Dibalik Gundukan Tanah

Engkau Dibalik Gundukan Tanah


"Kenapa telepon dariku tidak di angkatnya sih. Ada apa ini?!" Aku sedikit uring-uringan dalam cemas. Baru menjelang siang, ia mengangkat telepon dariku.
Pagi itu ada hal penting yang ingin kusampaikan pada kekasihku. Aku merasakan sesuatu yang aneh tampak jelas di depan mataku. Sesuatu yang menggambarkan tentang Anggi.

"Sebentar lagi kami terbang Joy," Suara Anggi di ujung telepon. Kemudian ia mematikan panggilan telepon dariku.
Hari itu Anggi tampak sibuk sekali. Sudah sedari pagi dia ku telepon, tapi menjelang siang telpon dariku tidak di angkatnya.
Entahlah, hari itu aku merasakan perasaan aneh terhadap Anggi, kekasihku.
Anggi adalah seorang Pramugari di sebuah penerbangan terkenal di negeri Kayangan ini. Ia sudah hampir lima tahun bekerja di penerbangan itu sebagai Pramugari. Selama lima tahun pula kami menjalin hubungan pacaran.
Sebenarnya sudah ada niat dariku untuk segera menikah dengan Anggi, namun dianya yang selalu bilang nanti dulu. Katanya dia sih, masih perlu kemantapan untuk melangkah ke jenjang perkawinan. Padahal secara materi, kami sudah sangat siap untuk melaksanakan pernikahan tersebut.

Aku menatap langit-langit rumah dengan perasaan takut kehilangan Anggi. Aku merasakan bakal terjadi sesuatu terhadapnya.
Ku tekan nomer telponnya, tapi tidak di angkatnya. Perasaan semakin berdebar saja. Mendadak aku merasakan kesedihan teramat sangat.
Atas kekhawatiranku tersebut, aku kemudian meluncur ke bandara, hendak menemui Anggi.
Selama dalam perjalanan menuju bandara, perasaanku semakin tidak menentu.
30 menit, waktu yang kubutuhkan untuk sampai ke Bandara Internasional dimana biasanya Anggi bekerja.

Wajahku menunduk kecewa saat kutahu bahwa Anggi telah terbang mengudara bersama pesawat itu. Dan aku tidak dapat menghubunginya karena phonselnya telah di nonaktifkan. Aku pun langsung melangkah pulang.

'GRUMPYAAANG', gelas air minum yang kupegang terjatuh. Gelas pecah berantakan. Aku menatap pecahan gelas itu dengan ketidak mengertianku.
Dadaku berdebar kencang. Sedetik kemudian nama Anggi meluncur begitu saja dari mulutku.
Saat itu, aku merasakan kebingungan yang tidak kumengerti. Aku tersentak kaget ketika mendapat berita bahwa pesawat yang di dalamnya ada Anggi telah mengalami kecelakaan.
Buru-buru aku menghubungi pihak maskapai dan menanyakan kebenaran berita yang kuterima barusan. Pihak maskapai membenarkan akan berita kecelakaan pesawatnya. Aku langsung lemas, darah seakan tidak mengalir lagi, dan jantung seperti berhenti berdegup. Aku langsung ambruk di kursi sofa tidak jauh dari tempatku berdiri.

Aku tidak percaya kalau Anggi telah meninggal bersama jatuhnya pesawat itu.
Saat itu juga aku hendak ke tempat dimana ditemukannya bangkai pesawat, tapi keluargaku melarangnya. Aku disuruh menunggu kabar selanjutnya di rumah.
Beberapa jam kemudian, tampak di stasiun televisi memberitakan jatuhnya pesawat yang di naiki Anggi. Air mata ku tidak terbendung lagi. Nama Anggi Wulandari (pramugari) terpampang dalam deretan nama para korban.
Beberapa jam kemudian jenazah para korban diketemukan dan kemudian dipulangkan ke rumah masing-masing.
Proses evakuasi badan pesawat dapat dilakukan dengan cepat, karena jatuhnya pesawat tidak terlalu jauh dari bandara asal penerbangan.
Sementara penyebab kecelakaan pesawat itu sendiri belum diketahui, karena kotak hitam sebagai tempat menyimpannya informasi tentang pesawat belum ditemukan.

"Kenapa kamu meninggalkan diriku Anggi sayang..," Suaraku lirih dengan menatap tubuh yang terbujur kaku terbungkus kafan. Aku tidak bisa menyembunyikan kesedihan, karena memang dia wanita yang sangat ku cintai, ku sayangi.
Menjelang sore, jenazah Anggi pun di makamkan.
Aku hanya bisa menatap gundukan tanah itu, sedih. (*)

0 Response to "Engkau Dibalik Gundukan Tanah"

Posting Komentar

wdcfawqafwef