Template information

Jatuh Cinta Tak Pandang Siapa

Jatuh Cinta Tak Pandang Siapa


Terseok langkahnya, nafasnya terengah. Tangan kanannya berpegangan pada
batang kayu seukuran lengan orang dewasa. Sementara tangan kirinya ditopangkan di lutut. Perempuan berusia sekitar tujuh belas tahun itu kemudian menoleh ke belakang, siapa tahu orang yang tadi mengejarnya masih mengikuti.

"Ughhhh hampir saja ketahuan," Ucapnya disela nafasnya yang naik turun. Dia kemudian menjatuhkan diri ke tanah.
Dia menyeka wajahnya dari keringat
yang membasahi, sebentar ditata rambutnya yang tergerai. Kedua matanya menyipit, keningnya dikerutkan.
Mendadak ia berdiri dan bersiap berlari
lagi karena dilihatnya lelaki yang mengejar tampak olehnya.

"Sial, dia kemari," Perempuan tadi
bergegas berlari dengan sekencang-kencangnya.

"Woy! Jangan lari!" Teriak lelaki dan
mengejar perempuan tadi. Aksi kejar-kejaran kembali terjadi. 'Byuuuuurrr!" perempuan itu menjeburkan diri ke sungai yang tidak terlalu dalam. Dia menyeberangi sungai tersebut hingga ke pinggir dan
selanjutnya naik ke daratan. Tidak ingin
kehilangan jejak, lelaki itu pun menjeburkan diri ke sungai.

"Sialan, kuat sekali tenaga wanita itu," Kata lelaki berkaos coklat dan terus menyibakkan air dengan kedua tangannya. Badannya yang gendut rupanya membuatnya tidak bisa leluasa berjalan di atas air.

"Dia terus mengejarku," Perempuan itu
terus berlari. Dia tidak memperdulikan lagi jika tubuhnya yang mulus itu tergores
tumbuhan perdu. Tiba-tiba, 'Krusuk' dia
terjerembap. Tubuhnya terperosok ke
bibir jurang yang tampaknya cukup
curam.
Perempuan cantik dengan rambut hitam
panjang sebahu itu tampak menggapai-
gapai dahan yang menjulur ke arahnya. Sementara itu, lelaki yang mengejarnya sudah naik ke darat dan terus mencarinya.

"Kemana dia," Lelaki tadi celingukan,
lantas melangkah pelan sambil pandangannya nanar mencari perempuan tadi.

"Tolong.... Tolong...," Suara perempuan
tersebut meminta tolong. Mendengar
suara meminta tolong, lelaki itu langsung
bergegas menuju ke tempat datangnys
suara.

"Rasakan olehmu, hahahahaaa...,"

"Tolongin saya bang...,"

"Buat apa aku menolongmu hah?!"

"Please bang... Tolongin saya," Pinta
perempuan yang tengah berjuang di bibir jurang.

"Nggak, aku tidak akan menolongmu.
Biar saja kamu mati jatuh ke bawah sana!' Kata lelaki itu dengan ketus sambil
berkacak pinggang.

"Aaaaachhhhh, aduh," Perempuan itu
hamlir saja terlempar ke bawah jurang
jika ia tidak sigap meraih dahan yang lain. Dia terus berusaha naik ke atas. Lelaki
bertubuh gendut tadi memandangi perempuan tadi. Dia diam memperhatikan perempuan tersebut.
Sedetik kemudian ia lebih mendekat ke
bibir jurang dan mengulurkan tangannya. Mereka saling beradu pandang.

"Ayo, pegang tanganku," Kata lelaki tadi. Perempuan itu pun memegang tangan
lelaki yang tadi mengejarnya. Dengan
susah payah lelaki tersebut menarik perempuan itu ke atas.

"Terima kasih bang, kamu telah menyelamatkan diriku,"

"Sekarang mana dompetku,"

"Ini bang. Sekarang terserah abang, aku
mau kamu apakan," Kata perempuan itu
yang lantas menundukkan wajah. Lelaki di dekatnya itu tajam memandang wanita tersebut.

"Benar, terserah aku kalau mau
melakukan sesuatu kepadamu?!" Lelaki
itu terus memandangnya. Perempuan tadi terdiam.

"Iya bang,"

"Sebenarnya aku ingin menamparmu
karena kamu telah berbuat kejahatan
dan menyusahkan. Tapi...,"

"Tapi kenapa bang?"

"Ah sudahlah. Lain kali jangan kamu
ulangi lagi perbuatan mencopetmu, mengerti?!"

"Iya bang,"

"Sekarang aku mau kembali ke sana. Terserah kamu jika mau tetap di sini," Lelaki itu bangkit dari duduknya, ia hendak meninggalkan tempat itu. Dia pun melangkah.

"Tunggu bang," Perempuan tadi mengikuti langkah lelaki itu. Mereka melangkah menelusuri jalan yang di kanan kirinya banyak tumbuhanperdu. Mereka kemudian saling memperkenalkan diri. Keduanya saling tertawa dalam canda. Tidak ada lagi rasa geram pada lelaki itu atas perbuatan yang dilakukan oleh perempuan
disampingnya. Malahan lelaki itu mengajak perempuan di dekatnya untuk main ke rumahnya.

"Kapan-kapan ya bang kalau Adik ada waktu,"

"Memangnya kamu mau kemana setelah ini, tidak kemana-mana kan?"

"Emmm, tidak tahu juga nih bang,"

"Sudah jangan malu-malu. Kamu ikut aku saja ke rumah, ok?"

"Iya deh bang," Kedua orang itu terus melangkah. Lelaki itu sekarang sudah mulai mencuri-curi perhatian pada perempuan di dekatnya.
Setelah keduanya sampai di rumah lelaki tersebut dan berbincang-bincang ringan, perempuan itu pun pamit hendak pulang. Namun sebelum perempuan tadi
melangkahkan kakinya, didengarnya
kalau lelaki gendut itu mengatakan kalau
dirinya menyukai perempuan tersebut.
"Iya bang, aku tunggu cintamu di rumahku," Kata perempuan tadi dengan tersenyum, lantas melangkahkan kakinya. Dalam hatinya berkata 'Siapa juga yang mau denganmu, alamat rumah itu juga palsu' kemudian dia tersenyum sinis sambil mengibaskan rambutnya.

~oOo~

Beberapa hari kemudian lelaki itu pergi
ke alamat yang diberikan oleh perempuan tempo hari. Dia celingukan dengan sesekali mengamati kertas kecil di tangannya. Lelaki itu nampak kecewa karena alamat tadi tidak cocok dengan tempat di
hadapannya.

"Kurang ajar, dasar perempuan sundel!
Masa sampai disini hanya sebuah gubuk
reot yang mau roboh. Ah, tidak mungkin
dia tinggal di tempat ini, dinding gubuknya saja sudah pada ambruk, tidak terurus," Lelaki itu melangkah meninggalkan
tempat itu. Dia terus menggerutu.
Sementara di tempat lain, perempuan
yang bernama Joy itu tengah duduk
sendiri. Dia memandang jauh, lantas
tersenyum sendiri.

"Kasihan juga lelaki bernama Junet itu,
dia pasti marah-marah jika benar
mendatangi alamat yang kuberikan,
hikhikhiiik," Joy terkikik.
Perempuan tadi beranjak dari tempatnya. Dia menyambar tas pinggang yang
berada di sampingnya, lalu pergi ke tempat tongkrongannya.

"Aku harus ke tempat itu, siapa tahu saja
dia ada di sana," Gumam Junet. Lelaki
gemuk itu pun mempercepat langkahnya. Junet memang tampak geram sekali
sama Joy. Joy yang sudah mencopet
dompet miliknya, membuatnya susah,
sudah ditolongnya dan memaafkan
perbuataannya eh... malah menipunya
dengan memberikan alamat palsu. Andai saja si Junet tega, tentu dirinya akan
membiarkan si Joy jatuh ke jurang dan
bisa jadi Junet melaporkan perbuatan
perempuan itu ke polisi.
Junet memandang tempat sekitar dimana beberapa hari lalu dirinya di copet.
Namun sepertinya tidak ada tanda-tanda kalau Joy ada di tempat itu.
Junet membalikkan badan hendak pergi dari tempatnya. Tapi kemudian matanya terbuka lebar, bergegas dia menuju ke
sebuah sudut bangunan karena
dilihatnya si Joy lagi berbicara dengan
seseorang.

"Hei Joy, kurang ajar bener ya kamu.
Teganya membohongiku," Kata Junet
dengan mata memerah karena marah.
Joy menoleh, dia kaget dengan kehadiran Junet. Ingin dirinya pergi secepatnya dari tempat itu karena si Junet pasti akan marah-marah dan membuatnya eneg. Tapi niatnya tadi diurungkan karena ada temannya di situ.

"Siapa dia Joy?" Tanyanya pria di dekat si Joy.

"Nggak tahu,"

"Oh, jadi kamu tidak mengenalku, ya?
Bagus...," Kata Junet.

"Kenapa kamu sewot?! Memang aku
tidak mengenalmu kok. Ayo Jhon, kita
pergi dari sini," Joy menarik tangan pria
bernama Jhon.

"Hei, mau kemana kamu Joy!" Tapi Joy
tidak memperdulikan Junet. Perempuan
itu kian mempercepat langkahnya. Junet menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian meninggalkan tempat itu.


Tiga hari kemudian sejak pertemuan
mereka yang kedua kalinya itu. Joy dan
Junet bertemu lagu di tempat yang sama.
Meski keduanya sama-sama terkejut, tapi kemudian mereka saling tegur sapa.
Mereka tampak berbincang meski hanya sebentar karena Junet bilang jika dirinya hendak ke tempat kerja.

"Ok Joy, aku tinggal dulu yach. Aku mau
ke tempat kerja," Kata Junet yang
kemudian berlalu dari hadapan si Joy.
Perempuan itu mengangguk kecil. Diam-diam ia mengikuti Junet.
Sampailah Junet di tempat kerjanya. Joy
membelalak lebar. Dia tidak nyangka
kalau lelaki gendut itu bekerja di sebuah
perkantoran elit di daerah tersebut.

"Apa aku tidak salah lihat? Junet jelek itu
bekerja di sana. Sementara aku yang
kata orang-orang adalah cewek cantik
dan sexy saja tidak diterima," Perempuan itu terdiam.
Joy menggaruk-garuk kepalanya. Dia tidak habis pikir jika Junet bekerja di perkantoran itu karena dia tahu betul kalau sangat sulit untuk bisa diterima bekerja disana.

~o00o~

"Hei Jhon, kamu sudah makan belum?
Eh tahu nggak, ternyata si gendut itu bekerja di perkantoran elit itu,"

"Ah ngaco kamu Joy, tampangnya saja tidak jauh lebih baik dariku kok, hahaa," Kata Jhon.

"Ichh kamu Jhon,"

"Ok Joy, kamu tunggu sebentar disini,"
Sebentar saja Jhon sudah kembali dengan dua bungkus nasi beserta minuman dalam bungkus plastik. Mereka makan dengan lahapnya.

Semenjak saat itu, Joy semakin memperhatikan Junet. Dia ingin sekali lebih mengenal pribadi pria gendut yang pernah dicopetnya tempo itu.

Joy tidak mengetahui kalau Jhon sebenarnya menyukai perempuan itu. Kini Jhon cemburu pada kedekatan Joy dengan Junet. Jhon pun merencenakan sesuatu untuk menyingkirkan Junet.

"Aku harus menyingkirkan Junet jelek itu, tapi bagaimana caranya? Ahai... aku
tahu, aku tahu," Gumam Jhon.

Si Jhon sudah matang dengan rencananya yang hendak menyingkirkan Junet. Bersama kedua teman yang sama-sama anak jalanan, mereka pun menghadang Junet di petang itu.
Jhon dan kawan-kawan menghentikan
langkah Junet. Tanpa berbasa-basi,
diayunkannya sebuah kayu yang Jhon
genggam ke tubuh Junet. Junet sempoyongan kemudian tersungkur karena hantaman berikutnya mendarat di tubuh Junet dengan kerasnya.

"Kalian ini sia...pa?" Suara Junet dengan
menahan sakit.

"Kamu tidak perlu tahu siapa kami. Jauhi Joy, maka kamu aku biarkan hidup," Jhon membanting kayu di tangannya ke tanah, lantas mengajak kedua temannya
pergi dari tempat itu.

"Siapa mereka? Aduh duh aduh.., Menjauhi Joy? memang ada apa dengan Joy?" Junet meringis. Dia tidak mengenali
si Jhon dan temannya karena mereka
mengenakan tutup muka.
Selepas ancaman disertai pemukulan itu, Junet memang tidak lagi menemu Joy,
tapi Joy lah yang menemui Junet. Lelaki gendut itu pun menceritakan kejadian
dimana dirinya diancam dan dipukuli
menggunakan kayu. Mendengar hal itu, Joy menjadi prihatin. Dia sendiri tidak tahu siapa yang mengancam Junet.
Lama kelamaan Joy merasa simpatik
juga kepada Junet. Joy merasakan kalau dirinya telah jatuh cinta kepada lelaki
gendut itu.
Tanpa berpikir panjang dan membuang
rasa malu, Joy pun mengatakan kalau
dirinya suka pada Junet.

"Ah kamu Joy, masa kamu suka sama
lelaki jelek seperti diriku. Aduh duh aduh," Kata Junet sambil memegangi luka di
tubuhnya.

"Ya sudah kalau tidak percaya, aku mau
pulang saja,"

"Eits... tunggu dulu..., iya aku percaya,"
Junet menarik tangan si Joy. Perempuan itu hampir saja ambruk ke dada lelaki
tersebut. Mereka saling melempar senyum, kemudian tertawa. Kini mereka saling berbagi rasa, bercumbu di taman hati penuh pesona. (*)

0 Response to "Jatuh Cinta Tak Pandang Siapa"

Posting Komentar

wdcfawqafwef