Template information

Catatan si Chelsie, Part 6



"Bang Vincent," Adiknya Anton yang bernama Bino itu kaget tapi senang melihat Vincent. Dia yakin kalau kedatangan pria itu akan membebaskan dirinya.

"Bino, kamu baik-baik saja kan?" Kemudian Vincent menatap Diego.

"Seperti yang abang lihat, aku babak belur dihajar mereka," Bino menatap Diego dengan tatapan kebencian.

"Sudahlah Bino. Diego, apa bisa dia dibebaskan sekarang?" Tanyanya Vincent.

"Iya Cent.
Hei kalian, cepat bebaskan Bino," Ucap Diego. Anak buah Diego yang menjaga kamar itu langsung menjalankan perintah boss-nya.
Borgol di tangan Bino dibuka. Kini Bino sudah bebas, tapi adik dari Anton Jabrik itu melirik ke atas meja tidak jauh darinya berdiri. Dilihatnya sebuah pisau yang tadi digunakan untuk mengupas buah mangga oleh penjaga kamar.
Dengan gerakan cepat Bino menyambar pisau itu dan hendak menusukkannya ke tubuh Diego. Tapi, Vincent dengan cepat mematahkan serangan si Bino. Ditendangnya tangan Bino hingga pisau itu terlempar jauh menghantam dinding kamar.

"Bino!!!" Suara Vincent dengan mata melotot menatap Bino. Melihat si Bino berulah dan hampir melukai Diego, para anggota Gank Kreo yang berada di tempat itu langsung meringkus si Bino, kemudian kembali memborgolnya.

"Dasar tidak tahu di untung!!!" 'Praaak!!!' Sebuah pukulan dari Diego melayang di wajah Bino, adik Anton Jabrik itu pun terhuyung.
Apa yang dilakukan Bino tadi tentu saja menohok Vincent. Usaha Vincent untuk membebaskan Bino dari Diego pun menjadi sia-sia.
Vincent meminta maaf pada boss Gank Kreo, dan mereka meninggalkan kamar penyekapan itu.

"Maafkan aku Diego," Kata Vincent.

"Bukan kamu yang harus minta maaf Cent, tapi memang dia yang tak tahu di untung.
Jika Gank Jabrik tidak terima dan mau menyerang, aku akan menghadapinya," Ucap Diego dengan rasa geram pada Bino. Vincent diam, dia berpikir agar sebisa mungkin kedua belah saling serang hanya karena Bino.

"Diego, maaf. Aku tidak tahu apa yang harus lakukan. Bino ternyata masih seperti itu. Namun begitu, aku pribadi tidak ingin ada pertumpahan darah antara Gank Kreo dan Gank Jabrik,"

"Iya Cent, tapi mau bagaimana lagi kalau mereka tetap nggak menerima. Peperangan mungkin jalan terakhir," Wajah Diego masih memerah menahan rasa marah pada Bino. Sementara itu di kamar tempat Bino dikurung, terdengar suara teriakan dan rintihan dari adik Anton Jabrik karena lelaki itu sedang dihajar habis-habisan oleh anak buah Diego.
Jauh di tempat lain, Anton Jabrik dan anak buahnya resah menunggu kabar dari Vincent.
Rupanya Anton Jabrik cs tidak sabar, mereka bergerak memuju markas Gank Kreo.
Mereka bergerak cepat, sebentar saja sudah berada di depan markas yang terlihat angker.

"Woi..., ada Jabrik cs!!! Ada penyerangan!!!" Suara penjaga pada teman-temannya. Seketika suara menjadi gaduh oleh persiapan. Mereka langsung menyambar senjata di dekatnya dan berhamburan menyambut kedatangan Gank Jabrik, pertarungan pun tak terhindarkan.
Vincent dan Diego melompat dan menuju ke arena pertempuran.

"Hentikan.....!!! Kalian semua, tahan... jangan saling serang!" Suara Vincent, tapi suaranya tak dihiraukan, mereka terus saling baku hantam.
Vincent memandang Diego, dan mengatakan sesuatu kepada pimpinan Gank Kreo tersebut.

"Baiklah Cent. Semua... hentikan...!!!" Mendengar teriakan lantang Diego, orang-orang Gank Kreo melompat mundur dan menghentikan gempuran, begitu juga dengan Jabrik cs mereka memandang ke arah Vincent.
Vincent yang berdiri diantara dua gank itu kemudian angkat bicara guna menenangkan situasi.

"Saudaraku semua, hentikan perseteruan ini. Tidak ada gunanya kita saling serang hanya karena satu masalah yang sebenarnya mudah diselesaikan.
Anton, aku ingin bicara kepadamu," Vincent mendekat ke arah Anton Jabrik, kemudian menjelaskan apa yang tadi dilakukan oleh Bino setelah dilepaskan ikatan di tubuhnya.

"Benarkah Cent? Hemmmmm," Anton Jabrik yang bertubuh kerempeng tapi berwibawa itu memandang Vincent dengan sorot mata tajam.

"Benar Ton. Jadinya aku sendiri serba salah harus bagaimana," Kemudian mahasiswa itu menoleh ke arah Diego.
Sejenak Vincent terdiam, lantas diajak bicara kedua pimpinan kelompok tersebut dengan hati teduh. Diego dan Anton mendengarkan Vincent dengan rasa hormat.
Vincent mengajak Anton dan Diego untuk duduk, mereka membicarakan persoalan itu. Mungkin karena wibawanya seorang Vincent di mata mereka, Diego akhirnya membebaskan Bino dengan syarat adik dari Anton Jabrik itu tidak berulah lagi sama Gank Kreo. Anton Jabrik sendiri mengatakan akan menghajar adiknya jika ia terbukti berbuat ulah lagi dengan gank pimpinan Diego.
Suasana damai kini terlihat dari kedua gank yang tadinya berseteru.
Bersama Gank Jabrik, Vincent kemudian meninggalkan markas Gank Kreo. Diego memandang langkah mereka dengan tersenyum senang, tapi tidak demikian dengan Bino, dirinya masih sinis pada yang namanya Gank Kreo pimpinan Diego Darah.


"Kenapa sih Vincent selalu mengurusi orang-orang seperti itu? Heran deh!
Kalau aku jadi Vincent, nggak bakalan bergaul sama preman-preman seperti mereka, huh!
Waduh, jangan-jangan nanti Vincent ketularan dengan kelakuan mereka? Suka mabuk, ngutil, jambret, judi, berantem, membunuh. Bisa bahaya ini, Vincent...!" Ucap Chelsie yang tengah sendirian di halaman rumahnya. Gadis cantik itu sejenak mendongakkan wajahnya ke atas. Dilihatnya langit tampak mendung tersaput awan hitam.
Chelsie menghela nafas, lantas bangkit dari kursi dan masuk ke dalam rumah.
Diambilnya sebuah buku tulis dan pena, dia terdiam sebentar, lalu mengguratkan pena di atas kertas, merangkai kata.

(Bersambung).

0 Response to "Catatan si Chelsie, Part 6"

Posting Komentar

wdcfawqafwef