Template information

Tembelek Cinta

Wajahnya memerah, dia kemudian pergi meninggalkan lelaki berkaca mata itu.
Wanita tadi melambaikan tangan ke arah taxi yang menuju ke arahnya. Sementara lelaki itu menggerutu sendiri karena sikap perempuan tersebut, ia memakai helm pelindung kepala dan langsung tancap gas memacu sepeda motornya dengan kecepatan tinggi.

Pertengkaran memang sering terjadi kapan saja dan pada siapaun juga, tidak terkecuali pada dua orang tadi.
Hanya karena masalah sepele, yakni wanita itu tidak diurusi oleh lelakinya dalam meminta sesuatu yang sebenarnya harganya murah. Mereka kemudian adu mulut sebentar sebelum perempuan tersebut meninggalkan pria itu.

Rupanya rasa kesal wanita itu kepada lelakinya berlangsung cukup lama, sampai-sampai lelakinya menelfon dia pun tak diangkatnya.
Dia terus mengomel sendiri dengan bibirnya moncong hingga seperti ikan cucut.
Sementara itu sang pria pun menggerutu, dia tidak pernah menyangka jika wanitanya akan terus ngambek karena masalah sepele.

"Dasar laki-laki kere! Diminta membelikan baju saja alasannya tidak punya duit, huh!!! Buat apa juga dia nelfon?!" Dia terus nyerocos sendiri.

"Dasar wanita sundel! Tidak mau mengerti kalau kantong lagi bokek, huh!!! Di telfon pun nggak mau ngangkat," Lelaki itu ngedumel sendiri.

Tidak janjian seperti biasanya saat mereka akur dan mesra, mereka berdua bertemu di sebuah pasar malam. Mereka saling pandang sebentar, kemudian saling memalingkan muka, parah memang.
Di pasar malam, kedua orang itu saling menghindar. Mereka berjalan memutar berlainan arah. Sesekali mereka saling menengok mencari posisi masing-masing berada.

Tidak terasa malam kian beranjak larut, mereka pun sudah kelelahan mengelilingi stand demi stand di arena pasar malam tersebut.
Bersama temannya, wanita itu berniat mengisi perut yang sudah keroncongan dengan semangkuk Bakso. Tak disangkanya, ia berpapasan dengan lelaki yang kemarin membuatnya jengkel.

"Huh dasar kere! Ketemu dia lagi, sebel!" Wanita itu memalingkan pandangan.

"Halaaaaaahhhh, namanya juga cinta, kemana saja pasti ketemu Vin," Suara temannya Vina.

"Cinta? Cuih, memangnya aku suka pada dia, sorry lha yaooooo," Kata Vina sok centil.

"Halah halaaaaaaahhh, biasanya kalian pergi bareng kok, iya kan? Dan apa itu namanya tidak suka? Hikhikhiiik,"

"Itu kan dulu Dil, sekarang no way!!!"

"Wuih, segitu bencinya kamu sama Paijo. Kalian ada masalah apa sih Vin?"

"Nggak ada,"

"Serius? Ah bohong...., iya kan?"

"Sudah ah Dil, kita makan yuk, lapar nih...!"

"Lha terus bagaimana dengan Paijo tadi? Heran aku sama kamu Vin... Vin,"

"Sudah deh, dia hanya tembelek cinta buatku,"

"Maksudmu Vin?"

"Sudah jelas kan, memangnya kamu mau sama tembelek?" Kedua wanita tadi memasuki Warung Bakso. Sementara itu lelaki yang bernama Paijo mengikuti Vina dan Dila. Pria tersebut kemudian masuk ke Warung Bakso dan memesan makanan.
Melihat Paijo masuk ke dalam warung, Vina uring-uringan. Ingin dia mengajak Dila untuk meninggalkan tempat itu, tapi bakso terlanjur sudah ada di hadapan mereka.

"Hei Vina," Sapa Paijo.

"Apa?! Nggak usah memanggilku," Kata Vina sinis.

"Kok begitu sih Vin, aku kan cinta kamu,"

"Cinta? Malu tahu di dengar orang! Cintamu juga cuma tembelek!" Vina berdiri dan menarik bahu si Dila. Dengan muka manyun Vina berlalu dari hadapan Paijo dan membayar majanannya. Paijo terbengong dengan sikap Vina. Dia menepuk jidad karena nasibnya dikatain tembelek.
Ingin rasanya Paijo menarik bibir itu cewek kalau saja tidak malu sama orang-orang di dalam warung tersebut.

"Huh dasar wanita sundel! Aku cintaku disamakan dengan tembelek, awas kamu Vin," Paijo menghabiskan sisa baksonya. Dia keluar warung setelah membayarnya dan langsung menuju ke rumah.
Apa yang dikatakan Vina tadi sangat membebani pikiran dan perasaan si Paijo. Dia pun mengancam jika suatu saat nanti akan membuat Vina bertekuk lutut kepada dirinya.

"Aku akan membuatmu bertekuk lutut di kaki ku Vin, masa diriku yang ganteng seperti ini, cintanya disamakan dengan tembelek ayam?! Awas kamu Vin...!!!" Ancam lelaki itu. Namun ancaman Paijo tidak pernah kesampaian sampai sekarang karena sehari kemudian si Vina pergi meninggalkan kampungnya dan hidup di kota, bekerja. (*)

0 Response to "Tembelek Cinta"

Posting Komentar

wdcfawqafwef