Template information

Depan Rumah


"Mana itu barangnya, Bu?"
"Ada, depan rumah,"
"Nggak ada, Ani sudah mencarinya kok,"
"Ada..., lha wong tadi bapakmu yang menaruh,"
Ani dan ibunya sama-sama menuju ke depan rumah. Ibunya Ani tampak celingukan karena yang ditanyakan sang anak tak terlihat.
"Itu kan nggak ada," Ani cemberut.
"Iya, kemana itu barang? Padahal tadi ada di situ, ditaruh sama bapakmu," Kata ibunya Ani dengan menunjuk sisi pagar rumah.

Ani terlihat cemberut lantaran barang yang akan dikirim itu tidak ada di tempat.
Seperti hari biasanya, Ani mendapatkan kiriman barang dari pak Anto untuk kemudian ia kirim ke kota. Ani sendiri adalah seorang pengirim jasa barang yang dia kerjakan sendiri. Biasanya setelah Ani mendapat job barang untuk di kirim ke kota tujuan, wanita itu mengerjakan sendiri dengan mobil pribadi yang juga ia kemudikan sendirian.
Macam-macam barang yang biasa Ani terima untuk di kirim sesuai alamat yang ditunjukkan oleh para pelanggannya Ani. Jika ditanya kenapa mereka lebih senang memakai jasa Ani untuk mengirimkan barangnya dan bukannya ke jasa pengiriman yang sudah terkenal? Mereka rata-rata menjawab karena service si Ani tersebut sangat memuaskan dan bertanggung jawab. Bukan itu saja, mereka juga melihat kejujuran wanita itu bisa dipertanggung jawabkan. Selain dia jujur dan bertanggung jawab, pelayanan Ani juga sangat simple dan cepat. Mereka tinggal mengantarkan barangnya atau meminta Ani untuk mengambil di rumah mereka, kemudian menunjukkan alamat tujuan pengiriman dan memberikan ongkos, selesai. Maka Ani akan segera mengerjakan itu dengan cepat tanpa ribet.

Pagi menjelang siang, Ani tampak mempermainkan pena dengan sesekali menggigit ujungnya. Wanita tersebut seperti resah memikirkan barang yang tadi dikirim pak Anto.
Dia berulang kali berdiri dari tempat duduk. Diperiksanya kembali depan rumah, tapi barang yang dimaksud tetap tidak ada.
'Ngeeeekkk' derit pintu di dorong dari luar, seorang bapak masuk ke rumah itu. Dengan cepat Ani langsung menanyai orang tersebut perihal barang dari pak Anto.

"Pak, barang dari pak Anto tadi dimana?"
"Lha, tadi kan ada di sana tho nduk," Jawab bapaknya Ani.
"Nggak ada kok pak. Coba bapak lihat, tidak ada kan?"
"Kok bisa? Tadi barangnya bapak taruh di situ kok nduk. Ehmmm kemana itu barang? Waduh..., bisa bahaya kalau barangnya hilang nduk!
Ehhhh bapak lupa nduk, itu barangnya bapak tutupi terpal, takut terkena air hujan, heheheee,"
"Itu kan bapak," Bergegas Ani melihat terpal yang seperti teronggok di pojok kanan depan rumah, sementara bapaknya Ani terkekeh untuk kemudian masuk ke kamarnya.

Wajah Ani sumringah penuh semangat setelah dibukanya terpal tersebut. Dua buah karung besar dari pak Anto itu siap diangkutnya ke kota.
Ani memanggil bapaknya. Dua karung itu lantas diangkat dan dimasukkan ke mobil yang sedari tadi sudah dipersiapkan.
10 menit kemudian Ani berangkat ke kota mengantarkan barang dari pak Anto. Depan rumah itu kembali penuh barang untuk dikirim nanti dari para pelanggan.
Oleh karena jarak tempat tinggal Ani dengan kota tujuan pengiriman barang yang tak terlalu jauh, maka Ani tak harus menunggu banyak barang untuk dikirimnya bersamaan dan hal itu tidak membuatnya rugi karena semua sudah diperhitungkan olehnya.
Di depan rumah itu lah urat nadi perekonomian Ani dimulai dari dulu hingga kini. (*)

0 Response to "Depan Rumah"

Posting Komentar

wdcfawqafwef