Template information

Bisik Nita Pada Nicola Sang Jagoan



Bisik Nita Pada Nicola Sang Jagoan.

Dua anak manusia berlain jenis itu saling pandang dengan nafas serasa berhenti di dada. Dia, lelaki bertubuh tegap berambut cepak tersebut memandangi wajah cantik di hadapannya.
Sejenak Nicola menarik nafas pelan, tak di sadarinya buliran air mata merembes hingga menyeberangi pipinya yang tampak kasar karena sering tersengat sinar matahari.

“Aku, aku tak bisa Nic,” ucapnya dengan mimik wajah penuh kekhawatiran. Berlahan tangannya mendekat dan merayap di punggung telapak tangan Nicola, pelan suaranya tampak pilu terdengar.

“Kenapa tidak bisa Nit? Bukankah, bukankah…,” Suara Nico berhenti, ia melirik kearah jendela, seseorang tampak sedang melintas.

Kamar berdinding warna pink tipi situ tampak sunyi. Nicola dan Nita tampak menyelami apa yang masing-masing sedang rasakan.
Perlu diketahui, Nita baru saja kenal dengan Nicola, tepatnya baru dua bulan ini mereka saling dekat setelah sebelumnya dipertemukan dalam sebuah insiden kecil di sebuah pesta pernikahan temannya Nita.
Di pesta pernikahan itu, tidak sengaja Nicola menabrak Nita yang sedang berbincang bersama teman yang lain.

“Maaf nona, maaf,” kata Nicola dengan nafas ngos-ngosan. Gelas di tangan Nita terhempas ke lantai keramik hingga beling berserakan dan mereka menjadi perhatian banyak orang yang hadir di sana.
Wajah Nita terlhat merah padam, sementara lelaki di hadapannya terlihat kebingungan. Dalam suasana seperti itu teman-teman Nita malah cekikian keki.

Nico adalah Nico, seorang lelaki yang di kenal baik oleh banyak orang. Tanpa rasa malu, Nico segera meminta maaf kepada Nita pun dia mengatakan jika kejadian itu tidak di sengajanya.
Kedua mata Nita menatap wajah Nico lekat-lekat, seperti mengiyakan ucapan Nico, wanita cantik dengan rambut hitam sebahu itu lantas menggemingkan bibirnya dan memaafkan lelaki tegap yang masih berdiri.

Suara sound di depan rumah pengantin terus menggema, Nita dan teman-temannya beranjak dari kursi tamu menuju ke tempat mempelai.
“Diah, selamat berbahagia, ya. Kami pa,it pulang dulu,” ucap Nita dan mewakili teman-teman.
“Kenapa terburu-buru sih Nit, tunggu sejenak sampai dia muncul,” kata Diah yang merupakan pasangan berbahagia di hari itu.
“Maksud kamu Diah?” Nita penasaran, matanya terkerling.
“Iya Nit, dia akan Aku perkenalkan denganmu, bukankah aku pernah mengatakan hal ini tempo hari” Diah memandang wajah Nita. Sebentar pengantin perempuan itu tersenyum taatkala dilihatnya serang gagah mendekat.

Dia adalah Nico yang mendekat kearah Diah dan yang lain. Sekilas Nita cemberut, sepertinya ada rasa kurang senang dengan kedatangan lelaki yang sedang di tunggu Diah.
“Nico, dialah maksudku,” pelan telunjuk Diah mengarah ke Nita. Mendengar perkataan Diah tadi spontan Nita terkejut, perempuan ini tidak tahu apa yang dimaksudkan sahabatnya yang lebih duluan naik ke pelaminan.

Setelah Diah menjelaskan semuanya kepada Nita dan Nicola, mereka pun mengerti bahwaq maksud dari temanya itu tiada lain ingin memperkenalkan dan mempereratkan keduanya. Sebagai lelaki yang selalu menghormati siapa saja, Nicola tampak tersenyum mendengarkan penjelasan Diah. Berbeda halnya dengan Nita, wanita itu terlihat acuh atas perkenalannya dengan Nicola.

Hri kian sore, Nita bersama teman-temannya melangkahkan kaki keluar dari rumah Diah, sementara Nico terlihat termangu menatap Nita.
“Ada apa Nico?” tanyanya Diah.
“Tidak ada apa-apa kok,” lelaki bernama Nico meraih gelas dan seteguk ia meminum isinya. Perlu diketahui bahwa Nico dan Diah adalah dua sahabat yang sejak lama saling mengenal.
Lima belas menit sudah kepergian Nita dari hadapan Nico. Lelaki yang biasa saja jika bertemu wanita baru dikenalnya itu sekarang tampak gelisah. Entah apa yang sekarang ada di benak Nico, lelaki dengan potongan rambut cepak itu menghela nafas, tampaknya ada sesuatu yang sedantg ia pikirkan.

Pertemuan Nita dan Nicola tak dinyana berlanjut, hal itu saat mereka bertemu kembali di sebuah gang pasar dekat sebuah Mall.
Berbeda dengan sikap Nita yang agak ketus di pernikahannya Diah, sekarang wanita cantik bertubuh tinggi semampai tersebut tampak mengembangkan senyum bertemu dengan Nico.
Tanpa ada rasa sungkan lagi, Nita memulai perbincangan. Kedua anak manusia itu terlihat lebih akrab di banding saat pertama bertemu.
“Hai Nita, kamu sedang apa di sini?”
“Hai Nicolas, ini lagi mencari sesuatu,” Nita sedikit tersipu.
“Awas Nita…!!!” keras suara Nicolas. Nita kaget dan terjerembab, hampir saja wajah cantiknya menggesut aspal jalanan.
Entah dari mana datangnya, tiba-tiba dua lelaki kekar menyeruduk Nita dan Nicolas. Salah seorang dari lelaki itu menyambar tas kecil yang Nita pegang, lalu mereka kabur menjauh dari Nita dan Nico.
Melihat apa yang terjadi dan menimpa Nita, Nicolas langsung bangkit dan mengejar kedua lelaki kekar yang menggondol tas kepunyaan temannya tadi.

”Hai kalian, berhenti…!!!” lantang suara Nicolas. Dia terus mempercepat larinya dan… ‘buuukkk’ satu hantaman melayang mengenai tubuh salah seorang dari jambret itu. Tidak ingin diam atas hantaman pengejarnya, mereka membalikan tubuh untuk kemudian bergantian melakukan pemukulan.
Suasanya kian ramai dengan datangnya banyak orang mendekat kearah perkelahian. Panik seketika menyergap dua lelaki penjambret, ‘jruuuttt’ sebuah tusukan pisau mendarat telak di perut Nicola. Kedua lelaki tadi langsung kabur meninggalkan Nicola yang sempoyongan dengan luka menganga pada perut.

”Nicola, Nicola…, kamu tidak apa-apa?” Nita terhenyak menyaksikan tubuh tegap Nicola ambruk dengan bersimbah darah. Tubuh wanita cantik itu bergetar di samping Nicola.

Tidak ingin terejadi yang lebih parah, Nita dengan dibantu beberapa orang di pasar itu lantas membawa Nicolas ke balai pengobatan.
“Nicola, maafkan Aku, ya,” agak terbata suara Nita. Nicola yang terpejam menahan sakit itu membuka mata, ia tersenyum meski tipis.
“Nita, bolehkah Aku menyampaikan sesuatu kepadamu?”
“Tentang apa itu Nic?”
“Aku…, uhuk ehmmm,”
“Kenapa Nico?”
“Enggak apa-apa kok Nit. Tidak jadi deh,”
Nicola yang wajahnya semakin pucat itu sebentar-sebentar memejamkan kedua mata, sementara Nita terus memperhatikannya dengan perasaan bersalah.Sudah hampir setengah jam Nicola di ruang perawatan, tapi dokter yang akan menanganinya tak knjung dating.
“Nicola,” Nita tampak tegang dengan tubuh Nicola yang mulai terlihat melemah dan sesekali mengejang.
“Apa yang terjadi dengannya? Nicola,” Kedua tangan Nita menempel di lengan lelaki yang kini terbaring lemah.
“Nita, bila terjadi sesuatu denganku, maka kabarkan pada keluargaku, ya,”
“Kamu bicara apa sih Nic, Nicola…,” wanita mengguncang-guncang tangan Nicola. Dilihatnya nafas lelaki di hadapannya tersengal-sengal sebelum tubuhnya tampak diam. Nita yang panic lantas mendekatkan wajahnya ke telina Nicola.
“Iya Nic, Aku akan mengabarkan ke keluargamu. Tapi.. kamu jangan begitu dong. Nic, Nicola, kamu jagoanku, ayo sembuh Nic,”
Mendengar yang dikatakan wanita di sampingnya itu, hati Nicola tertawa. Nita yang dulu di rasanya keras pada sikap sekarang sudah mempunyai kekhawatiran atas dirinya. Nicola memicingkan sebelah mata saat di dengarnya derit pintu ruang pengobatan, rupanya dokter yang di tunggunya sudah datang. Bisikan Nita pada Nicola telah memberikan satu semangat di tengah perjuangannya untuk kesembuhan dari luka. (*)

0 Response to "Bisik Nita Pada Nicola Sang Jagoan"

Posting Komentar

wdcfawqafwef