Template information

Cinta Dita Sang Anak Dosen



Perkenalanku sama Dita pada pertengahan April lalu telah menjadikan sebuah kesan mendalam. Pasalnya setelah beberapa kali pertemuan sejak kami berkenalan di sebuah Mall, Dita kemudian menyuguhkan sesuatu yang sangat berharga untukku.


Dita adalah anak dari seorang dosen perguruan tinggi di sebuah daerah tidak jauh dari tempat tinggalku. Aku sendiri seorang remaja pengangguran yang telah lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) tahun lalu. Kami bertemu dan berkenalan di sebuah Mall sore itu saat langit mengguyurkan air ke tanah alias hujan deras.

Aku yang kebetulan sendirian sambil menyedekungkan kaki di depan Mall, melihat seorang cewek lumayan cantik dan terlihat sedang risau.

Cewek tadi kulihat seorang diri tanpa teman di susihnya. Dia terlihat galau sambil sesekali melihat ke langit yang lagi gelap.

Cewek tadi terus kuperhatikan dengan seksama, dari ujung rambut sampai ujung kaki, hampir sempurna dengan lekuk tubuh proposional yang dibalut pakaian ketat.
Berlahan aku menggeser duduk mendekat ke cewek yang berdiri tidak jauh dariku tersebut.

"Sendirian mbak?" Sapaku dengan bibir sedikit gemetar menahan hawa dingin. Dia menoleh dan memperhatikan diriku. Aku tersenyum, sementara dianya diam saja dengan kedua bola mata tetap menatapku.

"Uhuk uhuk," Suara cewek itu.

"Kenapa mbak, batuk?"

"Iya,' Suaranya agak serak.

"Masuk angin kali, kok wajahnya pucat seperti itu," Kataku sekenanya. Cewek itu mengangguk kecil dengan disusul menyedakepkan kedua tangan di dada, mungkin menahan dingin. Melihat hal itu aku langsung berekspresi dengan senyuman manis dan mencoba menawarkan sesuatu biar dianya hangat sedikit.

"Perkenalkan, namaku Jhoni. Ehmmm, ini buat penghalang terpaan angin dingin," Ucapku yang lantas menyodorkan jaket kulit yang tadi kukenakan. Cewek di sampingku itu hanya menoleh sebentar, lantas berpaling lagi dari menatapku.

Tidak mau gagal dengan niat berkenalan, aku kembali menyodorkan jaket kepada dia. Dia seperti malu-malu untuk menerima jaketku. Aku tersenyum, kemudian sedikit menggodanya dengan banyolan ringan.

"Aku malu untuk menerima jaket itu mas, lagian kita kan nggak saling kenal," Suaranya agak serak dan kembali dia menyedakepkan kedua tangannya dengan kuat.

"Iya sih, tapi aku tadi kan sudah memperkenalkan diri, iya tho?

"Nama mbak sendiri siapa, boleh dong saya kenal?"

"Ehmmm, namaku Dita," Jelasnya yang kemudian dia menyebutkan nama. Dita memandangi aku yang memang bertampang manis (kata teman-temanku juga begitu coy) sehingga orang tak bosan bila bertatap muka dengan diriku.



Hari semakin gelap, sementara hujan belum juga reda. Aku dan Dita terus berbincang disela menahan hembusan angin dingin.
Kulihat Dita resah diantara senyum manisnya kepadaku. Oleh karena tidak mau terus-terusan penasaran, kemudian aku menanyainya sebab kenapa ia gelisah. Dia bilang kalau ingin segera pulang ke rumah karena ada banyak tugas perkuliahan yang harus diselesaikan. Sedari tadi Dita menunggu Ayahnya yang katanya akan menjemput di Mall, tapi ayahnya itu tak kunjung datang. Sialnya, hp Dita mati karena daya batterai habis. Dia pun ingin pulang dengan naik kendaraan umum, tapi katanya dompetnya nggak ada di saku celana. Entahlah, yang pasti dalam keadaannya seperti itu tadi kemudian aku pun memasang aksi kebaikan dengan menawarkan diri untuk mengantarnya pulang.

Tawaranku pada Dita tidak serta merta diterimanya brgitu saja olehnya. Melainkan dia dengan teliti menanyai siapa diriku sebenarnya, sampai-sampai dia memintaku untuk menunjukan kartu identitas diri.

Untung saja aku pemuda yang cukup memperhatikan identitas saat bepergian. Aku tunjukan Kartu Tanda Penduduk kepada Dita. Sejenak cewek itu memeriksa keabsahan KTP tersebut untuk selanjutnya mengangguk iya, mempercayaiku.

Dengan menaiki sepeda motor butut aku antar cewek bernama Dita itu pulang di tengah hujan yang mulai mereda.

Cukup jauh juga tempat tinggalnya dari Mall tadi, ada sekitar 2 km. Setelah sampai di depan rumahnya yang lumayan megah, aku disuruhny masuk.

Ingin sih aku untuk masuk ke rumah cewek tersebut, tapi tiba-tiba saja hpku bergetar, ibuku menelfonku agar cepat pulang karena adikku yang bungsu harus segera diantar ke rumah sakit lantaran sakit livernya kian parah.

Dengan rasa berat hati kemudian aku memutuskan untuk segera pulang dan tidak jadi masuk ke rumah cewek cantik tersebut. Sebagai gantinya, Dita memberikan nomor hpnya dan memintaku untuk menghubunginya nanti.

Semenjak perkenalan dengan Dita itu, kini hariku tak lagi sepi. Dita sering menrlfon dan berkirim SMS kepadaku. Ada saja bahan obrolan dari Dita hingga kami sering tertawa riang tiada kejenuhan.

Rupanya perkenalan itu terus berlanjut hingga bulan ke empat, kami pun sering bertemu walau untuk sekedar bercengkerama ringan dan dimana sesuatu yang masih tabu buatku itu akhirnya kami lakukan.

"Jangan Dit, nanti ada yang tahu! Lagian aku belum pernah melakukan hal seperti ini," Kataku saat Dita dengan tanpa malu mengajakku untuk berciuman.

"Kenapa Jhon? Kan di rumah tidak ada siapa-siapa," Ucapnya. Memang, tadi Dita bilang kalau kedua orang tuanya masih sibuk di kampus untuk mengajar. Kedua orang tua Dita adalah dosen di perguruan tinggi itu. Sementara Dita sendiri tidak masuk kuliah karena beralasan sakit, padahal kemudian dia bilang ke aku kalau itu salah satu cara agar dia bisa bertemu denganku seharian di rumahnya.

Apa yang dikakukan Dita kepadaku terbilang nekat, pasalnya dia ngeyel ingin menciumku. Terpaksa aku biarkan bibirnya mendarat di pipiku. Bukan hanya itu, bibir mungilnya lantas menelusuri setiap sudut wajahku. Bibirku dilumatnya rakus seakan tengah melampiaskan nafsu yang lama terpendam.

Aku yang memang belum pernah melakukan hal seperti itu hanya bisa menerima setiap pagutannya tanpa ada niat membalas. Hal itu tak menyurutkan Dita dalam mendapatkan sesuatu dariku. Cewek cantik anak pak dosen tersebut terus merangsek dengan hasrat tinggi.

Tet tet tet teeeeeeettttt! Tiba-tiba bell rumah Dita berbunyi. Dita langsung menarik wajahnya dariku. Bergegas dia mengintip dari balik kaca jendela. Wajah cantiknya mendadak sedikit pucat. Diliriknya jam dinding yang tertempel agak ke sudut ruangan tamu tersebut.

"Bapak dan Ibu, gawat!" Suaranya agak takut. Dita membuka pintu dan pergi ke depan membuka pintu pagar rumah.

"Siapa dia Dit?! Sekarang kamu sudah berani mengajak teman pria ke rumah, ya?!!!" Tanyanya lelaki bertubuh tinggi jangkung kepada Dita. Dia adalah bapaknya Dita. Wajahnya kaku menatapku dengan sorot mata tajam sedang marah. Aku menundukan wajah ke lantai setelah menatap lelaki itu sebentar.

Benar saja, ayahnya Dita kemudian memintaku untuk meninggalkan rumahnya sebelum beliau bertambah jengkel.

Dengan rasa takut dan malu, aku pamit meninggalkan rumah tersebut. Dita sendiri menatap langkahku dengan perasaan bersalah.

Hampir sebulan aku enggan bertemu Dita karena takut ayahnya marah. Namun cewek berambut sebahu dengan lesung pipit di wajahnya tersebut tak surut dalam niatnya untuk mendapatkan cinta dariku, dia terus bergerilnya dan meyakinkan kakau ayahnya tak marah asal diriku bisa menunjukkan niat baik atas pertemenan kami berdua.

Dita terus merengek agar mau menerima cintanya dan tidak takut lagi sama ayahnya yang katanya sedikit temperamental tersebut. Maklum, ayahnya Dita punya penyakit darah tinggi yang mana sering cepat marah jika melihat sesuatu yang dianggapnya tak baik dan tak menarik di matanya. Akan tetapi hal tersebut kemudian lambat laun berubah, ayahnya Dita kemudian bisa menerimaku sebagai teman dari anaknya setelah diriku bisa melarutkan diri di tengah kemarahannya dengan banyolan-banyolan menghibur.

Menginjak bulan ke lima, aku dan Dita kian mesra saja karena diriku telah mampu mengambil hati orang tuanya cewek tersebut. Bahkan ayahnya Dita sering memintaku untuk datang ke rumah dan mengajak makan malam, lantas berbincang tentang apa saja dengan diselingi guyonan ringan.

Cinta Dita sang anak dosen kepadaku telah terpatri. Kami menjalin tali asmara di tengah kesibukan belajar. Aku sendiri kemudian melanjutkan kuliah di perguruan tinggi dimana Dita menuntut ilmu. Kami berkomitment untuk saling menjaga hubungan menuju ke pelaminan, walaupun itu masih jauh waktunya. (*)

1 Response to "Cinta Dita Sang Anak Dosen"

  1. Cinta Dita sang anak Dosen, judulnya bagus begitu juga dengan alur ceritanya, bagus sekali gan..
    http://madumoe.pokerdominoterpercaya.biz

    BalasHapus

wdcfawqafwef