Template information

King Cho Fang Gang Dari Vietnam




King Cho Fang Gang Dari Vietnam

Similar angin di pagi itu terasa bersahabat setelah semalam hawa panas menyambagi perkampungan Tong Fho Hang. Di malam itu desa yang terletak tidak jauh dari bantaran sungai Fucingsing yang masuk dalam wilayah Gelgel, Vietnam, tampak masih lengang karena para penduduk biasanya beluim melakukan aktivitas berarti.

Perkampungan Tong Fho Hang sudah lama ini terlihat senyap setelah terjadinya penyerangan oleh sekelompok orang yang menamakan dirinya King Cho Fang atau bisa disebut sebagai pengikut Raja Cho Fang.
Raja Cho Fang sendiri sebenarnya bukanlah penguasa di suatu kerajaan atau pemerintahan melainkan itu hanya nama biasa yang digunakan oleh segerombolan orang beringas dan bengis. Raja Cho Fang adalah sebuah gang besar yang sering membuat onar di berbagai daerah.

Pemimpin gang Raja Cho Fang bernama We Chiang Chok, seorang residivis yang sering keluar masuk bui karena banyak melakukan kejahatan.
We Chiang Chok dulunya berasal dari keluarga kaya yang berpengaruh di daerahnya dan memiliki banyak kawan. Pada suatu ketika keluarga We Chiang Chok terpuruk, semua perusahaan miliknya jatuh terimbas oleh bencana alam serta maraknya kekacauan pada waktu itu.
Orangtuanya We Chiang Chok berusaha bangkit, tapi hampir semua staff perusahaannya berlaku licik dengan mengalihkan semua aset perusahaan ke pribadi masing-masing. Saat itulah orangtuanya We Chang Chok jatuh sakit sebelum akhirnya meninggal dunia.

Sepeninggalan orang tuanya, We Chiang Chok hidup terlunta-lunta karena tidak lagi memiliki tempat berteduh. Sisa rumah yang ada semua sudah dijual untuk biaya berobat orangtuanya. Hingga pada suatu ketika We Chiang Chok sangat marah pada diri sendiri karena tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan tumpuan hidup, terlebih dirinya yang terbiasa hidup dalam kemewahan bergelimang harta itu sekarang melarat dan untuk makan saja ia kesusahan.

We Chiang Chok menatap ke langit, kelam seperti hendak turun hujan deras.
"Sialan! Andai saja Aku seperti dulu,masih memiliki segalanya dari ayah, huh!!!" Ia mengepalkan tangannya yang penuh luka. Seharian itu We Chiang Chok berjibaku dengan hewan buas di tepi hutan demi mengisi perut yang sudah lima hari kosong. Namun bukannya hewan tadi yang mati dan dagingnya disantap Chiang Chok, melainkan tubuhnya babak belur terkena terkaman dan cabikan penghuni belantara tersebut.

"Sampai kapan Aku akan seperti ini?! Aku harus secepatnya ke kota dan memulai yang kuinginkan," kata dia yang lantas bangkit berdiri dan melangkahkan kaki.
Meski kakinya gemetaran dalam melangkah, tapi We Chiang Chok terus berjalan walau tertatih. Hanya satu yang saat ini dia inginkan, pergi ke kota dan melampiaskan semua yang ia inginkan!


Rasa perih di sekujur tubuhnya akibat banyak luka cakar itu tak ia hiraukan, We Chiang Chok terus melangkah meski tertatih.

Usaha lelaki berbadan tinggi kurus itu menuai hasil, dia sudah sampai di pinggiran jalan yang menuju ke arah kota yang dimaksud.

Sejenak dia memeriksa sekitar, ada sungai kecil yang mengalir air cukup jernih. Tidak berpikir ulang, We Chiang Chok langsung menjeburkan diri ke sungai dan membersihlkan seluruh badan.



Lelaki bekas anak orang kaya tadi mendongak dan melihat ke pinggir sungai, ada seorang laki-laki setengah baya menuju kearahnya dengan sangat tergesa.

"Siapa dia? Aku harus mengambil pakaiannya, kalau perlu harta bendanya!"

Buru-buru We Chiang Chok melompat keluar dari sungai. Di cegatnya laki-laki itu lantas ia melalukan tindakan kasar.

"Ada apa ini?! Siapa kamu, apa yang kamu lakukan kepadaku?! Minggir sana!"

Namun We Chiang Chok tidak mengindahkan perkataan. Orang di hadapannya. Dengan gerakan sangat cepat, Chiang Chok memukul kepala orang itu dan melucuti pakaian yang menempel.

Dengan terhuyung orang itu mundur selangkah, lalu mencoba untuk melawan Chiang Chok, tapi serangan bertubi We kemudian merobohkan orang tersebut.

We Chiang Chok mengambil pakaian dan harta yang ada pada orang tersebut, sebelum Chok meninggalkan tempat itu, dia menceburkan tubuh berlumuran darah dan terkulai itu ke sungai.


"Aku harus naik mobil itu untuk sampai ke kota," kata We Chiang Chok seraya membetulkan kancing baju hasil rampasan.

Tidak butuh banyak waktu bagi lelaki yang baru saja memperdayai orang tersebut, We Chiang Chok masuk ke dalam mobil yang ia cegat.

"Mau ke kota ya bang?"

"Iya bang, ke kota, kota," jawab We dengan nafas masih tersengal. Mereka melaju kearah kota di petang itu.


Dalam benak We Chiang Chok langsung timbul niat jahat untuk memiliki mobil yang ia tumpangi. Tidak berpikir panjang dan bukan suatu yang sukar bagi We untuk merebut kendaraan tersebut. Dengan gerakan secepat kilat We sudah berada pada kemudi.

Dihujamkannya gagang kunci roda yang tergeletak di hadapan We Chiang Chok ke ubun-ubun sang supir hingga orang itu kelabakan dan tidak berapa lama kemudian menghembuskan nafas.



We Chiang Chok tidak merasa ngeri dan gugup dengan yang baru ia perbuat, dia menyetir mobil itu dengan tenangnya hingga sampai di tempat sepi dan di rasanya aman.

Mayat sopir yang di bunuhnya langsung dibuang ke aliran sungai tidak jauh dari pinggir jalan, lantas We melanjutkan perjalanan dengan santainya dan seakan tidak terjadi apa-apa.

"Aku harus ke tempat Gho Ching Phol. Ya, harus! Tunggu kematianmu Ching Phol!!!"

Mobil pickup warna putih itu melaju dengan kencang menuju kesebuah tempat yang akan menghantarkan We pada rasa puas karena dendam.


We Chiang Chok memang sangat dendam terhadap Gho Chiang Phol, sebab orang itu ikut andil dalam menghancurkan semua aset milik perusahaan ayahnya We.

Mobil pickup itu berhenti tepat di depan rumah megah milik Gho Chiang Phol. Tidak berbasa-basi, We langsung merangsek masuk ke dalam rumah yang saat itu tidak ada penjaga di pintu depan. Alangkah terkejutnya seorang lelaki melihat We yang datang dengan wajah beringas.

"Kamu, kamu We Chiang Chok?! Mau apa datang kesini?!!!" Lelaki bertubuh tambun itu sedikit mundur.

"Tidak usah basa-basi bangsat! Kamu harus membayar mahal atas perbuatanmu pada semua perusahaan ayahku.

Sekarang tunjukkan dimana kamu menyimpan uang atau Aku akan membunuhmu! Ayo tunjukkan dimana kamu simpan uang itu!!!" Gertak We pada Gho.


Petang itu di rumah Gho Chiang Phol, We mengamuk. Diserangnya Gho yang tidak mau memberi tahu dimana uang dari aset perusahaan ayahnya We Chiang disimpan.

Gho tidak menyerah, lelaki bertubuh tambun itu berusaha melawan We Chiang dan berusaha kabur, tapi dengan garangnya We menyergap Gho dan menghjabisi nyawa laki-laki tambun tersebut.

Puas merajang tubuh Gho Chiang Phol, We Chiang Chok keluar rumah. Dia mendobrak pintu garasi untuk selanjutnya membawa mobil BMW yang terpakir milik Gho.


Perjalanan hitam We Chiang Chok berawal dari sini. Setelah dia membunuh Gho Chiang Phol, We mulai memburu orang-orang yang telah menghancurkan keluarganya.

Berlahan tapi pasti, We Chiang mulai merekrut banyak orang untuk ia jadikan anak buah guna melancarkan aksi dendamnya.

Banyak orang yang dibunuh We Chiang dan anggotanya, bahkan orang-orang yang tak ada sangkut paut dengan dirinya juga dihabisi dan diambil harta bendanya.

We Chiang Chok terkenal sangat kejam dengan perilaku semena-mena dalam menghabisi nyawa orang yang melawannya.

We Chiang Chok kemudian menamakan gerombolannya dengan King Cho Fang. Gang yang dipimpin We Chiang Chok sangat terkenal dan di segani oleh penduduk Vietnam, sampai-sampai perkumpulan berandal ternama di Kota Vietnam merasa gentar pada gang King Cho Fang.


Di pagi buta itu, King Cho Fang menyerbu sebuah perkampungan penduduk di wilayah Gelgel, Viatnam. Anggota King Cho Fang menyerang membabi-buta dan membantai siapa saja yang dijumpai. Banyak korban bergelimpangan di wilayah itu karena serangan King Cho Fang.

"Hancurkan semua yang ada dan kalian jumpai, habisi semua penduduk di sini," teriak We Chiang Chok kepada anak buahnya.

Suasana di perkampungan itu kacau balau oleh serangan King Cho Fang yang datang secara tiba-tiba, mereka benar-benar membumi hanguskan desa dekat sungai Fucingsing, setelah itu gang King Cho Fang pergi meninggalkan perkampungan yang telah rata dengan tanah. Satu yang terlepas dari penglihatan dan pembantaian King Cho Fang, seorang gadis bertubuh ceking bersembunyi di semak sungai Fucingsing.

Dia naik dari bibir sungai, disibakkannya semak belukar yang dijadikan tempat persembunyian. Tatapannya nanar dengan rasa sesak di dada.

Gadis itu lunglai melihat seisi perkampungan rata dengan tanah dan mayat bergelimpangan terpanggang bara api.

Dia menjatuhkan tubuh di kerasnya bebatuan, rasa pilu menyayat perasaan dan jiwanya.

Dia berteriak keras hingga suaranya menghantam dinding-dinding bukit di seberang sana. Gadis itu tersungkur terjerembab diantara jasad yang melepuh.

Kedua matanya terpicing sebentar sebelum akhirnya dia pergi untuk selamanya, gadis itu tidak kuat merasakan kegonjangan jiwa dan kepedihan atas keberingasan King Cho Fang. (*)

0 Response to "King Cho Fang Gang Dari Vietnam"

Posting Komentar

wdcfawqafwef