Template information

Suara Pelacur Diantara Hening


Hidup tak bisa lepas dari yang namanya biaya. Biaya kebutuhan hidup
akan terus ada seiring dengan gerak tubuh oleh karena nafas masih ada.
Tidak terkecuali seorang pelacur yang juga membutuhkan biaya untuk
menyambung nyawa, bahkan kebutuhannya dalam keseharian tidak kalah
sama mereka yang bergelimpangan harta.

Ya, tidak jarang memang bahwa seorang pelacur itu benar-benar miskin
dalam materi, bahkan banyak wanita tunasusila seperti itu yang
hidupnya berkecukupan bahkan terbilang mewah.

Nency, ia salah seorang pelacur yang kehidupannya memprihatinkan.
Semenjak ditinggal mati suaminya lima tahun lalu, wanita itu mulai
memberanikan diri untuk terjun ke dunia hitam.

Berawal dari ajakan seorang teman yang juga wanita, Nancy kemudian
memutuskan untuk menjalani hari-harinya dengan melayani banyak pria
hidung belang di beberapa tempat portitusi.
Pada awalnya Nency merasa risih akan dunia barunya ini, tapi demi
mencukupi kebutuhan keluarga dan biologisnya maka wanita cantik
bertubuh semampai itu menjalaninya dengan enjoy.

Seperti pada hari biasanya dimana banyak tamu yang ingin berkencan
dengan Nency, perempuan yang kini berubah total tersebut tampak
semangat.
Terbayang oleh Nency, segepok uang pasti bisa dibawa pulang setelah
dipotong oleh sang mami.

Nency tersenyum riang, tampak berjejer pria-pria pencari nikmat duduk
di sofa ruang tamu. Mereka para penikmat tubuh Nency selalu bersabar
untuk mendapatkan pelayanan dari sang pelacur. Mereka rela antri demi
kepuasan bersama Nency yang tersohor memiliki bodi super sexy dan
pelayanan memuaskan.

Semangat seorang Nancy tak pernah kendor untuk mengumpulkan uang dan
uang. Bahkan tak jarang wanita itu bekerja hampir 24 jam demi
mencukupi kebutuhan hidup yang semakin hari dirasanya kian mencekik.
Maklum, Nancy sekarang tinggal di rumah kontrakan bersama dua orang
anaknya setelah rumah tempat tinggalnya yang dulu terkena gusur, imbas
buruk bagi masyarakat miskin atas pembangunan perkotaan.

Nancy benar-benar merupakan primadona di rumah bordir itu, kecantikan
dan pelayanannya mampu memikat banyak pria hidung belang untuk
memberikan lembaran-lembaran uang kepada dirinya.
Sudah hampir setahun Nency menjual tubuhnya. Sudah bergepok-gepok uang
terkumpulkan di rekening pribadinya. sudah terpuaskan hasrat Nency
atas biologis yang sering menyiksanya setelah ditinggal suami mati.

Nency terduduk di pojokan ranjang, kedua matanya lelah menatap pintu
kamar yang masih terbuka, malam itu sepi, tamu yang biasa ramai untuk
mengumbar nafsu dan berpacu dalam lenguhan hanya segelintir saja yang
mampir dan bermain-main.

"Aku sudah lelah dengan semua ini. Tapi anak-anakku perlu biaya untuk hidup."

Suara batin bergemuruh di dadanya. Wanita itu mendongakkan wajahnya ke
atas, hanya sebuah ternit kamar yang ia lihat.
Sejenak Nency tertegun, jiwanya bergetar dalam hening diantara
datangnya subuh, bahwa sebenarnya ia tidak menyukai pekerjaan
sebagai pelacur. (*)

0 Response to "Suara Pelacur Diantara Hening"

Posting Komentar

wdcfawqafwef