Template information

Catatan si Chelsie, Part 7



'Sudah tiga tahun aku mengenal dan bersamamu, tapi baru hari ini diriku cemas yang tak tahu sebabnya. Apakah semua ini karena aku terlalu menghawatirkan dirimu setelah engkau menyatakan perasaan kepadaku? Entahlah.
Aku tahu, dirimu tak sekedar mengucapkan kata cinta untukku karena kamu juga menginginkan yang lebih dari perasaan itu. Namun bagaimana jika disuatu saat nanti ada bidadari lain yang mendekatimu, apakah.kamu akan diam saja? Ah...!!!'

'Rasa ini tidak bohong untuk cintamu karena telah sejak lama ia hadir bersama pertama kali kita bertemu. Namun saat itu aku memendamnya karena diri ini yang masih malu. Dan aku hampir saja menjauhimu saat dirimu dekat dengan dia yang lebih cantik dariku, Vincent'

'Mimpiku hari dan hari ini adalah ingin selalu dekat denganmu. Mungkin esuk dan lusa pun mimpiku sama, ingin disisihmu. Tapi kiranya itu sekedar angan yang kecil baru terwujud, sebab kita yang memang belum ada ikatan, Vincent'

Chelsie berhenti menulis. Dia diam sejenak memandang lukisan di dinding kamarnya. Ada sesuatu yang ia ingat dengan lukisan.
Dia berdiri dan mendekati lukisan 'Pemandangan senja' tersebut. Di usap permukaan lukisan itu, sebaris kata terucap lirih di ujung bibirnya yang kemerahan.

"Dedy, dimanakah kamu kini?
Dedy, andai saja kita tetap bersama.
Terkadang aku masih merindukanmu, Dedy," Tiba-tiba Chelsie menitikkan air mata. Dia menerawang jauh seakan tengah mencari sosok bayang yang telah lama menghilang. Dia kembali duduk di ranjangnya lalu dihempaskan tubuhnya. Kedua matanya memerah, gadis itu sesungukan menahan suara tangis.
Kelopak dengan bulu lentik itu dirapatkan. Kedua tangannya menjambak rambutnya yang hitam panjang sebahu.
Dedy adalah cinta pertamanya Chelsie sejak di SMP. Mereka terpisah karena lelaki tersebut kemudian menghilang entah kemana tanpa pamit sama Chelsie.
Bertahun-tahun Chelsie tetap setia pada cinta mereka sebelum akhirnya gadis cantik itu mengenal Vincent dan membuatnya jatuh hati.

Apa yang diambil Chelsie sebagai keputusan untuk sebuah cinta kiranya tidaklah salah, sebab sebagai manusia dirinya juga tak kuasa jika harus menanggung perasaan sendiri dalam kesepian.
Sebenarnya dia ingin terus setia pada cintanya bersama Dedy, tapi lelaki tersebut tidak pernah sekalipun mengirim kabar tentang keberadaannya.
Pahit memang, mengingat cinta mereka sudah berjalan selama 6 tahun dalam iebersamaan. Namun tiga tahun belakangan ini pria bernama Dedy itu menghilang dan tak diketahui rimbanya.

Gadis bertubuh langsing dan berkulit kuning langsat itu kemudian bangun. Dipandangnya buku dan pena yang tergeletak di atas meja. Dia menghela nafas hendak melepaskan beban yang ada. Sebentar kemudian penanya menari menuliskan beberapa kata sebagai ungkapan kegalauannya, rasa kesal juga kangen sama Dedy.
Dipandangnya tulisan yang baru dibuatnya sebentar. Disobeknya lembar kertas itu dan diremas, kemudian dibuangnya ke keranjang kecil di bawah meja.
Ada banyak catatan yang ia simpan di buku diarry miliknya, tentang cintanya bersama Dedy.
Dia mengacak-ngacak lemari yang penuh tumpukan buku. Dicarinya diarry tersebut, tapi tak diketemukan.
Wajahnya memerah, rasa kesal tampak sedang menyelimuti gadis periang tersebut.

"Kemana diarry itu? Hemmmmm, sial!" Gadis itu menggerutu sendiri.

Sementara itu di tempat lain, Vincent memacu sepeda motornya dengan kecepatan tinggi. Tiba-tiba 'Ciiiiiitttt, sreeeeeeeetttt, braaaaakkk!' Dia mengerem mendadak, motornya oleng dan jatuh. Vincent terseret sepeda motor yang dikendarainya beberapa meter jauhnya.
Pemuda itu spontan menginjak pedal rem dan menarik rem depan karena tadi ada anak kecil yang berlari melintas di depannya. Malang buat Vincent, dia menggelepar dan tak sadarkan diri tergeletak di sisi badan jalan. Orang-orang yang melihat Vincent, dengan cepat berlari dan mengangkat tubuh pemuda tersebut ke tempat yang aman, sepeda motornya juga diamankan oleh orang-orang tersebut.

"Dimana aku?" Suara Vincent setelah siuman, beberapa orang menenangkan dan menjelaskan apa yang terjadi dengan dirinya. Vincent meringis menahan rasa sakit. Dia histeris manakala dilihatnya tangan yang kiri patah. Atas rasa kasihan dan hendak berbuat kebaikan, kemudian beberapa orang mengantarkan Vincent ke rumah sakit terdekat guna mendapatkan perawatan.

"Baiklah nak, sekarang bapak tinggal dulu, ya. Kamu bisa menghubungi keluargamu.
Semoga cepat sembuh ya nak," Ucap seorang pria setengah baya kepada Vincent. Pemuda itu memandang langkah pria tadi sampai menghilang dibalik pintu kamar rumah sakit.
Vincent memejam, ia tak menyangka kalau akan seperti ini kejadiannya. Dirogoh saku celananya yang dibeberapa bagian tampak robek karena terseret di jalan beraspal, lantas menghubungi keluarganya.

(Bersambung).

0 Response to "Catatan si Chelsie, Part 7"

Posting Komentar

wdcfawqafwef