Template information

Itu Senyum Kamu? Manis...

Hari itu tidak seperti biasanya. Hari itu aku merasakan bahagia sekali karena orang yang sudah lama bersikap tak acuh dan sering cemberut akhirnya tersenyum.
Sudah sebulan aku tak bertemu sama Viona sejak dia marah besar kepadaku karena ia mengganggap diriku tidak adil, kemudian dia menghilang dari kesehariannku.
Vina menilai apa yang aku lakukan dan kuberikan kepada dia selama ini tak sesuai dengan harapannya. Dia bilang telah memberikan semuanya untukku, waktu, pikiran, perhatian, dan terkadang materi. Tapi aku hanya memberikan perhatian saja, itu pun hanya sebatas menanyakan tentang kesehatan dan bagaimana dengan kesibukannya saja. Hal itulah yang membuat Viona sering uring-uringan, dia ingin diriku melakukan seperti yang ia perbuat. Namun sampai detik ini aku belum bisa melakukan yang Viona minta karena kesibukan diriku yang berjibun. Dan hal yang paling membuatnya marah besar adalah saat aku dekat sama Yulanda.
Sudah aku katakan jika aku dan Yulanda hanya sebatas anak buah dan majikan, lebih tidak. Tapi yang namanya cewek sangat mencintai cowok, dia akan sangat merasa cemburu dan apapun yang dilakukan oleh cowoknya dengan dekat sama teman cewek lain adalah sesuatu yang mengancam. Makanya Viona marah sekali denganku dan meminta supaya diri ini menjauhi Yulanda.
Menjauhi Yulanda bukanlah hal mudah buat diriku mengingat dia juga majikanku di tempat kerja. Jika aku menjauhi Yulanda dan tidak bertegur sapa, bukan tidak mungkin pekerjaanku malah akan hancur dan aku bisa dipecatnya.

Setelah sebulan tidak berjumpa, aku dan Viona kemudian bertemu di rumah dia. Sebagai seorang yang baik dan telah lama mengenalnya juga menjalin sebuah hubungan, rasanya tidak enak kalau aku pun ikut-ikutan diam tidak menanyakan kabar.
Dengan mengendarai motor butut, aku melaju pelan di bawah gerimis hujan.
Viona masih acuh saat aku datang ke rumahnya. Dia tidak langsung menemui diriku padahal aku lihat tadi Viona duduk di teras rumah dan memandang ke arahku. Mustahil saja kalau cewekku ini tidak mengenali aku dan motor yang kunaiki karena ia pun sering berboncengan memakai kendaraan butut tersebut.
Aku turun dari motor dan langsung mengetuk pintu dan membukakan adalah adiknya Viona, sementara tadi ia langsung masuk ke dalam setelah diriku sampai di depan rumahnya.

"Dika, kakakmu ada kan?"

"Kak Viona? Ada, lagi menangis tuh," Jawab si Dika dengan cengengesan. Aku tahu kalau Dika hanya menggodaku.

"Menangis? Ah bohong kamu Dik. Nggak baik lho kalau berkata bohong. Panggilin kakakmu dong,"

"Hikhikhiiikk, tahu saja kamu kak.
Bentar ya, kak Viona.... ini Arjunamu datang," Suara Dika yang berumur 15 tahun dan sering bercanda denganku itu. Tapi Viona tidak menyahut dan segera menemuiku, padahal rencanaku di tempat Viona hanya sebentar saja karena nanti akan dilanjut ke tempat si Om, di tempat si Om sedang ada acara keluarga, pikirku.

"Vio...na...," Panggilku gemas.

"Pulang saja sana, ngapain pakai datang kesini?!" Jawabnya dari dalam rumah.

"Yach... disuruh pulang. Ya sudah, aku pulang nih! Beneran lho. Dika, kakak pulang," Aku membalikkan badan. Suara Dika terdengar menahan langkahku.

"Kak Jefri, tunggu. Ayo kak....!!!" Dika menarik tubuh Viona. Kedua orang itu aku lihat saling adu tarik. Sekuat tenaga Dika menggeret Viona ke hadapanku. Dika cengengesan, walaupun dia terkadang nakal, tapi adiknya Viona itu sangat baik terhadapku.
Wajah Viona menunduk tidak mau menatap diriku. Aku tersenyum, lalu aku bilang kepada dia bahwa diriku sudah bekerja di tempat itu dan telah jauh dari Yulanda.
Diangkatnya wajah ayu itu dan memandangku.

"Ah bohong kamu Jef kalau tidak lagi bekerja di tempat itu,"

"Eh dikasih tahu kok. Benar, dan ini aku lakukan karena sayang kamu Viona,"

"Emmmmmm," Kemudian tajam Viona memandangku. Dia tersenyum dan memeluk tubuhku.

"Itu senyum kamu? Manis..."

"Iiiiiichhhhh... Jefri..." Viona mencubit lenganku. Dika tertawa mengintip dari balik pintu kamarnya.
Senyum manis yang sudah sebulan menghilang itupun kembali tersungging dan menenteramkan perasaanku. (*)

0 Response to "Itu Senyum Kamu? Manis..."

Posting Komentar

wdcfawqafwef