Template information

Tak Jadi Merayakan Tahun Baru Karena Tabrakan Itu

"Oh tidaaaaak, dia tidak boleh mati...!!!" Gadis itu histetis melihat tubuh tergeletak di badan jalan. Dia menangis sejadi-jadinya karena orang yang dicintai tidak bernyawa lagi.
5 menit yang lalu, di tempat itu terjadi benturan keras yang menyebabkan Desvita terpental dari atas boncengan sepeda motor yang dikemudikan Bagus, kekasih dari wanita tersebut.
Desvita merangkak menggapai tubuh kaku si Bagus, dan mengguncang-guncangkannya.
Dalam kecelakaan itu Bagus langsung meninggal seketika karena kepalanya membentur pojok bak truk dengan keras. Helm yang dikenakan lelaki itu remuk, darah mengucur deras dari kepala pria berumur 20 tahun tersebut.
Oleh karena laju motor sangat kencang dan benturan itu juga sangat keras, tubuh Desvita sampai terpental beberapa meter keluar dari badan jalan.
Kejadiannya begitu cepat dan Bagus tak pernah menyangka jika truk di depannya yang berjarak 1 meter dengan motor yang ia kendarai itu akan mengerem mendadak. 'Bresss' motor Satria tersebut tak ayal lagi menunjang truk kosong yang lampu belakangnya mati dan tidak menyala saat pedal rem diinjak.
Suasana mengerikan karena di belakang Bagus juga ada beberapa kendaraan melaju kencang, dan beruntun saling menabrak. Untung tubuh gadis bernama Desvita terpental berguling keluar badan jalan, jadi tidak ada kendaraan lain yang melindasnya.

Beberapa orang tergopoh menuju tempat terjadinya kecelakaan. Mereka langsung menyelamatkan apa yang ada, tak terkecuali barang berharga milik para korban. Anehnya, setelah orang-orang itu menggagapi saku celana dan mendapatkan sesuatu dari para korban, mereka terus berlarian meninggalkan tempat itu.
Desvita terus memandangi tubuh dingin lelaki di hadapanya. Dia terlihat shock, wajahnya pucat dengan bibir gemetaran.
Gadis itu mencoba mengangkat tubuh si Bagus, tapi tidak kuat jika sendirian.

"Kenapa ini nak?! Mari kita gotong ke sana," Seorang pria berjenggot dengan peci hitam lusuh bertanya pada Desvita setelah merobohkan sepeda kayuhnya di pinggir jalan. Bersama Desvita, pria tersebut mengangkat jasad tak bernyawa itu.

Walaupun kita sudah berhati-hati di dalam berkendaraan tapi terkadang masih saja mengalami sebuah peristiwa di jalan, meskipun kecil. Hal ini kita tidak lantas menyalahkan diri sendiri ataupun jalan yang ramai, mungkin ketelodaran orang lain sedikit banyak yang menjadi penyebabnya. Dan kita juga tak seharusnya menyalahkan nasib yang menimpa tersebut.
Desvita masih terisak. Sesekali ia mengusap air matanya yang masih berderai. Dipandangnya pria setengah baya itu, ada sebuah keinginann yang hendak dia bebankan kepadanya.

"Ada apa nak?" Tanyanya pria tua itu. Desvita masih diam, suaranya masih terganjal oleh sesungukan tangisnya.

"Maaf pak, saya bingung mau membawa jasad ini ke rumahnya" Suara wanita tersebut dan memandangi jasad si Bagus.

"Kenapa bingung nak.
Stop, stop...," Pria di dekat Desvita kemudian menyetop sebuah mobil yang menuju ke arahnya, tapi mobil tadi terus melaju. Pria itu kecewa, dia memandang Desvita. Sebentar kemudian ia berkata jika tidak jauh dari tempat itu ada Puskesmas. Pria itu lalu pamit kepada gadis itu untuk pergi ke Puskesmas dan mengatakan kalau ada korban meninggal tidak jauh dari tempat berobat tersebut dan bapak itu hendak memanggil mobil ambulance guna mengantar jenazah si Bagus ke rumahnya.

Desvita sangat bersedih melihat tubuh kaku kekasihnya. Belum lama ini sebelum kejadian naas itu menimpa mereka, Bagus bilang kalau nanti malam di tahun baru 2016 akan mengajak Desvita ke Monas di ibu kota Jakarta.
Kiranya niat Bagus tersebut tidak kedampaian dan itu kalimat ajakan tetakhir dari si Bagus kepada kekasihnya.
Memang, apa yang manusia rencanakan terkadang tidak kesampaian, tidak terwujud, begitu juga dengan rencana sepasang kekasih itu.

Desvita menoleh dan memandang sebuah mobil ambulance yang menuju ke arahnya. Tidak lama kemudian mobil itu berhenti di dekat Desvita.
Dua orang laki-laki turun dari dalam mobil ambulan dan menghsmpiri gadis itu. Sementara jauh di belakang mobil ambulan milik Puskesmas, bapak tua yang tadi membantu Desvita sedang tetengah mengayuh sepeda tuanya menuju ke tempat semula.

"Maaf mbak, apa jenazah itu korban tabrakan seperti yang disebutkan oleh bapak tua berpeci hitam yang tadi datang Puskesmas?" Tanyanya seorang dari mereka.

"Iya mas.
Bapak tadi mana, ya?" Kata Desvita.

"Bapak itu katanya mau menyusul ke sini. Nah sepertinya itu beliau," Ucap sopir mobil ambulance. Dengan nafas sengal bapak itu turun dari sepedanya dan mendekati Desvita.

"Sabarkan dirimu, ya nak. Relakan dia yang sudah pergi.
Maafkan bapak yang tidak bisa ikut mengantarkan jenazah itu," Kata pria berpeci hitam lusuh sembari mengusap wajahnya.

"Iya pak. Terima kasih banyak atas bantuan bapak. Tapi... bagaimana dengan motor yang rusak itu ya pak?"

"Sebentar, bapak akan menjaganya disini sampai datang dari keluarga kalian yang mengambil motor itu, bagaimana nak?"

"Iya pak. Nanti saya akan menyuruh saudara dia utntuk mengambilnya. Sekali lagi terima kasih pak,"

"Sama-sama nak. Oh iya, dari tadi bapak belum tahu siapa namamu kan? Kalau namaku pak Paiman," Kata pria tua itu menyebutkan namanya.

"Nama saya Desvita," Gadis itu mengambil sebuah kartu mama miliknya dan diberikan kepada bapak tersebut untuk kemudian disimpannya. Pria berpeci hitam lusuh itu pun menyebutkan alamat rumahnya yang lantas dicatat oleh Desvita di secarik kertas yang kebetulan dibawanya.

Jenazah si Budi sudah dimasukkan ke dalam mobil ambulance. Mereka kemudian meninggalkan tempat itu dengan diiringi tatapan pria tua berpeci hitam tersebut.
Bapak itu menyandarkan tubuhnya di sebuah pohon besar di pinggir jalan. Matanya memandang ke tengah jalan beraspal, dilihatnya ceceran darah si Budi itu sudah mulai mengering. (*)

0 Response to "Tak Jadi Merayakan Tahun Baru Karena Tabrakan Itu"

Posting Komentar

wdcfawqafwef